29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Made ChandrabyMade Chandra
November 7, 2024
inUlas Rupa
Eksistensi Para Penjaga Ornamentik Bulelengan : Cerita Kecil dari Pura Penegil Dharma

Ornamen pada sejumlah bangunan di Pura Penegil Dharma, Kubutambahan, Buleleng | Foto: Made Chandra

SAYA sempat menyambangi sebuah pura kuno yang kini coba direnovasi ulang oleh pemerintah kota Buleleng, Senin 15 April 2024. Pura itu bernama Pura Puseh Penegil Dharma.

Lokasi Pura itu sekitar 30 menit perjalnan dari pusat kota Singaraja menuju ke arah timur, ke sebuah desa bernama Desa Kubutambahan di Kabupaten Buleleng.

Pura ini bukanlah pura biasa. Eksistensinya dapat ditelisik sejak abad ke-9 pada masa pemerintahan Wangsa Warmadewa pada kerajaan Bali Kuno. Menarik untuk tahu bahwa kini Pura itu masih berdiri dan dibenahi ulang.

Ketika kaki saya menginjak di Pura itu saya tertegun. Saya menyaksikan kemegahan dan riuhnya ornamentik bulelengan yang seakan menyelimuti seluruh bagian dari setiap sisi Pura itu. Di tengah lamunan, saya menyadari bahwa pahatan ornamen itu memang masih sangat baru. Itu terlihat dari kondisi pahatan yang masih sangat bersih dan kering.

Saat saya menelisik di ujung sudut Pura, saya melihat para pekerja dan tukang yang sedang asik bersenda gurau sembari bekerja melanjutkan proses mengukir di sejumlah bangunan di Pura itu.

Saya pun memberanikan diri untuk datang dan menanyakan beberapa pertanyaan yang selama ini belum terjawab. Terutama pertanyaan-pertanyaan dari beberapa hasil eksplorasi yang saya lakukan di beberapa Pura yang ada di sekitar daerah Sangsit dan Jagaraga di Kecamatan Sawan—sebelah barat Kecamatan Kubutambahan.

Dengan adanya para tukang ukir sebagai praktisi langsung, tentu akan menjawab beberapa hipotesa yang telah saya petakan selama saya bepetualang menggali falsafah ornamentik bulelengan di sejumlah Pura sebelumnya.

Mereka menuturkan banyak sekali infromasi praktis yang mereka dapat dari pengalaman mereka sebagai seorang undagi, mulai dari mengapa ornamen Bulelengan terkesan masif dan acak. Tentu saja hal itu disebabkan oleh beberapa factor yang menyelimutinya.

“Mereka berusaha untuk merepresentasikan sedekat mungkin segala isi hutan terutama dalam wujud yang sering kita lihat ialah (Bun-bunan) atau semak belukar yang sudah tentu kita semua tahu, hutan yang asri dan terjaga udah pasti terdapat banyak sekali semak belukar, beberapa undagi menyebut daun-daunan bun tersebut dengan daun semangka, karena bentuknya yang meyerupai bentuk semangka itu sendiri.”

Representasi yang mereka bangun soal hutan sangat didukung oleh pola kerja mereka dalam menghasilkan ukiran, berbeda dengan teknis yang di lakukan oleh para undagi Bali Timur, pada ukiran bulelengan tidak terdapat pola yang pasti untuk mengisi ruang kosong pada bilah bagian pura.

Tak adanya ukuran yang pasti membuat mereka bisa dengan bebas mengisi ruang-ruang tersebut dengan objek apa saja, mulai dari hewan hingga benda-benda imaji mereka, yang terutama didominasi oleh bun-bunan (tumbuh-tumbuhan rambat).

Tak lupa juga, di antara kompleksnya jalinan daun yang saling menyilang, mereka juga menampilkan wujud-wujud astral yang siap menjaga keutuhan Pura tersebut. Dibanding meletakkan gajah layaknya arsitektur Bali timur, mereka lebih suka untuk menaruh para yaksha sebagai representasi penjaga alam yang siap menganggu siapa saja yang berbuat tidak pantas.

Tak ada kata romantisme dalam kamus mereka, wujud itu hadir dalam imaji paling seram dari apa yang bisa dipikirkan oleh para undagi.

Hipotesa lain juga menyebut tak adanya karang gajah dalam arsitektur bulelengan disebabkan hampir nihilnya pengaruh Majapahit yang berperan besar dalam mewariskan bentuk ornamen makara (ikan berkepala gajah) yang selalu menghiasi bagian bawah setiap bagian Pura. Hal ini juga didukung oleh status Kubutambahan sebagai desa kuno, yang  ada sebagai sebuah desa sebelum migrasi Majapahit.

