9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Meyakini Hal Yang Tidak Terlihat dan Tidak Tertulis | Curahan Hati Anak Muda dari Pedawa

I Gede Teddy SetiadibyI Gede Teddy Setiadi
February 7, 2023
inEsai
Meyakini Hal Yang Tidak Terlihat dan Tidak Tertulis | Curahan Hati Anak Muda dari Pedawa

Balian Desa menjalankan upacara ngangkid di Tukad Pengangkidan di Desa Pedawa, Buleleng | Foto: Teddy Setiadi

“Bagaimana saya bisa mempercayai tentang apa yang kamu katakan jika saya dan kamu saja tidak pernah membacanya dari sumber manapun dan tidak pernah melihatnya secara langsung?”

Pertanyaan seperti ini sering sekali membuat kita ikut bingung dan tidak percaya diri terhadap tradisi yang kita miliki. Apalagi, sebagai generasi yang memiliki keterbatasan pengetahuan, keterbatasan sumber data yang akurat, atau keterbatasan kemampuan dalam menjelaskan secara ilmiah, tentu juga akan sulit memberi jawaban, misalnya jika ada yang meminta penjelasan dengan sumber data atau meminta penjelasan secara ilmiah.   

Saya adalah anak muda dari generasi di Desa Pedawa. Saya akan berangkat dengan pembahasan bahwa kita tahu sendiri, banyak sekali cerita dan tradisi unik yang ada di Bali, termasuk di desa saya, di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Buleleng.

Di Desa Pedawa terdapat banyak sekali tradisi-tradisi unik, yang secara arti dan makna, tidak tertulis, baik itu di lontar atau di sumber-sumber lain.

Saya sebutkan saja beberapa dari banyaknya tradisi yang ada di Desa Pedawa, salah satunya tradisi nyerimpen yang dilakukan kepada setiap anak di Desa Pedawa. Secara singkat nyerimpen adalah upacara manusa yadnya yang dilakukan pada Hari Raya Galungan.

Upacara nyerimpen ini dilakukan sebanyak tiga kali oleh setiap anak, bersamaan dengan upacara haturan banten Galungan. Upacara yang pertama dan kedua disebut nyerimpen sibakan dan upacara ketiga disebut nyerimpen nampah ukudan. Untuk orang yang tidak mampu, upacara ini boleh dilaksanakan yang pertama saja, yaitu nyerimpen sibakan.

Selain nyerimpen, tradisi upacara ngangkid yang ada di Pedawa juga terbilang cukup unik. Secara singkat ngangkid merupakan semacam upacara ngaben yang dilakukan dengan tradisi khas Desa Pedawa.

Meskipun ngaben dan ngangkid memiliki tujuan yang sama yaitu sama-sama upacara pitra yadnya atau untuk orang yang sudah meninggal, tetapi ngangkid di Desa Pedawa merupakan upacara suci kepada arwah, disimbolkan dengan mengangkat roh dari sungai pengangkidan dan kemudian selanjutnya, diwujudkan (keadegang) di kunduh atau orang Bali pada umumnya menyebutnya semacam sekah, lalu di puput di bale pengangkid (bale banten di tempat dilangsungkannya upacara). Upacara dipimpin oleh Balian Desa.

Selain cerita tentang keunikan upacara ngangkid, saya adalah salah satu saksi yang melihat dan merasakan langsung keunikan dari upacara ngangkid yang dipuput atau dilaksanakan oleh Balian Desa yang dimana gelar Balian Desa tersebut diperolehnya dari terun temurun.

Keunikannya saya lihat pada saat Balian Desa nedunang atma atau memanggil atma orang yang sudah meninggal yang seakan seperti masuk ke raga Balian Desa dan berbicara memanggil nama-nama keluarga seperti anaknya, ibunya atau menitipkan pesan kepada mereka.

Selain banyaknya keunikan yang pernah saya lihat di Desa Pedawa seperti tradisi nedunang atma pada saat upacara ngangkid itu, ada juga beberapa hal tentang keunikan tradisi lain yang ada di Desa Pedawa.

Misalnya masyarakat Pedawa masih mempertahankan kepercayaan, bahwa pada saat upacara ngusaba dan upacara sakral penting lainnya tidak dipuput oleh seorang Sulinggih atau Ida Pedanda, melainkan sampai sekarang masyarakat Desa Pedawa masih percaya dan sepakat mempertahankan tradisi bahwa upacara ngusaba dan ritual penting lain itu dipuput atau dipimpin oleh seorang Balian Desa .

Foto: Anak-anak dalam upacara nyerimpen di Desa Pedawa, Buleleng | Foto: Teddy Setiadi

Itulah sedikit cerita-cerita singkat tentang keunikan upacara yang ada di Desa Pedawa. Terlepas dari bagaimana saya dan masyarakat Desa Pedawa harus mempertahankan tradisi itu sendiri, saya lebih tertarik membahas tentang bagaimana masyarakat Desa Pedawa harus menyakini tradisi yang ada di desa itu.

Dengan kemajuan era seperti sekarang ini, maka ke depan  tetua-tetua kami tentu tidak lagi mudah menjelaskan kepada generasi-generasi berikutnya tentang hal-hal yang tak bisa dijelaskan dengan akal sehat, seperti prosesi nedunang atma, dimana orang sudah meninggal lama, bisa masuk ke raga Balian Desa atau yang muput upacara, dan dapat berbicara persis dengan gerak gerik seperti pada saat orang itu masih hidup.

Karena banyak sekali keunikan yang ada di Desa Pedawa, dimana tradisinya tidak banyak yang tertulis, baik penjelasan tentang makna atau arti dari tradisi itu,  maka banyak generasi sekarang seakan tidak mudah percaya dengan penjelasan-penjelasan yang mungkin tidak bisa digambarkan dengan cara ilmiah..

Jangankan tradisi yang pelaksanaannya sering dianggap rumit, bahkan sesederhana jika ada yang menanyakan tentang sejarah Desa Pedawa sendiripun sangat sulit mencari sumber yang bisa menjelaskan dengan jelas. Jika ada, paling-paling penjelasan itu hanya sekadar menceritakan kembali apa yang sempat didengar dari pendahulu-pendahulu kami yang ada di Pedawa. Itupun versinya sudah beragam dan berbeda-beda.      

Kita harus menyadari bahwa di era sekarang banyak dari kita tidak dapat mengontrol kemajuan yang begitu luar biasa pesatnya. Sebut saja yang paling gampang adalah era kemajuan internet. Kita dengan mudahnya bisa mengakses apa saja yang mau kita cari, layaknya dunia sudah ada di genggaman kita.

Dengan kemajuan ini banyak sekali dari kita yang tidak pandai mencerna tentang kebenaran dari sumber tersebut, bahkan kita sering menjadi korban berita palsu. Hal inilah yang menjadikan generasi sekarang menjadi dua kali lebih berhati-hati dalam menerima informasi apapun itu bentuknya.

Oleh karena alasan-alasan itu, generasi sekarang seperti terjebak pada pikiran kalau segala sesuatu itu harus ada sumber yang jelas. Setidaknya jika tidak melihat dengan mata kepalanya sendiri di jaman sekarang, pasti akan menuntut penjelasan dengan harus menyertakan sumber yang jelas. Apalagi ditambah dengan gempuran budaya asing yang seakan mendoktrin generasi-generasi sekarang, mereka harus berpikir rasional serta mudah tidak percaya tentang sesuatu yang rumit, yang tidak bisa atau sulit dijelaskan secara ilmiah.

Lalu bagaimana dengan upacara-upacara unik yang ada di Bali, dengan peristiwa di luar nalar kita sebagai manusia, dan tidak ada yang bisa menjelaskannya dengan ilmiah? Apakah kita harus tidak mempercayainya? Lalu di sisi lain kita masih sering melihat langsung peristiwa tersebut. Menjadi bingung bukan?

Jadi menurut pandangan saya, satu-satunya cara untuk mempertahankan atau mempertebal tradisi-tradisi unik di tengah gempuran budaya luar dan budaya meboya, adalah dengan meyakininya saja. Ya, sesimpel itu .

Meyakini tradisi yang turun temurun itu,  memang bisa saja tanpa harus memperdebatkannya lagi. Karena menurut saya tradisi tidak semua harus dijelaskan dengan logika dan tidak semua harus ada penjelasan ilmiahya.

 Jika kita sebagai generasi pewaris terus terjebak pada pemikiran kalau segala sesuatu itu harus ada sumber dan penjelasan secara ilmiah, bagaimana dengan tradisi-tradisi kita yang ada di Bali yang begitu sangat unik dan begitu banyaknya? Apakah semua harus dijelaskan dengan logika satu per satu?

Jadi menurut saya, sekali lagi, untuk mempercayai sesuatu yang tidak terlihat dan tidak tertulis adalah dengan menyakini tanpa harus memperdebatkannya .

Tetapi jika dengan keyakinan saja masih belum cukup. Misalnya kita merasa terlihat seolah-olah tunduk begitu saja tanpa harus menganalisa terlebih dahulu tentang apa yang masuk kedalam pikiran kita, alangkah baiknya kita cari tahu lagi arti dari keyakinan itu sendiri.  Supaya tidak mengkerdilkan bahkan menyalahartikan arti luas dari keyakinan itu sendiri.

Dan bacalah tulisan ini dari atas sekali lagi, lalu yakini. Begitulah kira-kira. [T]

“Mepetokan” dari Desa Pedawa: Arena Perang Pantun Untuk Proses Pendewasaan Diri

BELAJAR DARI DESA PEDAWA: RATU SURAT-MELAYU & RATU NGURAH MELAYU
Berpadunya Narasi Ibu dan Spiritual dalam Pentas Sastra Daerah “I Jaum” di Desa Pedawa
Tags: Desa Pedawagenerasi mudaTradisiupacara
Previous Post

Wayan Westa: Upacara Banyak, Yang Kurang Adalah Doa Dalam Tindakan

Next Post

Dari Puisi, Riki Dhamparan Putra Berdiang di Perapian Buya Syafii

I Gede Teddy Setiadi

I Gede Teddy Setiadi

Lahir di Desa Pedawa. Kini tinggal di Singaraja

Next Post
Dari Puisi, Riki Dhamparan Putra Berdiang di Perapian Buya Syafii

Dari Puisi, Riki Dhamparan Putra Berdiang di Perapian Buya Syafii

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co