28 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Relief Cetak Dua Pasang Gapura di Gedong Kirtya yang Masih Misteri

Dewa Purwita SukahetbyDewa Purwita Sukahet
February 25, 2024
inEsai
Relief Cetak Dua Pasang Gapura di Gedong Kirtya yang Masih Misteri

Ornamen Karang Simbar Cetakan di gerbang Gedong Kirtya Singaraja | Foto: Purwita Sukahet

MASIH ada PR yang belum terselesaikan membaca seni rupa di Singaraja, Buleleng, Bali, bagi saya. Sejauh saya amati dan telusuri tentang seni rupa di pusat kota Bali Utara selalu saja di pertengahan jalan saya seolah diajak masuk ke dalam kabut misteri.

Misalkan tentang wayang Buleleng yang sempat saya riset dari 2013-2015 meski saya anggap selesai, tetapi tetap merasa belum puas, terutama pada perwujudan tokoh-tokoh punakawan dan beberapa tokoh lainnya.

Kemudian perihal maestro seni gambar akhir abad ke-19 yaitu I Ketut Gede Singaraja belum juga saya temui titik terang perihal profil biografinya meski data primer berupa dokumentasi karyanya yang tersimpan di Universitas Leiden 80% sudah saya arsipkan berkat kebaikan Ibu Hedi Hinzler.

Belum lagi para seniman gambar hebat lainnya yang namanya saya dapatkan dari catatan-catatan W.O.J Nieuwenkamp seperti Jro Dalang Banyuning, I Wayan Dasta, I Segnol dan I Dangin dari Kalianget yang tidak terlacak dengan tuntas narasi kehidupan mereka.

Bahkan yang sering saya dokumentasikan melalui Project Independent Nglesir Visual yaitu bangunan kolonial, arsitektur Bali, patung dan relief ornamen yang tersebar di Buleleng itu selalu mengundang berbagai pertanyaan dan kekhawatiran terkait eksistensinya kini.

Melalui tulisan ini, saya mencoba untuk menguraikan salah satu misteri itu, terkait ornamen pada dua pasang gapura di kawasan Gedong Kirtya Singaraja. Perhatian saya tertuju pada dua pasang gapura ini dan sempat juga saya tulis di Tatkala.co dengan judul “Kepekaan Estetika Kita dan Cagar Budaya Gedong Kirtya” terbit pada tanggal 11 April 2022.

Waktu itu sungguh saya sangat kesal dengan bagaimana perlakuan para pewaris cagar budaya ini memaku, mengikat, sembarangan bentangan kayu dan bambu untuk memasang spanduk-spanduk ucapan hari peringatan tertentu atau tulisan selamat datang, syukurnya kemudian ada kepekaan terhadap perlakuan ini sehingga elemen-elemen yang berpotensi merusak tersebut dilepas dan spanduk tidak dipasang lagi pada bangunan gapura, tentu saya sangat mengapresiasi tindakan ini sekaligus berterima kasih kepada pihak terkait yang telah membersihkannya.

Pada bulan-bulan setelahnya saya kembali mengunjungi Gedong Kirtya, sebab kunjungan ke perpustakaan yang menyimpan manuskrip-manuskrip pengetahuan ini adalah hal yang wajib dan harus saya lakukan ketika kembali ke Singaraja apabila ada agenda menginap dua atau tiga hari baik itu dalam kegiatan-kegiatan keluarga ataupun komunitas.

Setelah kayu, bambu, tali, kawat itu bersih dari tubuh gapura ini lantas untuk pertama kalinya saya melihat lebih detail pola ornamen relief yang menjadi unsur estetik dekoratifnya, tentu tidak lupa saya mengarahkan pengamatan saya pada bagian-bagian yang retak dan rusak pada bagian-bagian gapura dengan sesekali mengambil gambar melalui kamera agar penglihatan mata saya terbantu dengan mode zoom lensa kamera.

Relief Cetak Motif Bun-Blelengan di Gedong Kirtya | Foto: Purwita Sukahet

Yang mencengangkan adalah seluruh motif hias ornamen pada dua gapura tua dengan angka tahun 1939 ini dibuat dengan mempergunakan teknik cetak semen, hal itu dapat dilihat dari pola bun-bun Blelengan yang menjalar sangat presisi antara satu gapura dengan lainnya, tidak hanya ornamen di tubuhnya, pada bagian atas yaitu pamucu/sudut yang dihiasi dengan motif kekarangan juga adalah relief cetak.