Antara spontanitas dan kesadaran berpadu manis saat terbentuknya setiap celah yang mereka coba imajinasikan, beberapa undagi bahkan bisa bekerja dalam satu bagian dengan imaji rupa yang berbeda. Mereka tak mencoba untuk saling mengintervensi, namun saling bekerja sama untuk menyatukan imaji yang berbeda-beda itu.

Yang tak luput dari pandangan saya adalah teknik mereka dalam menghasilkan ukiran, yang sudah beralih pada teknik bias melela (pasir pantai). Atau beralih dari teknik mengukir dengan menggunakan alat-alat seperti pisau kecil, yang didesain sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk membentuk ornamen-ornamen.

Berbeda dengan teknik bias melela pada umumnya, meterial yang digunakan dalam membuat ukiran bulelengan pada pura ini, bukanlah pasir pantai namun merupakan tanah dari Desa Bungkulan. Perbedaan material ini menghasilkan tekstur bahan yang sangat menyerupai paras yang sering digunakan dalam proses memahat pada biasanya, namun dengan proses pengeringan yang lebih cepat.

Dengan penggunaan alat berupa pisau, biasanya mereka harus berpacu dengan waktu ketika bahan bias melela ini akan mengeras. Ukiran yang mereka hasilkan harus selesai sebelum matahari tenggelam, sehingga jika ada undagi yang kesulitan dalam menyelesaikan bagian yang ia kerjakan, para undagi lainnya akan turut membantu secara kolektif, sehingga ukiran tersebut bisa selesai dengan tepat waktu.

Namun demikian, penggunaan teknik bias melela bukanlah tanpa alasan, hal ini didasari keprihatinan mereka sebagai undagi yang mulai sadar bahwa bahan paras yang selama ini sering digunakan sebagai material pura, sudah semakin menipis persediaannya di alam. Kalau pun ada penambangan paras yang berlebihan tentu akan menganggu kestabilan tanah di alam, sehingga berakhir pada bencana tanah longsor yang kini marak terjadi. Kesadaran mereka tentu menjadi satu hal yang sangat mempengaruhi keberlangsungan ekologi di wilayah mereka.

Dengan adanya teknik bias melela mereka bisa dengan leluasa melestarikan ukiran bulelengan tanpa harus takut kehilangan ketersediaan bahan.

Keceriaan para undagi dalam melestarikan oenamen bulelengan, kini diselimuti wajah khawatir yang harus menerima keadaan bahwa, keberlangsungan gaya ornamentik bulelengan memang sedang mengalami krisis keberlanjutan pada anak-anak muda mereka, bahkan hingga pada masyarakat awam yang kian tak peduli lagi.

Kemampuan mereka harus bergantung pada permintaan konsumen yakni masyarakat yang kini sangat jarang untuk menerapkan ukiran bulelengan pada Pura-Pura mereka. Bahkan bangunan instansi pemerintah pun sepertinya tak memberdayaan para undagi asli dalam melestarikan ukiran bulelengan sebagai jati diri mereka. [T]

“Kalau permintaan saja tak ada, jangan harap keberlangsungan ornamen ini akan terus terjaga”

Relief Cetak Dua Pasang Gapura di Gedong Kirtya yang Masih Misteri
Orang-Orang Dusun Prabakula, Mengukir Kehidupan di Atas Pasir Hitam
Pemberdayaan Pengerajin Ukiran Bali di Batubulan Kangin Menuju Pasar Ekspor
Tags: bulelengPura Penegil DharmaRelief BaliSeni Rupaukiran baliukiran buleleng
Previous Post

Redaksi Rupa : Kone Keto, Keto Kone?

Next Post

Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Made Chandra

Made Chandra

Lahir di Baturaja, Sumatera Selatan, tinggal di Denopasar. Ia merupakan seorang perupa muda yang telah mengembangkan formula visual yang menarik. Ia memadukan ikonografi Kamasan Klasik dengan ekspresi abstrak dan dataran kanvas kosong yang memberikan kesan minimalis pada komposisinya, membedakan suara artistiknya di antara banyak seniman muda pendatang baru dan pionir seni Kamasan. genre Kamasan kontemporer.

Next Post
Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Komitmen Komunitas Mahima atas Program TJSL PLN: Dari Produksi Film, Podcast, Audiobooks, sampai Literasi Digital

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co