TRADISI merupakan kebiasaan yang telah dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun temurun. Tradisi biasanya menjadi milik komunitas secara keseluruhan daripada individu atau kelompok tertentu. Masyarakat telah memiliki tradisi lisan sejak dahulu kala, maka tradisi lisan itu ada Ketika manusia itu ada.
Sibarani (2012:11) menyatakan bahwa tradisi lisan tidak hanya mencakup kelisanan, seperti tuturan yang kemudian dikategorikan dalam bentuk tulisan, tetapi juga bentuk dan pola kelisanan sehingga dapat berkembang menjadi pengetahuan masyarakat dan diwariskan melalui berbagai versi dari generasi ke generasi.
Hal senada juga disampaikan Irwanto (2012) yang menyatakan bahwa tradisi lisan tidak hanya mencakup dongeng, mitologi, dan legenda pada umumnya, tetapi juga informasi mengenai cara pandang, identitas, ekspresi, serta sistem religi dan kepercayaan masyarakat.
Saat ini masyarakat masih memiliki dan bahkan mempertahankan tradisi lisan. Namun, lambat laun tradisi lisan itu mulai terancam punah karena kurangnya minat generasi muda dalam mempertahankan tradisi lisan.
Kemajuan teknologi memberi dampak terhadap terhadap keberadaan tradisi lisan. Di samping itu, masuknya kebudayaan asing juga berdampak negatif terhadap tradisi lisan. Generasi muda terlalu mudah mengadopsi budaya asing (Barat) dan ada kecenderungan generasi muda meninggalkan tradisi yang dianutnya.
Dengan fenomena seperti itu, perlu dilakukan penyelamatan terhadap tradisi lisan. Bentuk penyelamatan itu dilakukan melalui proses pembelajaran di sekolah. Cara ini sangat efektif sehingga siswa mengetahui tradisi lisan yang ada di daerahnya.
Guru diharapkan berinovasi dalam pembelajaran dengan menggunakan berbagai sumber dalam pembelajaran. Guru bisa memperkenalkan dongeng, legenda atau asal-usul dari suatu desa dalam pembelajaran.
Kompetensi literasi siswa menjadi isu krusial saat ini. Rendahnya literasi siswa diakibatkan karena animo siswa untuk membaca sangat rendah. Kemajuan teknologi AI (Artificial Intelegence) berdampak negatif bagi siswa.
Siswa dalam membuat tugas tidak berusaha mengembangkan idenya, tetapi menempuh cara instan dengan berbantuan AI, misalnya browsing di Google, menggunakan chatgbt. Hasil pencarian itu tidak ditelaah siswa dan tidak dipahami siswa. Hasil yang diperoleh langsung ditelan mentah-mentah. Hal inilah yang menyebabkan siswa malas untuk membaca sehingga keterampilan berpikir kritis siswa tidak terasah dengan baik.
Rendahnya tingkat berpikir kritis siswa diakibatkan oleh bahan bacaan yang tersedia di perpustakaan kurang menarik bagi siswa. Pembaharuan bahan bacaan di perpustakaan tidak dilakukan secara konsisten. Begitu pula buku yang tersedia di pojok baca di setiap kelas, juga tidak menarik bagi siswa.
Siswa membutuhkan pembaharuan dalam proses pembelajaran. Jika guru dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa tentu siswa akan semakin termotivasi dalam belajar. Dongeng, legenda, atau jenis tradisi lisan yang lain kaya akan nilai-nilai sosial, etika, dan nilai toleransi. Mengapa kita tidak berusaha menggali nilai-nilai tradisi lisan yang ada dekat kehidupan siswa?
Guru dapat berkolaborasi dengan guru yang lain dengan menyusun e-modul tentang tradisi lisan yang dimiliki masyarakat. Dengan inovasi ini siswa termotivasi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa termotivasi membaca karena sumber bacaan yang tersedia menarik perhatian siswa.
Dengan menyusun e-modul tradisi lisan suatu masyarakat akan lebih gampang dalam membentuk profil pelajar Pancasila (pancasilais). Nilai-nilai dalam Pancasila seperti yang dikatakan Bung Karno sudah ada tertanam dalam masyarakat itu (sekarang bernama masyarakat Indonesia) ada.
Nilai-nilai Pancasila yang sudah ada dan melekat saat ini kecenderungannya terkikis dengan kemajuan teknologi dan arus moderenisasi. Sudah saatnya guru berinovasi dalam melakukan pembelajaran dengan memakai sumber pembelajaran berupa tradisi lisan dalam suatu masyarakat. Sumber belajar yang sebenarnya tidak asing bagi siswa.
Dengan cara ini, tradisi lisan akan tetap bertahan. Siswa akan mengenal dan dapat memetik nilai-nilai tradisi adiluhung leluhurnya.[T]
- Contoh e-modul “Asal-Usul Desa Adat Lantang Idung, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali”, dapat diunduh di link berikut: https://online.fliphtml5.com/gnqto/uufy/#p=1