29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Hindu Bali: Om, Ong atau Wong?

Sugi LanusbySugi Lanus
August 24, 2023
inEsai
Hindu Bali: Om, Ong atau Wong?

— Catatan Harian Sugi Lanus,  24 Agustus 2023

Banyak yang bertanya melalui WA atau pertanyaan langsung ketika berjumpa offline prihal pengucapan BIJA MANTRA utama dalam tradisi Hinduisme: OM atu ONG?

Perlu ditambahkan bahwa dalam masyarakat Hindu Bali sebelum kemerdekaan bukan hanya ada varian pelafalan OM dan ONG, variasi pengucapan WONG juga ada. Hasil riset Jane Belo tahun 1937-1938, diterbitkan dalam buku BALI: TEMPLE FESTIVAL (1953), puja pemangku Banjar Kutuh, Sayan-Ubud, pengucapannya adalah WONG. Yang mencatat pengucapan WONG ini adalah Goesti Made Soemeng, sekretaris peneliti Jane Belo.

Ada kecenderungan yang berkembang sekarang jika seseorang belajar mantra dari catatan mantra-mantra beraksara Latin tanpa pendampingan GURU yang mumpuni akan rentan, alih-alih menjadi mantap, berbalik mengundang keragu-raguan: OM, ONG atau WONG?

Siapapun yang bertanya-tanya ke saya secara pribadi perihal variasi pengucapan Om, Ong ataupun Wong, saya berharap untuk dipahami secara hati-hati, dengan hati terbuka membaca penjelasan saya di bawah ini. Saya tidak ada niat ingin mengurui. Saya hanya berbagi sebagai semeton sedharma dan saya tujukan jawaban ini ke semeton yang bertanya langsung ke saya. Karena saya tidak bisa satu persatu memberikan jawaban, maka saya ketik jawaban pribadi saya sebagai berikut:

.

Beragama Hindu Bali sebelum masa pendidikan modern, sebelum ada sekolah dan kurikulum modern Agama Hindu di Nusantara, proses belajar atau proses pemerolehan pengetahuan keagamaan diturunkan lewat tradisi guru-sisya (guru-murid). Prosesnya lisan. Mantra dan puja mengacu atau berpegangan pada pengucapan atau pelafalan GURU yang diajarkan langsung ke SISYA (siswa/murid). Jika ada ajaran tertulis maka huruf bukan huruf Latin tari AKSARA BALI atau AKSARA NUSANTARA lainnya.

Salah satu alasan kuat kenapa Hindu Bali masih bertahan ajarannya selama ribuan tahun karena tradisi GURU-SISYA. Jika tidak ada tradisi ini bisa dipastikan Hindu Bali bergoyang karena kekaburannya. Hindu Bali bukan tradisi jalanan. Diturunkan secara baik dan transmisinya dari sang guru bersambung ke sang sisya. Demikian secara sinambung.

Siapa SANG GURU?

Bisa saja orang tuanya yang memang memahami Agama Hindu Bali, atau jika orang tuanya tidak paham maka mereka masisya (berguru) ke griya Mpu, Rsi, Dukuh, Padanda, Bhagawan, dstnya. Anak-anak Padanda dan sulinggih lainnya termasuk kategori “sisya” dalam proses ini. Kalau kelak setelah matang dilantik dalam tradisi DIKSA. Baik putra kandung atau bukan putra kandung masing-masing SISYA dilahirkan kembali sebagai PUTRA. Putra dalam hal ini “kaputra diksa” — dijadikan anak secara garis gotra atau tradisi inisiasi kepanditaan.

Proses guru-sisya tingkat lanjut disebut relasi NABE dan calon DIKSITA. Semua “putra diksa” yang lahir dari Nabenya mutlak mengikuti pelafalan dan tradisi puja yang diberikan/diajarkan oleh Nabenya masing-masing. Jika yang bersangkutan merobah atau mereview kembali ajaran Nabenya wajib seijin Nabenya. Tanpa seijin Nabe, jika langsung merobah tradisi Puja dan Weda yang diberikan oleh Nabenya, maka yang bersangkutan keluar atau merintis sendiri secara ulang garis perguruannya sendiri.

