“Kalau mau juara, harus juari dulu!” begitulah ucap salah satu juri saat itu.
Kala itu, tengah berlangsung lomba membuat gebogan dan lomba persembahyangan di Wantilan Pura Jagat Widya Aksara, Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali). Kegiatan tersebut digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UPMI Bali dalam rangka memperingati hari suci Saraswati.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan1-1024x575.jpg)
Lomba gebogan dan persembahyangan di UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Februari 2025 itu mengusung tema, “Jnana Buddhi Vidya Shiksha” yang bermakna ‘Kebijaksanaan, Kecerdasan, Ilmu Pengetahuan, dan Pengajaran’.
Ketua BEM UPMI Bali, I Gusti Ayu Mira Ardanantya menjelaskan, “kegiatan ini merupakan program kerja rutin yang kami adakan setiap enam bulan sekali, yaitu tepat sehari sebelum hari suci Saraswati, kegiatan ini diharapkan bisa menumbuhkan kreativitas serta memupuk rasa persaudaraan di antara mahasiswa UPMI Bali,” jelas Mira dalam sambutannya.
Ida Bagus Adhiyoga Wiratama selaku ketua panitia menyebutkan, pelaksanaan lomba gebogan kali ini diikuti oleh sembilan tim dari berbagai program studi, setiap tim terdiri dari lima anggota kelompok. Sedangkan untuk lomba persembahyangan, diikuti oleh lima orang perwakilan dari beberapa program studi.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan2-1024x575.jpg)
Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. saat memberikan sambutan | Foto: tatkala.co/Dede
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan3-1024x575.jpg)
Rektor UPMI Bali beserta jajaran membuka acara dengan simbolisasi penancapan buah | Foto: tatkala.co/Dede
Kegiatan itu dibuka secara resmi oleh Rektor UPMI Bali, Prof. Dr. Drs. I Made Suarta, S.H., M.Hum. dengan simbolis penancapan buah ke gedebong (batang pisang), layaknya seperti orang yang sedang membuat gebogan (persembahan berupa rangkaian buah, jajan, janur, dan bunga).
Prof. I Made Suarta mengapresiasi antusiasme para mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan tersebut. Ia mengungkapkan, “lomba-lomba yang dilaksanakan dalam rangka memperingati hari suci Saraswati ini merupakan kegiatan yang bagus untuk saling mengeratkan tali persaudaraan, dan sebagai wujud bakti kepada Tuhan. Jadi tak hanya dilombakan, tetapi semua gebogan yang dibuat juga akan dihaturkan sebagai persembahan,” ujarnya.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan4-1024x575.jpg)
Lomba persembahyangan di UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan5-1024x575.jpg)
Lomba membuat gebogan di UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
Tepat pukul 09.30 Wita, seusai pembukaan secara formal, perlombaan pun dimulai serentak. Para peserta lomba persembahyangan mulai mengambil posisi, mereka maju satu-persatu sesuai dengan nomor urut yang tertempel di badan mereka. Kemudian, peserta nomor urut 01 pun mulai melantunkan Puja Tri Sandya dan Kramaning Sembah.
Sementara itu, para peserta gebogan tampak sibuk mempersiapkan segala piranti. Setelah semua dirasa lengkap, mereka pun mulai merangkai janur terlebih dahulu, sebelum merangkai buah dan bunga. Sebagian kelompok tampak tergopoh-gopoh, barangkali mereka takut kehabisan waktu.
Sembahyang Itu Tidak Mudah!
Khusus untuk lomba persembahyangan, ketika semua peserta telah usai tampil, ketiga dewan juri memberikan masukan kepada para peserta saat sesi evaluasi. Seluruh peserta menyimak dengan saksama, ada yang tampak serius memandangi dewan juri, ada pula yang menunduk tak menampakkan muka.
Ternyata sembahyang tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada banyak hal yang bisa dipelajari. Mulai dari bagaimana bersikap yang baik, bagaimana teknik melafalkan mantra, bagaimana sikap tangan yang tepat, bagaimana rentetan persembahyangan yang benar, dan masih banyak lagi. Jika diselami lebih dalam, mungkin takkan mudah ditemukan dasarnya.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan6-1024x575.jpg)
Para peserta lomba persembahyangan | Foto: tatkala.co/Dede
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan7-1024x575.jpg)
Dewan juri lomba persembahyangan saat mengevaluasi (I Ketut Muada–kiri) | Foto: tatkala.co/Dede
Salah satu dewan juri, I Ketut Muada, S.Sn., M.Sn. menerangkan, meskipun banyak teori dan teknik dalam persembahyangan, yang paling utama ketika menghaturkan rasa syukur kepada Tuhan adalah rasa tulus ikhlas. “Tidak ada salah dan benar ketika sembahyang, yang terpenting pikiran kita harus fokus dan berpusat pada Tuhan, tidak memikirkan hal-hal lain,” terangnya kepada lima peserta itu.