Indikator lain yang menguatkan bahwa itu dibuat dengan teknik mencetak adalah pada bagian sudut-sudut motif masih menyisakan sisa-sisa tipis semen bergerigi akibat kelebihan material saat mencetak. Ada pula pola cecawian/cawian pada daun dan bunga yang dibuat menonjol sebab pada umumnya cawian pada ukiran metode pahatan membuat garis-garis cekung ke dalam.

Pada bagian sudut gapura yang telah aus/rusak menghadirkan struktur utama bangunan dari bata merah yang juga telah aus, sehingga mengekspos relief terlihat mengambang akibat relief yang telah dicetak ditempelkan ke struktur utama. Beberapa bagian yang patah potongannya ditemukan di sekitar gapura dan jelas sekali pola cetakan relief pada sisi pinggirnya. Menemukan kenyataan ini lantas secara lebih detail saya foto setiap bagian-bagiannya.

Penggunaan semen untuk membuat relief juga sebelumnya saya dapatkan di permandian umum di situs Kayehan depan Pasar Buleleng. Situs itu sebenarnya masih satu kompleks dengan Gedong Kirtya. Bedanya adalah di situs Kayehan ini metodenya tidak mempergunakan relief cetak melainkan dikerjakan dengan membentuk adonan semen yang tertempel di dinding gapura, serupa penerapan metode ukir bias malela, akan tetapi yang ini lebih masterpiece penggarapannya dari pada bias malela sekarang.

Beberapa waktu kemudian saya arahkan pandangan kepada fragmen-fragmen relief di wilayah Pasar Anyar dan Kampung Tinggi, pada bagian façade bangunan ruko-ruko terdapat ornamen-ornamen juga yang sepintas tampak sama akan tetapi berbeda terutama pada bagian tengah, biasanya berisi gambar tertentu berupa simbol-simbol binatang, lanskap mini, patung, angka tahun, dll. Terutama untuk angka tahun saya menjumpai angka 1925 pada salah satu ruko.

Garis Cawian Menonjol Pada Daun dan Bunga Khas Relief Cetak | Foto: Purwita Sukahet

Bagian Rusak Relief yang Menguatkan Indikasi Relief Cetak | Foto: Purwita Sukahet

Saya mencoba membacanya dari sisi evolusi teknik dan bahan pengerjaan yang kemudian presentasinya saya sampaikan pada acara Panel Diskusi Kolaboratif bertajuk “Membaca Kota Mengeja Kita” besutan Lingkar Studi Sastra Denpasar pada 22 Oktober 2022 di STAH Mpu Kuturan. Di sana saya coba merangkum tentang sebaran fragmen-fragmen relief khas sebagai penanda Kota Singaraja meski keberadaannya kini benar-benar terancam oleh banner-banner cetak.

Setelahnya, dari acara ini saya mencoba menelusuri lebih jauh tentang relief-relief di Kota Singaraja, tetap berada pada bingkai pemetaan dan pola perubahan dari masa ke masa, tulisannya dapat dibaca di Jurnal Humanis UNUD dengan judul “Singaraja dan Fragmen-fragmen Relief Penanda Perkembangan Kota Tinjauan Sejarah Visual Awal Abad XX Sebagai Potensi Visual Branding Urban Heritage.”

Meski demikian tetap saja saya masih berada di dalam kabut misteri, apa yang pernah saya lakukan dari uraian tadi terkait relief melalui catatan, dokumentasi maupun tulisan adalah sebentuk pengarsipan sedini mungkin serta bagian dari data-data dalam arsip.

Dua Potongan Pecahan dari Bagian Gapura di Gedong Kirtya | Foto: Purwita Sukahet

Kembali ke relief cetak di Gedong Kirtya, saya sungguh belum menemukan jalan terang dari kabut misteri itu, terutama jejak sejarah terkait lokasi dibuatnya di mana? Siapa tokoh dibalik karya masterpiece awal abad ke-20 ini? Bagaimana aspek tekniknya? Dan lain-lain.

Untuk memahaminya, saya mencoba bandingkan dengan relief cetak yang kini masih eksis di Karangasem yang juga sekurang-kurangnya lahir pada dekade abad yang sama.

Di Karangasem catatan sejarahnya masih dapat dilacak, tentu ada peran Raja Karangasem saat itu yang bernama I Gusti Bagus Jelantik yang bergelar kebangsawanan Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem, dengan memprakarsai pembangunan areal bencingah baru di areal Puri Kanginan Karangasem atau lebih dikenal dengan Puri Agung Karangasem, Di situ tiga kekuatan digabungkan yaitu Undagi Bali, arsitek Eropa, dan Tionghoa, di pusat kota Bumi Lahar itu, dan dari sinilah lahir relief cetak kemudian dipergunakan juga di dalam membangun kawasan Taman Ujung Sukasada, dan Taman Tirta Gangga.

Beruntungnya di Karangasem adalah relief cetaknya masih lestari dan diproduksi hingga kini melalui salah satu tokoh dari Puri Kaleran Karangasem.

Ornamen Karang Simbar Cetakan | Foto: Purwita Sukahet

Nah, persoalannya adalah jejak narasi sejarah relief cetak tertua (data sementara) di kawasan Gedong Kirtya Singaraja seolah hilang tidak berbekas, yang tersisa hanyalah dua pasang gapura saja yang seharusnya juga sudah dipikirkan tentang bagaimana merestorasi dengan sebaik-baiknya melalui studi teknis oleh tenaga ahli yang memang bergelut di bidang restorasi bangunan tua cagar budaya.

Meski kini kita dapat menjumpai relief cetak lainnya di bagian jeroan Pura Desa Buleleng pada gapura utamanya, itu relief yang baru dan sangat yakin belakangan itu dibawa dari Karangasem. Dugaan-dugaan saya menjadi kian spekulatif tentang relief cetak di Singaraja, bahwa mungkin saja dahulu ia sempat populer di kawasan Kota Singaraja, sempat dipergunakan di berbagai tempat akan tetapi tidak dilanjutkan kembali entah dengan berbagai faktor seperti perubahan sosio-kultural masyarakat Singaraja yang sangat dinamis, faktor bencana alam seperti gempa yang cukup banyak menghancurkan bangunan dan ketika dibangun ulang tidak menuruti langgam sebelumnya, dll.

Yang jelas, bagi saya kasus relief cetak di Kota Singaraja pada awal abad ke-20 adalah hal yang spesial. Sama spesialnya dengan menelurusi jejak-jejak master seniman gambarnya, nampaknya selain mencari manuskrip alih aksara dan lontar saya harus mencari arsip-arsip tentang pembanguan dan pengembangan kawasan perpustakaan Gedong Kirtya.

Semoga di kabut misteri ini saya berjumpa lentera, sekiranya seperti lirik lagunya Astrid “Tentang Rasa” populer 12 tahun lalu menyatakan “aku tersesat menuju hatimu, beri aku jalan yang indah”, hehehe…. meskipun seandainya nanti juga buntu dan tersesat toh juga saya tersesat di jalan yang benar. [T]

Pohmanis, 24 Februari 2024

Editor: Adnyana Ole

Kepekaan Estetika Kita dan Cagar Budaya Gedong Kirtya
Jangan Belajar ke India Sebelum ke Gedong Kirtya Buleleng
Kata Kembali Merumah di Singaraja
Tags: bulelengcagar budayaGedong KirtyaKota SingarajaRelief Baliukiran bali
Previous Post

Pantai Segara Wilis, Pasir Hitam yang Lembut dan Langit Penuh Warna

Next Post

Lelaki Pemetik Cengkeh dan Pelacur yang Penuh Perhatian | Cerpen Putu Arya Nugraha

Dewa Purwita Sukahet

Dewa Purwita Sukahet

Perupa, suka ngukur jalan, dan CaLis tanpa Tung

Next Post
Lelaki Pemetik Cengkeh dan Pelacur yang Penuh Perhatian | Cerpen Putu Arya Nugraha

Lelaki Pemetik Cengkeh dan Pelacur yang Penuh Perhatian | Cerpen Putu Arya Nugraha

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Kisah Perseteruan Anak Banteng dan Sang Resi

by Ahmad Sihabudin
May 27, 2025
0
Syair Pilu Berbalut Nada, Dari Ernest Hemingway Hingga Bob Dylan

PERSETERUAN anak-anak banteng dengan seorang resi kesatria paripurna masih terus berlanjut, malah semakin sengit dengan melontarkan serangan membabi-buta, penuh amarah...

Read more

Menelusuri Jejak Walter Spies Sembari Membangun Refleksi Pembangunan Bali

by Gede Maha Putra
May 26, 2025
0
Menelusuri Jejak Walter Spies Sembari Membangun Refleksi Pembangunan Bali

NAMA Walter Spies tentu saja sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat Bali, terutama Ubud. Di tempat tinggal terakhirnya...

Read more

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025
Gaya

Wahyu Sanjaya dan Cintya Pradnyandewi Terpilih Sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025

WAYAN Wahyu Sanjaya dan I Gusti Ayu Cintya Pradnyandewi  terpilih sebagai Duta Bahasa Provinsi Bali 2025 dalam puncak acara pemilihan...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co