Jika dalam tradisi guru-sisya (guru-murid) Anda diajarkan pengucapan Wong, silahkan lanjutkan tradisi itu. Jika guru Anda mengucapkan Ong, silahkan lanjutkan pelafalan itu.

.

Oleh karena garis-guru-sisya yang saya ikuti mengajari saya menguncarkan suara Oṃ dengan /o/ bulat dan ditutup /ṃ/ bibir atas dan bibir atas saling bertemu dan tertutup lembut, dan ini juga sejalan dengan yang diajarkan oleh I Gusti Bagus Sugriwa kepada murid-muridnya langsung di sekolah PGA Hindu, maka kami melanjutkan tradisi pengucapan ini. Saya belajar TRISANDHYA dari guru sekolah saya IDA BAGUS SUAMBA (nama walaka sebelum melinggih dalam tradisi Kamenuh) di usia 8-9 tahun dengan pengucapan Oṃ.

Selanjutnya di usia 17 tahun sampai 19 tahun saya secara privat mendapat transmisi langsung pengucapan Oṃ dari guru kami Guru Newata Mantra Kamenuh. Jadi saya tidak akan bergeming dengan pengajaran lain, sebab itulah yang saya terima dari garis guru-sisya saya. Kedua guru saya yang kebetulan bergaris silsilah tradisi Pandita Kamenuh Bali Utara. Sayapun setiap ditanya akan mengakui bahwa memasuki Hindu Bali dalam garis Pandita Kamenuh. Dari lahir, tiga bulanan, diberikan upakara wayang, belajar puja-mantra, dll., alirannya adalah tradisi Kamenuh Bali Utara.

.

Saya telah mengamati atau bersaksi bahwa banyak umat beragama Hindu Bali rentan jatuh dalam kekaburan jika tidak lagi menganut tradisi GURU-SISYA. Saya bahkan mendapat pengakuan keluarga Bali yang berpindah agama dipicu oleh persoalan ini. Saya mensinyalir beberapa teman yang ikut masuk dan belajar ajaran SAMPRADAYA pun karena alasan ini. Garis guru-sisya di keluarganya terputus. Ini bukan hanya terjadi di kalangan keluarga luar garis kepanditaan tradisional.

Bahkan di tengah keluarga yang semestinya secara tradisional adalah pewaris darah atau trah kepanditaan, akibat PUTUS-DIKSA atau PUTUS GURU-SISYA, mereka goyang dan memasuki kelompok belajar SAMPRADAYA untuk mencari penerang. Tumpukan kertas atau lontar-lontar yang berisi mantra dan ajaran tanpa dijamin tradisi suci garis guru-sisya secara historis membuka muncul interpretasi sangat luas dan bisa memancing gotak-gatik-gatuk, alias cocokologi. Alih-alih memberi penerangan, yang muncul kegelapan. Secara tradisional tidak akan ajeg tradisi Puja-Weda tanpa dimediasi oleh tradisi PARAM-PARAM atau GURU-SISYA.

Ibu kandung saya selalu menekankan saat saya mulai belajar agama sekitar kelas 3-4 SD bahwa agama Hindu Bali manut tradisi DHARMA-PARAMPARĀ. Istilah ini adalah istilah bahasa Kawi dan Sanskrit untuk garis Guru-Sisya. Ibu saya selalu mengulang-ulang cerita di masa kecil di griya Kemenuh tugasnya menimba air untuk TIRTA PEDANDA, dan mengajari saya untuk tegak lurus dengan PARAMPARĀ.

