24 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Bom dan Bapak | Cerpen Surya Gemilang

Surya GemilangbySurya Gemilang
October 30, 2022
inCerpen
Bom dan Bapak | Cerpen Surya Gemilang

Ilustrasi tatkala.co | Wiradinata

Aku sedang bermain Crash Bandicoot di PS ketika Ibu mengatakan: Bapak kena bom. Ibu pernah bilang kita tidak boleh menangis jika sudah besar—tapi Ibu menangis ketika mengatakan Bapak kena bom. Ibu mirip karakter sebuah gim petualangan ketika nyawanya hampir melayang: pucat dan bungkuk dan matanya basah.

Tunggu dulu … Bapak kena bom, katanya?

“Apa Bapak melayang seperti malaikat?” tanyaku. Crash Bandicoot akan melayang arwahnya jika terkena bom: tubuh-putih-kebiruan akan terbang keluar dari tubuh aslinya; tubuh-putih-kebiruan itu bersayap persis malaikat. Mungkin Bapak juga begitu.

Dan Ibu menggeleng. Ia menyuruhku bersiap-siap ke rumah sakit dan mematikan PS, lalu ia memasuki kamarnya dan aku lanjut bermain PS. Level ini mestinya selesai sebentar lagi. Tetanggaku berada di level yang lebih jauh dan aku tak boleh tertinggal—aku pernah kalah balap sepeda dengannya dan aku tak akan kalah di Crash Bandicoot.

[][][]

Kemarin Minggu aku menonton Scooby-Doo di TV, dan selagi menonton Ibu bersila di lantai, memotong kuku kakiku. Sesekali Ibu menoleh ke TV tiap aku tertawa, dan aku ingin Ibu menyukai tontonanku, sehingga aku sering tertawa saat tak ada yang lucu. Akhirnya Ibu ikut tertawa saat Scooby si Pengecut dengan keras menarik sehelai perban di tubuh mumi gentayangan, dan tubuh mumi itu berputar kencang seperti gasing seiring lepasnya perban, dan terbongkarlah siapa penjahat yang menyamar jadi mumi tersebut.

“Bapak sekarang seperti mumi,” kata Ibu di taksi. Suaranya persis tetanggaku tiap habis menangis. Mungkin bagi Ibu mumi hanya lucu kemarin Minggu, dan hari ini mumi tak lagi lucu.

Selain menonton kartun dan bermain gim PS, aku juga suka menonton sinetron tiap malam. Aku merasa memasuki dunia sinetron saat tiba di rumah sakit: seorang perempuan tua menangis di depan pintu rumah sakit dan berteriak, “Anakku! Anakku!” Hanya orang dewasa di sinetron yang sering menangis—di dunia nyata mereka tak pernah menangis, kecuali Ibu dan perempuan tua itu. Ibu terus menggandengku hingga akhirnya kami berbelok ke sebuah kebun, yang menghadap deretan jendela lebar. Di kebun itu orang-orang dewasa yang menangis berkumpul, sedang anak-anak seusiaku bersikap biasa-biasa saja atau justru berlari-lari sambil tertawa. Mungkin rumah sakit adalah dunia yang ajaib: anak-anak tak lagi cengeng; orang dewasa tak lagi kuat.

Oh, ada juga pria pembawa berita di TV: ia berbicara sambil memegang mik, ia berbicara menghadap pria lain yang mengarahkan benda besar padanya seperti bazoka. Biasanya di gim aku akan berlari jika ditodongi bazoka, tapi pria itu tetap di tempat dan terus bicara.

Ibu menggandengku ke hadapan satu jendela besar. Astaga. Aneh sekali. Kupikir ada banyak jendela berarti ada banyak ruangan. Ternyata hanya ada satu ruangan yang luas, dengan banyak jendela berderet menghadap kebun—kenapa mesti ada sebanyak itu jendela?—dan ada banyak tempat tidur tempat para mumi berbaring!

“Scooby pasti akan ketakutan di sini, Bu!”