“Tetapi karena ini adalah lomba persembahyangan, tentu ada beberapa hal yang menjadi poin penilaian. Mulai dari sikap, pelafalan mantra, rentetan sembahyang, dan lain sebagainya,” lanjut Ketut Muada dengan lugas.
Para peserta lomba persembahyangan itu hanya bengong melongo, dan sesekali mengangguk-anggukan kepala.
“Kalian seharusnya berbangga, karena dari ratusan mahasiswa UPMI Bali, hanya kalianlah yang berani tampil. Intinya, jangan mikirin juara dulu, yang penting itu harus juari (percaya diri) dulu baru juara,” ucap Ketut Muada menyemangati mereka.
Lomba Gebogan, Merangkai Buah dan Merajut Kebersamaan
Ketika lomba persembahyangan telah usai dilaksanakan, acara berfokus dengan lomba gebogan yang masih berlangsung. Mereka baru setengah jalan dalam menyelesaikan gebogan-nya. Ada yang sudah memasang buah, ada pula yang baru selesai merangkai janur.
Beberapa kelompok juga tampak saling toleh, saling lirik. Mereka membandingkan progres gebogan-nya dengan kelompok lain.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan8-1024x575.jpg)
Lomba membuat gebogan di UPMI Bali | Foto: tatkala.co/Dede
“Rasanya deg-degan, panik, pokoknya semua campur aduk. Biasanya saya dituntun sama kakak tingkat, tapi sekarang malah jadi leader. Tetapi, semua tutorial yang sudah saya pelajari di Youtube sebelumnya, saya praktikan di sini hari ini dan syukurnya berhasil,” kata Ni Komang Sariasih (19), Sarah sapaan akrabnya, mahasiswi semester III di program studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah (PBID).
Sarah mengatakan, persiapan yang ia lakukan bersama kawan-kawannya sebelum mengikuti lomba adalah membeli berbagai perlengkapan gebogan, seperti buah-buah lokal, janur, bolu, dan jajan apem yang merona.
Gadis berkacamata asal Jimbaran, Badung itu juga mengaku, konsep gebogan yang dibuat oleh kelompoknya tidak direncanakan sebelumnya. “Karena kita terlalu sibuk menyiapkan perlengkapan gebogan, jadinya lupa merancang konsep. Alhasil, konsepnya secara spontan, mengikuti imajinasi kita saja,” ucapnya tersenyum.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan9-1024x575.jpg)
Lomba membuat gebogan di UPMI Bali (Ni Komang Sariasih–kiri) | Foto: tatkala.co/Dede
Mirip seperti Sarah, salah satu peserta dari kelompok lain, I Dewa Ayu Devika Cahyani (21) juga merasakan hal yang sama.
Mahasiswi semester V di program studi Bimbingan Konseling yang akrab disapa Devika itu mengungkapkan, “mengikuti lomba gebogan ini sangat menantang, karena ini pertama kalinya saya membuat sampian cili (rangkaian janur untuk gebogan) dan langsung dilombakan. Cukup bangga dan puas karena bisa membuat sampian cili gebogan. Perasaannya tadi ya grogi, deg-degan, karena biasanya dikasih arahan oleh kakak tingkat, tetapi sekarang harus membantu adik tingkat berlomba,” ungkapnya setelah menyelesaikan gebogan.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan10-1024x575.jpg)
Lomba membuat gebogan di UPMI Bali (I Dewa Ayu Devika Cahyani–kanan berkacamata) | Foto: tatkala.co/Dede
Tidak seperti kelompok Sarah yang membuat gebogan dengan konsep dadakan, Devika justru sudah menyiapkan konsep terlebih dahulu sebelum berlomba. Jadi, ketika hari perlombaan, ia dan kawan-kawannya hanya tinggal mengeksekusi.
Dara asal Kesiman, Denpasar itu mengatakan bahwa dirinya kurang puas karena waktu yang terbatas. “Meskipun berkejaran dengan waktu, tetapi sangat menyenangkan bisa mengikuti lomba ini, pengalaman yang sangat berharga bagi wanita Bali seperti saya, hahaha,” sahut Devika dengan nada bercanda.
![](https://tatkala.co/wp-content/uploads/2025/02/dede-putra.-gebogan11-1024x575.jpg)
Gebogan dari sembilan tim yang berlomba | Foto: tatkala.co/Dede
Lantas, Siapa yang Menjadi Jawaranya?
Dengan pelantang suara, ia mengatakannya.
“Hasil perlombaan akan diumumkan besok, pada hari Sabtu, 8 Februari 2025, sebelum persembahyangan hari suci Saraswati dilaksanakan,” tegas Adhiyoga Wiratama saat mengakhiri laporannya sebagai ketua panitia.
Siapakah yang akan menjadi jawaranya? Mari kita nantikan! [T]
Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole