18 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Made ChandrabyMade Chandra
November 7, 2024
inUlas Rupa
Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Ornamen pada sejumlah bangunan di Pura Penegil Dharma, Kubutambahan, Buleleng | Foto: Made Chandra

SAYA sempat menyambangi sebuah pura kuno yang kini coba direnovasi ulang oleh pemerintah kota Buleleng, Senin 15 April 2024. Pura itu bernama Pura Puseh Penegil Dharma.

Lokasi Pura itu sekitar 30 menit perjalnan dari pusat kota Singaraja menuju ke arah timur, ke sebuah desa bernama Desa Kubutambahan di Kabupaten Buleleng.

Pura ini bukanlah pura biasa. Eksistensinya dapat ditelisik sejak abad ke-9 pada masa pemerintahan Wangsa Warmadewa pada kerajaan Bali Kuno. Menarik untuk tahu bahwa kini Pura itu masih berdiri dan dibenahi ulang.

Ketika kaki saya menginjak di Pura itu saya tertegun. Saya menyaksikan kemegahan dan riuhnya ornamentik bulelengan yang seakan menyelimuti seluruh bagian dari setiap sisi Pura itu. Di tengah lamunan, saya menyadari bahwa pahatan ornamen itu memang masih sangat baru. Itu terlihat dari kondisi pahatan yang masih sangat bersih dan kering.

Saat saya menelisik di ujung sudut Pura, saya melihat para pekerja dan tukang yang sedang asik bersenda gurau sembari bekerja melanjutkan proses mengukir di sejumlah bangunan di Pura itu.

Saya pun memberanikan diri untuk datang dan menanyakan beberapa pertanyaan yang selama ini belum terjawab. Terutama pertanyaan-pertanyaan dari beberapa hasil eksplorasi yang saya lakukan di beberapa Pura yang ada di sekitar daerah Sangsit dan Jagaraga di Kecamatan Sawan—sebelah barat Kecamatan Kubutambahan.

Dengan adanya para tukang ukir sebagai praktisi langsung, tentu akan menjawab beberapa hipotesa yang telah saya petakan selama saya bepetualang menggali falsafah ornamentik bulelengan di sejumlah Pura sebelumnya.

Mereka menuturkan banyak sekali infromasi praktis yang mereka dapat dari pengalaman mereka sebagai seorang undagi, mulai dari mengapa ornamen Bulelengan terkesan masif dan acak. Tentu saja hal itu disebabkan oleh beberapa factor yang menyelimutinya.

“Mereka berusaha untuk merepresentasikan sedekat mungkin segala isi hutan terutama dalam wujud yang sering kita lihat ialah (Bun-bunan) atau semak belukar yang sudah tentu kita semua tahu, hutan yang asri dan terjaga udah pasti terdapat banyak sekali semak belukar, beberapa undagi menyebut daun-daunan bun tersebut dengan daun semangka, karena bentuknya yang meyerupai bentuk semangka itu sendiri.”

Representasi yang mereka bangun soal hutan sangat didukung oleh pola kerja mereka dalam menghasilkan ukiran, berbeda dengan teknis yang di lakukan oleh para undagi Bali Timur, pada ukiran bulelengan tidak terdapat pola yang pasti untuk mengisi ruang kosong pada bilah bagian pura.

Tak adanya ukuran yang pasti membuat mereka bisa dengan bebas mengisi ruang-ruang tersebut dengan objek apa saja, mulai dari hewan hingga benda-benda imaji mereka, yang terutama didominasi oleh bun-bunan (tumbuh-tumbuhan rambat).

Tak lupa juga, di antara kompleksnya jalinan daun yang saling menyilang, mereka juga menampilkan wujud-wujud astral yang siap menjaga keutuhan Pura tersebut. Dibanding meletakkan gajah layaknya arsitektur Bali timur, mereka lebih suka untuk menaruh para yaksha sebagai representasi penjaga alam yang siap menganggu siapa saja yang berbuat tidak pantas.

Tak ada kata romantisme dalam kamus mereka, wujud itu hadir dalam imaji paling seram dari apa yang bisa dipikirkan oleh para undagi.

Hipotesa lain juga menyebut tak adanya karang gajah dalam arsitektur bulelengan disebabkan hampir nihilnya pengaruh Majapahit yang berperan besar dalam mewariskan bentuk ornamen makara (ikan berkepala gajah) yang selalu menghiasi bagian bawah setiap bagian Pura. Hal ini juga didukung oleh status Kubutambahan sebagai desa kuno, yang  ada sebagai sebuah desa sebelum migrasi Majapahit.

Antara spontanitas dan kesadaran berpadu manis saat terbentuknya setiap celah yang mereka coba imajinasikan, beberapa undagi bahkan bisa bekerja dalam satu bagian dengan imaji rupa yang berbeda. Mereka tak mencoba untuk saling mengintervensi, namun saling bekerja sama untuk menyatukan imaji yang berbeda-beda itu.

Yang tak luput dari pandangan saya adalah teknik mereka dalam menghasilkan ukiran, yang sudah beralih pada teknik bias melela (pasir pantai). Atau beralih dari teknik mengukir dengan menggunakan alat-alat seperti pisau kecil, yang didesain sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ornamen-ornamen.

Berbeda dengan teknik bias melela pada umumnya, meterial yang digunakan dalam membuat ukiran bulelengan pada pura ini, bukanlah pasir pantai namun merupakan tanah dari Desa Bungkulan. Perbedaan material ini menghasilkan tekstur bahan yang sangat menyerupai paras yang sering digunakan dalam proses memahat pada biasanya, namun dengan proses pengeringan yang lebih cepat.

Dengan penggunaan alat berupa pisau, biasanya mereka harus berpacu dengan waktu ketika bahan bias melela ini akan mengeras. Ukiran yang mereka hasilkan harus selesai sebelum matahari tenggelam, sehingga jika ada undagi yang kesulitan dalam menyelesaikan bagian yang ia kerjakan, para undagi lainnya akan turut membantu secara kolektif, sehingga ukiran tersebut bisa selesai dengan tepat waktu.

Namun demikian, penggunaan teknik bias melela bukanlah tanpa alasan, hal ini didasari keprihatinan mereka sebagai undagi yang mulai sadar bahwa bahan paras yang selama ini sering digunakan sebagai material pura, sudah semakin menipis persediaannya di alam. Kalau pun ada penambangan paras yang berlebihan tentu akan menganggu kestabilan tanah di alam, sehingga berakhir pada bencana tanah longsor yang kini marak terjadi. Kesadaran mereka tentu menjadi satu hal yang sangat mempengaruhi keberlangsungan ekologi di wilayah mereka.

Dengan adanya teknik bias melela mereka bisa dengan leluasa melestarikan ukiran bulelengan tanpa harus takut kehilangan ketersediaan bahan.

Keceriaan para undagi dalam melestarikan oenamen bulelengan, kini diselimuti wajah khawatir yang harus menerima keadaan bahwa, keberlangsungan gaya ornamentik bulelengan memang sedang mengalami krisis keberlanjutan pada anak-anak muda mereka, bahkan hingga pada masyarakat awam yang kian tak peduli lagi.

Kemampuan mereka harus bergantung pada permintaan konsumen yakni masyarakat yang kini sangat jarang untuk menerapkan ukiran bulelengan pada Pura-Pura mereka. Bahkan bangunan instansi pemerintah pun sepertinya tak memberdayaan para undagi asli dalam melestarikan ukiran bulelengan sebagai jati diri mereka. [T]

“Kalau permintaan saja tak ada, jangan harap keberlangsungan ornamen ini akan terus terjaga”

Relief Cetak Dua Pasang Gapura di Gedong Kirtya yang Masih Misteri
Orang-Orang Dusun Prabakula, Mengukir Kehidupan di Atas Pasir Hitam
Pemberdayaan Pengerajin Ukiran Bali di Batubulan Kangin Menuju Pasar Ekspor
Tags: bulelengPura Penegil DharmaRelief BaliSeni Rupaukiran baliukiran buleleng
Previous Post

Redaksi Rupa : Kone Keto, Keto Kone?

Next Post

Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Made Chandra

Made Chandra

Lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, tinggal di Denopasar. Ia merupakan seorang perupa muda yang telah mengembangkan formula visual yang menarik. Ia memadukan ikonografi Kamasan Klasik dengan ekspresi abstrak dan dataran kanvas kosong yang memberikan kesan minimalis pada komposisinya, membedakan suara artistiknya di antara banyak seniman muda pendatang baru dan pionir seni Kamasan. genre Kamasan kontemporer.

Next Post
Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tali Pusat, Gudangnya Misteri Sekala dan Niskala — Mulai dari Penangkal Ilmu Gaib dan Sumber Sel Punca Secara Medis

by dr. Putu Sukedana, S.Ked.
June 18, 2025
0
Tali Pusat, Gudangnya Misteri Sekala dan Niskala — Mulai dari Penangkal Ilmu Gaib dan Sumber Sel Punca Secara Medis

Oleh: dr. Putu Sukedana, S.Ked., AIFO-K., FISQua; Dr. I Putu Mardika, S.Pd., M.Si WAJAH saya serius saat saya mendengarkan materi...

Read more

Diet, Hal Sederhana yang Dibuat Ribet

by Gede Eka Subiarta
June 18, 2025
0
Selamat Galungan, Selamat Makan Lawar! — Ingat Atur Gaya Makan Agar Tetap Sehat

HIDUP sehat itu bisa dijalankan dengan pola makan yang bagus dan teratur, baik itu porsi makan, jam makan, dan jenis...

Read more

Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

by Emi Suy
June 18, 2025
0
Yang Kecil, Yang Tak Selesai Dirasakan

Di dunia yang riuh oleh teriakan, ambisi besar, dan citra-citra agung, kita sering kali lupa bahwa sesuatu yang kecil bisa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Wine Knowledge: Sentuhan Global dalam Pendidikan Vokasi
Khas

Wine Knowledge: Sentuhan Global dalam Pendidikan Vokasi

Ke kebun anggur di pagi hari, Langit cerah hati pun senang. Belajar wine sambil tur industri, Ilmu bertambah, skill pun...

by Luh Eka Susanti
June 18, 2025
Jika Desa Tak Ditulis, Siapa yang Akan Mengingat? — Catatan Workshop Menulis Cerita Desa di Tejakula Community Center
Khas

Jika Desa Tak Ditulis, Siapa yang Akan Mengingat? — Catatan Workshop Menulis Cerita Desa di Tejakula Community Center

DI ruang kelas LPK Hishou Tejakula, seorang remaja berdiri dengan seulas senyum, Gede Bayu Pratama, siswa kelas 7 dari SMPN...

by Komang Puja Savitri
June 18, 2025
Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng
Khas

Bicara-bicara Atas Nama Air di Desa Panji Buleleng

MENJAGA hutan desa, tidak cukup dengan hanya berkoar—atau mengajak sesama mari menjaga hutan dan air; untuk hidup yang sedang berlangsung,...

by Sonhaji Abdullah
June 17, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co