9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Legong Kreasi “Umarani Kidul” karya Devia Pratiwi dan Dilema Tentang Magis-Mistik | Dari Gelar Karya Seni Mahasiswa Pendidikan Sendratasik UPMI Bali

Dede Putra WigunabyDede Putra Wiguna
January 23, 2025
inPanggung
Legong Kreasi “Umarani Kidul” karya Devia Pratiwi dan Dilema Tentang Magis-Mistik | Dari Gelar Karya Seni Mahasiswa Pendidikan Sendratasik UPMI Bali

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

LAMAT-lamat gending palegongan mulai mengalun, membuat hati penonton berdesir halus. Begitulah pementasan tari “Umarani Kidul” itu dibuka.

Dari judulnya saja, orang-orang pasti tahu tema yang diangkat tari kreasi tersebut. Ya, tari “Umarani Kidul” itu bertemakan tentang Kanjeng Ratu Kidul, penguasa mistik laut selatan.

Garapan tari bertemakan Kanjeng Ratu Kidul tentu sudah jamak, dan tak ada yang istimewa dari hal tersebut. Lalu bagaimana kalau tema tersebut dituangkan menjadi tari legong? Barangkali belum ada sama sekali.

Itulah yang dilakukan oleh Ni Made Devia Pratiwi, ia menciptakan tari legong kreasi dengan judul “Umarani Kidul”. Garapan tersebut dipentaskan perdana pada Gelar Karya Seni Mahasiswa yang diselenggarakan oleh program studi Pendidikan Seni, Drama, Tari, dan Musik (Sendratasik), Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI Bali).

Ni Made Devia Pratiwi | Foto: Dok. Devia

Tari “Umarani Kidul” mendapat urutan kesepuluh dari 13 penampil dalam Gelar Karya Seni Mahasiswa yang dilaksanakan pada 20 Januari 2025, di Gedung Ksirarnawa, Art Centre, Denpasar. Pergelaran tersebut merupakan bagian dari Ujian Akhir Semester Ganjil di Semester VII.

Devia Pratiwi mengatakan, tari “Umarani Kidul” merupakan representasi keagungan, keanggunan, dan unsur magis dari sosok Kanjeng Ratu Kidul sebagai penguasa laut selatan.

“Ide dasar garapan ini beranjak dari fenomena yang saya amati, bahwa banyak terdapat keyakinan dan tempat suci yang bersumber dari legenda Kanjeng Ratu Kidul. Hal tersebut menjadi suatu kepercayaan bagi kalangan masyarakat pulau Jawa, termasuk pulau Bali. Ini merupakan bagian dari penghormatan dan wujud syukur terhadap sumber kehidupan, yaitu air,” kata Devia.

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

Jika berbicara soal Kanjeng Ratu Kidul, tentu aura magis dan mistik tak akan luput dari sosoknya. Tarian yang bertema tentang Penguasa Laut Selatan itu juga sudah jamak. Seperti Tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah dan Tari Iswara Gandrung dari Jawa Barat.

Di Bali sendiri belum lama ini juga sudah ada, seperti Tari Rejang Sandat Ratu Segara, yang diciptakan dan digagas oleh Eka Wiryastuti (eks Bupati Tabanan), tarian itu berhasil memecahkan rekor muri karena ditarikan oleh 1.800 orang. Kemudian, ada Tari Bedoyo Segoro Kidul yang dikonsep oleh Arya Wedakarna, dan I Gede Suta Bagas Karayana sebagai Koreografer.

Dari sekian tari yang sudah diciptakan, khususnya di Bali. Belum ada yang menuangkannya ke dalam bentuk tari legong. Baru Devia Pratiwi lah yang pertama kali terpikirkan menggarap konsep itu.

“Meskipun sudah banyak ada tarian tentang Kanjeng Ratu Kidul, tetapi saya yakin kalau karya saya (Umarani Kidul) memiliki nilai orisinalitas tersendiri, yaitu dari segi ide dan konsep yang menginterpretasikan sosok Kanjeng Ratu Kidul ke dalam garapan tari legong kreasi. Selain itu, dari segi kostum juga terdapat perpaduan budaya Bali dan Jawa, yang diolah dengan transisi perubahan kostum penari saat pentas di atas panggung,” ungkap mahasiswi UPMI Bali itu.

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

“Saya memang sangat tertarik dengan tari legong, saat masih menempuh pendidikan di SMK Negeri 3 Sukawati (Kokar Bali), saya pernah membuat karya tari legong kreasi pada saat Ujian Kompetensi Keahlian (UKK). Tari kreasi itu berjudul “Madu Segara”. Dari hal tersebut, kini saya ingin melanjutkan ketertarikan saya terhadap legong dengan memadukan budaya atau kepercayaan kejawen, dengan budaya Bali dari segi gerak dan musik,” jelas Devia.

Dara kelahiran Denpasar, 20 Mei 2003 itu menceritakan, diawal-awal penggarapan “Umarani Kidul”, ia sempat menghadapi dilema. Keragu-raguan menyelimuti dirinya kala itu. Dalam pikirannya sempat terlintas ingin mengubah konsep garapan karena dirundung kebimbangan.

“Ada hal unik tapi agak mistis terjadi, salah satunya ketika musik udah jadi sekitar tiga menit, tetapi saya tidak ada ide atau gerak untuk dituangkan. Ini berbeda dari biasanya, dan ini bukan pertama kali saya menggarap sebuah karya tari. Sempat kepikiran juga, apakah tidak izinkan oleh ‘beliau’ untuk menggarap tarian ini?” ungkap Devia.

 

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

Devia mengaku ada saja hambatan atau halangan ketika ia ingin menuangkan gerakan.

“Entah apa yang terjadi, ketika musik sudah setengah jalan, kostum juga sudah proses pembuatan, malah gerakannya yang belum ada,” ujarnya menggerutu.

Baginya, ini adalah sesuatu yang tak biasa. Untuk menjawab keraguan dan kebimbangannya, ia pun mencoba bertanya kepada orang yang mengerti dengan hal-hal di luar nalar seperti ini.

Singkat cerita, Devia pun kemudian bertemu dengan seseorang yang mengerti hal tersebut.

“Saya bertanya apakah salah menggarap tari dengan konsep ini?”

“Seseorang itu berkata, kalau dipakai dengan baik ‘beliau’ suka. Tapi karena telat untuk meminta izin, prosesnya jadi tersendat dan tertunda. Akhirnya, setelah menghaturkan pejati dan sarana lainnya, barulah semua proses berjalan lancar. Ide pun mengalir begitu saja, sehingga jadilah tari “Umarani Kidul” yang sekarang ini,” tutur Devia.

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

Menjelang akhir pementasan, alunan suara gamelan mulai mengecil dan temponya mulai melambat. Kemudian, lamat-lamat terdengar lantunan tembang jawa, membuat kuduk bergidik dan hati berdesir. Devia mengatakan, Tembang jawa dalam rekaman itu dinyanyikan oleh seorang sinden dari Surakarta, yang dihubungi langsung oleh I Gusti Agung Kresna Bayu Kepakisan, S.Sn. selaku komposer.

Dari sekian banyak garapan yang tersaji pada malam itu, barangkali hanya tari “Umarani Kidul” yang aura magisnya terasa amat kuat. Devia menyebutkan, tarian yang sudah digarap sedari 1 November 2024 ini, muaranya ingin menghadirkan hal baru yang kaya akan nilai estetika dan budaya.

Di akhir pementasan, cahaya lampu mulai berubah menjadi keunguan, warna yang mencerminkan keagungan dan keanggunan. Selepas itu, beberapa penonton tampak maju ke depan panggung untuk menabur bunga ke arah Devia yang berlakon sebagai Kanjeng Ratu Kidul.

Sontak momen tersebut mengejutkan penonton yang lain, karena tiba-tiba beberapa penonton dari sisi kanan dan kiri maju ke depan panggung. Momen itu ternyata menandakan bahwa Tari “Umarani Kidul” telah berakhir.

“Tentu ada makna dari hal tersebut. Setting penonton menabur bunga ini saya dapatkan saat menjelang H-3 tampil. Prosesi menabur bunga melati itu bermakna menghormati alam, serta sebagai penghormatan kepada ‘beliau’. Hal tersebut saya tunjukkan karena sejalan dengan ajaran Tri Hita Karana dalam agama hindu, yaitu 1) Parhyangan–hubungan harmonis dengan Tuhan, 2) Pawongan–hubungan harmonis dengan sesama manusia, dan 3) Palemahan–hubungan harmonis dengan alam,” terang Devia.

Tari “Umarani Kidul” oleh Devia Pratiwi | Foto: tatkala.co/Dede

“Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung karya ini. Mulai dari orang tua, keluarga, penari pendukung, komposer, penata kostum, lightingman, soundman, teman-teman, dan panitia ujian yang sangat sigap membantu melancarkan pementasan karya ini,” ujar Devia dengan raut wajah lega dan bahagia.

“Saya merasa puas, tapi tetap wawas diri. Saya merasa puas karena pementasan berjalan dengan lancar, setelah melewati beberapa proses yang cukup melelahkan. Baik atau buruknya sebuah karya, bagi saya itu relatif, audience pasti memiliki selera seni tersendiri. Dari hal tersebut, yang terpenting dari karya ini, saya sudah bisa memenuhi kepuasan pribadi terlebih dahulu,” tandasnya. [T]

Reporter/Penulis: Dede Putra Wiguna
Editor: Adnyana Ole

Kebebasan Ekspresi dalam Lintas Semester dan Mata Kuliah | Dari Gelar Karya Mahasiswa Pendidikan Sendratasik UPMI Bali
Drama “Putri Ayu”: Drama Inovatif dari UPMI Bali yang Mengejar Waktu di Denpasar Festival 2024
Agus Nantika, Mural, dan Canvas Beton: Tidak Asal Coret, Tapi Kalau Ada Panggilan, Ia Siap Mencoret
Bayu Apriana dan “Askara Urip”: Jati Diri Gong Suling dan Pola Musikal Gambuh Khas Padang Aji
Tags: legongmahasiswaSeniseni mahasiswaUPMI Bali
Previous Post

Pertalian antara Pulau-Pulau Kecil di Madura dengan Kota Singaraja

Next Post

Bisakah Menerbitkan Hak Tanah di Atas Laut?

Dede Putra Wiguna

Dede Putra Wiguna

Mahasiswa aktif di Universitas PGRI Mahadewa Indonesia, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah. Kontributor tatkala.co

Next Post
Perjanjian Pengalihan dan Komersialisasi Paten dalam Teori dan Praktek

Bisakah Menerbitkan Hak Tanah di Atas Laut?

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co