“Itu Bapak,” kata Ibu, menunjuk ke dalam ruangan.

Aku tak tahu mumi mana tepatnya yang ia tunjuk—terlalu banyak mumi serupa. Dan untuk apa pula Bapak menjadi mumi? Bapak tak suka Scooby-Doo: ia sering merebut remote TV dariku dan mengganti Scooby-Doo dengan berita atau pertandingan sepak bola—tapi kenapa sekarang ia menjadi mumi seperti penjahat di Scooby-Doo?

“Lihat, yang itu,” kata Ibu lagi, dengan senyum aneh, senyum disertai mata orang menangis. “Lambaikan tanganmu, ayo.”

Aku menurut. Para perawat di sekeliling para mumi menoleh padaku dan tersenyum. Tapi aku tetap tak menemukan Bapak.

“Bapak tersenyum, lihat ….”

Aku tetap tak melihat Bapak ….

[][][]

Esok dan esok dan esoknya, terus-menerus Ibu mengajakku ke rumah sakit, ke kebun yang menghadap jendela kamar para mumi, dari hari masih terang sampai malam tiba. Aku sering merengek karena bosan, dan Ibu meminjamiku ponselnya, di sanalah aku bermain Snake terus-menerus—memang tak seseru Crash Bandicoot, tapi aku suka Snake—dan aku hampir tak pernah berdiri dari bangku kebun, sementara Ibu terus berdiri menghadap jendela, sesekali ia melambaikan tangannya padaku, dan aku tak peduli.

Suatu kali si Pembawa Berita menghampiriku, bersama temannya yang memegang bazoka. Si Pembawa Berita mengajakku berkenalan, dan sejenak aku berhenti bermain Snake.

“Kau mau masuk TV?” tanyanya kemudian.

Masuk TV? Luar biasa! Aku mengangguk.

“Kau bisa terlihat sedih?”

Aku mengangguk lagi. Tapi aku tak tahu kenapa aku harus bisa terlihat sedih. Orang dewasa seperti Ibu dan Bapak tak suka melihatku sedih.

Si Pembawa Berita lalu menanyakan nama serta umurku, dan aku tentu menjawab jujur.

“Dan jika saya bertanya, ‘Siapa keluargamu yang menjadi korban bom?’ kau menjawab …?”

Aku berpikir sejenak. “Bapak …?”

“Bagus. Jika saya bertanya, ‘Bagaimana perasaanmu sekarang?’ kau harus menjawab …?”

“Eee … bosan? Aku bosan. Sekarang hari Minggu, dan harusnya aku bisa menonton banyak film kartun atau bermain Crash Bandicoot di PS.”

Si Pembawa Berita dan si Pembawa Bazoka langsung bertukar tatapan. Mereka seperti berbicara tanpa suara. Kerutan-kerutan di wajah mereka berubah-ubah cepat. Si Pembawa Berita pun mengedikkan bahu dan berkata padaku, “Baiklah, terima kasih untuk waktumu.”

“Omong-omong,” kataku, “apa di TV aku bisa bertemu Scooby-Doo?”

“Scooby-Doo? Tidak.” Ia terbatuk sejenak. “Semoga bapakmu cepat sembuh.”

Mereka pun pergi dariku, dan tak lama segera mendekati anak yang lain.

[][][]

Sekali waktu aku bermimpi Scooby bermain ke rumahku. Mimpi itu tak akan terwujud sekarang: Bapak pulang dalam keadaan seperti setengah-mumi, dan Scooby mesti takut padanya. Aku bilang setengah-mumi, sebab wajahnya tak diperban—tampak luka-luka berbentuk aneh di sana, seperti lumut hitam kemerah-merahan—tidak sebagaimana tubuhnya dari leher ke bawah.