Dijelaskan bahwa garis guru dan sisya sinambung. Ajaran diturunkan dalam pembelajaran yang berkesinambungan, atau suksesi ajaran tidak boleh terputus untuk menjaga tradisi puja dan semua ajaran dharma. “TIDAK BOLEH TERPUTUS!”, papar ibu saya. Ini disebut sebagai dharmaparamparā. Ini sejalan dengan yang berkembang di pusat kerajaan. Di kalangan pewaris kerajaan sang raja akan mewariskan Puja Satria dan semua pedoman ajaran lontar etika dan dharmaning kasatria ke pelanjutnya agar tidak terputus keilmuan dan kemahiran ketatanegaraannya, tradisi ini disebut sebagai RAJĀ-PARAMPARĀ. 

Pokok-pokok ajaran dan DIKSA dalam DHARMA-PARAMPARĀ atau GURU-SISYA dijaga ketat dalam perguruan di masing-masing. Tradisi suci ini perpusat di PADUKUHAN, KARESIAN, KABHUJANGGAN, WANASRAMA, KADEWANGURUAN, GRIYA, dstnya.

.

Jika melihat buku PEDOMAN TRISANDHYA yang disebarkan pertama kali dan selanjutnya diajarkan secara lisan di sekolah semasa hidup ‘guru-suci’ I Gusti Bagus Sugriwa, sangat jelas pengucapan yang diajarkan adalah OM. Hal ini bisa ditanyakan langsung ke murid-murid yang mendapat pengajaran langsung oleh I Gusti Bagus Sugriwa, seperti dosen saya Ida Bagus Agastia, Mpu Prof Titib, dan mertua saya sendiri yang adalah siswa teladan yang diasuh langsung di bawah bimbingan I Gusti Bagus Sugriwa yang mengajarkan pelafalan OM dalam TRISANDHYA.

Pengajaran TRISANDHYA dengan pelafalan OM oleh I Gusti Bagus Sugriwa secara formal diterima di sekolah dan kalangan pandita dan pemangku semenjak tahun 1950-an.

.

.

Sebagai penutup saya tambahkan bahwa newata-almarhum IDA PEDANDA OKA PUNYATMADJA, intelektual dan ahli puja-mantra dan lontar-lontar suci kepanditaan yang ternama, yang menjadi salah satu dari dua penyusun TUNTUNAN KRAMANING MUSPA (lebih terkenal sekarang sebagai PANCA SEMBAH) mengajarkan dan menuliskan bahwa pengucapan PANCA SEMBAH dimulai dengan BIJA-MANTRA dengan pelafalan OM.

Pedoman PANCA SEMBAH secara aklamasi diterima dan dicetak serta disebarkan di kalangan pemangku, sulinggih, dan guru di seluruh Bali dan Indonesia semenjak tanggal 1 Pebruari 1970. Pedoman PANCA SEMBAH bersumber dari Weda Suci yang ditemukan dalam lontar-lontar Bali. Pengucapan dan penulisan dalam buku TUNTUNAN KRAMANING MUSPA (PANCA SEMBAH) adalah OM.

  • BACA artikel dan esai lain dari penulis SUGI LANUS
Yadnya Keenam, Yadnya Melindungi Lingkungan
Manusia Mentah Menurut Hindu Bali
Kepala Kelamin & Pusat Kendali Padmahṛdaya
Tags: hinduHindu Bali
Previous Post

Pentingnya Kolaborasi dalam Menumbuhkan Sikap Positif Bahasa : Catatan Pemantauan dan Evaluasi Revitalisasi Bahasa Daerah di SMPN 2 Sawan

Next Post

Gamelan Mulut Tour Eropa 2023, Dubes RI Brussel Ikut Menari

Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembaca manuskrip lontar Bali dan Kawi. IG @sugi.lanus

Next Post
Gamelan Mulut Tour Eropa 2023, Dubes RI Brussel Ikut Menari

Gamelan Mulut Tour Eropa 2023, Dubes RI Brussel Ikut Menari

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co