Dan aku lebih menyukai Bapak setelah ia pulang dari rumah sakit: ia tak banyak bicara, ia tak lagi menggangguku ketika bermain gim PS, dengan tiba-tiba menyambar remote dan mengganti gimku dengan berita atau pertandingan sepak bola. Kini Bapak hanya duduk dan diam seraya menontoniku bermain Crash Bandicoot, sementara Ibu mengoleskan sesuatu ke luka-luka di wajahnya, lalu turun ke leher dan dada dan terus ke bawah setelah melepas perbannya—sebelum memasangnya kembali.

“Bapak, lihat!” kataku. “Aku bisa membuat Crash Bandicoot bunuh diri dengan bom.”

Aku pun membuat Crash Bandicoot melompat ke atas kotak merah bertuliskan TNT. Bapak menoleh ke TV. Bunyi tet menandakan TNT akan meledak. Tet ketiga: duar!!! Arwah Crash Bandicoot langsung melayang ke langit. Aku terkekeh. Tatapan Bapak tertuju padaku.

Dan hening.

Ibu juga menatapku. Tatapannya seolah-olah aku habis berbuat nakal, semisal melempar kepala tetangga dengan batu.

Aku menatap Bapak; Bapak menatapku marah: seolah-olah ia ingin memukul pantatku dengan sapu—Apa aku telah berbuat nakal? Dan mata Bapak berair. Memerah. Ia menarik-mengeluarkan napas sekencang banteng bersiap menyeruduk. Ibu mengelus-elus punggungnya. Dan bibir Bapak bergetar. Aku tidak berbuat nakal—Kenapa orang-orang begitu aneh?—tiba-tiba Bapak berdiri cepat dan membanting PS-ku!

Ibu menjerit ….

Bapak memasuki kamar. Ibu menangis seperti bayi yang dibuat kaget. Semut-semut memenuhi layar TV dan mendesis. Kulit sofa yang kududuki mendadak dingin. Dan PS-ku … hancur seperti terkena bom ….

Aku benci Bapak! [T]

  • Catatan: Mengenang bom Bali I, dan Bapak yang terluka karenanya.

[][][]

BACA cerpen lain

Palus Bukit Jambul | Cerpen Gde Aryantha Soethama
Pohon Pedang Kayu | Cerpen Made Adnyana Ole
Sepuluh Tahun Setelah Si Kerudung Merah Membunuh Seekor Serigala | Cerpen Surya Gemilang
Tags: Cerpen
Previous Post

Jajaran Model Tas Lunette yang Populer dan Kekinian

Next Post

Bali Jani Nugraha 2022 | Mas Ruscitadewi Dalam Dunia Cerita Anak-anak

Surya Gemilang

Surya Gemilang

Lahir di Denpasar, 21 Maret 1998. Antologi cerpen tunggal pertamanya berjudul Mengejar Bintang Jatuh (2015). Tulisan-tulisannya yang lain dapat dijumpai di lebih dari delapan antologi bersama dan sejumlah media massa.

Next Post
Bali Jani Nugraha 2022 | Mas Ruscitadewi Dalam Dunia Cerita Anak-anak

Bali Jani Nugraha 2022 | Mas Ruscitadewi Dalam Dunia Cerita Anak-anak

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Mars dan Venus: Menjaga Harmoni Kodrati

by Dewa Rhadea
May 24, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

DI langit malam, Mars dan Venus tampak berkilau. Dua planet yang berbeda, namun justru saling memperindah langit yang sama. Seolah...

Read more

“Storynomics Tourism”: Tutur Cerita dalam Wisata

by Chusmeru
May 24, 2025
0
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

BANYAK pertimbangan wisatawan berkunjung ke satu destinasi wisata. Selain potensi alam dan budayanya, daya tarik destinasi wisata terletak pada kelengkapan...

Read more

Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

by Stebby Julionatan
May 23, 2025
0
Sujiwo Tejo, Kim Nam Joon, dan Najwa Shihab: Siapa yang Didengar, Siapa yang Ditiru?

DALAM dunia pendidikan, kemampuan berbicara bukan hanya tentang menyampaikan kata-kata, melainkan juga menyangkut kepercayaan diri, daya pikir kritis, dan keterampilan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co