Mempertahankan sebuah rasa agar selalu sama selama-lamanya adalah sebuah usaha besar yang hanya bisa dilakukan oleh seorang pahwalan di bidang kuliner. Pahlwan itu bisa saja ibu kita, bisa pengusaha warung kecil, bisa juga seorang chef professional.
Untuk itulah seorang pahlawan di bidang kuliner perlu mendapat penghargaan sebagaimana pahlawan di bidang-bidang lainnya.
“Kita akan selalu ingat apa yang kita rasakan saat makan, rindu akan rasa dan lezatnya makanan buatan orang terbaik, chef terbaik, tetapi kita kadang lupa usaha-usaha mereka.” kata Janet DeNeefe. Janet adalah pendiri dan direktur Ubud Food Festival (UFF).
Dan tahun ini, UFF diselenggarakan pada 24 – 26 Juni 2022, di Ubud, Gianyar, Bali. Tentu, UFF tahun menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh peminat kuliner di Indonesia maupun di dunia, setelah sempat tidak diselenggarakan selama dua tahun karena pandemi.
Festival kuliner ini melibatkan chef, budayawan, pencinta lingkungan, pemilik bisnis dan pakar kuliner ini menjadi tanda kembalinya geliat kreatifitas dan pariwisata Bali kembali pulih.
Kegiatan yang mencakup acara demo memasak dari para chef dan selebriti, bincang-bincang mengenai dunia kuliner, lokakarya, tur kuliner, live musik dan seni, hingga jamuan makan mewah yang spesial.
“Mengembalikan apa yang telah hilang karena Covid sungguh tidak mungkin, namun kami mencoba tetap membuat sesuatu yang kami gemari dan tidak bisa lepas dari pokok kehidupan, yaitu makanan. Untuk itu festival ini penting untuk dihidupkan kembali. Menjadi percikan api bagi pariwisata dan masyarakat Bali,” ujar Janet DeNeefe.
Tahun ini UFF mengangkat tema HEROES, para pahlawan yang berjasa di dunia kuliner hingga yang terdekat, pahlawan dapur, ibu dan nenek. Merenungkan kembali apa yang kita makan dan apa yang telah mereka buat untuk diwariskan kembali ke anak-cucunya.
Janet juga menyebutkan bahwa tahun ini festival memberikan penghargaan kepada William Wongso yang berjasa terhadap kuliner nusantara.
Festival ini mengajak puluhan bisnis kuliner dari berbagai ide dan rasa yang tersebar di Taman Kuliner di area festival, dan ini menjadikan UFF mendapat sorotan penting akhir bulan Juni ini. Makanan, minuman hingga bahan makanan pilihan yang khusus dikurasi oleh tim festival dapat dijumpai selama tiga hari sepanjang festival.
***
Ubud Food Festival (UFF) yang didirikan sejak 2015 itu adalah perayaan kuliner lintas budaya dengan kuliner Indonesia sebagai bintangnya. Di dalamnya berisi acara -acara istimewa, demo memasak, tur makanan, bincang-bincang, lokakarya, musik, pertunjukan seni, film, pasar makanan, dan banyak lagi.
Festival ini merayakan keragaman dan kelezatan lanskap kuliner Indonesia. Telah menggoda 15.000+ pecinta makanan dari negara-negara termasuk Amerika Serikat, Australia, Singapura, Inggris, Filipina, Thailand, dan India pada tahun 2019, Ubud Food Festival sekarang menjadi Festival kuliner terkemuka di Asia Tenggara dan acara yang wajib dihadiri. Menyatukan foodies Indonesia dari seluruh tanah air, UFF19 juga telah menyambut 85% penonton Indonesia, termasuk pengunjung dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan, dan Papua.
Foto dokumen Ubud Food Festival
UFF diselenggarakan oleh Yayasan Mudra Swari Saraswati. Itu adalah yayasan nirlaba independen yang berkomitmen untuk memperkaya kehidupan dan penghidupan masyarakat Indonesia melalui berbagai program pembangunan komunitas seni, budaya, dan kuliner.
Yayasan itu didirikan pada tahun 2003 oleh Janet DeNeefe dan Ketut Suardana sebagai proyek penyembuhan dalam menanggapi bom Bali pertama. Tujuan Yayasan adalah untuk membantu memenuhi kebutuhan kegiatan kreatif di Indonesia, individu, dan komunitas sembari menunjukkan keragaman budaya baik tradisional maupun kontemporer kepada dunia.
Menciptakan ruang untuk pertukaran lintas budaya dan dialog serta diskusi adalah inti dari Yayasan. Hal tersebut dapat dicapai melalui inisiatif Ubud Food Festival dan Ubud Writers & Readers Festival. Melalui acara internasional besar ini, Yayasan mempromosikan Ubud sebagai pusat seni dan budaya serta menampilkan seniman, penulis, chef, dan produser.
***
Festival Manager UFF, Ermayanthi, mengatakan, dengan membeli tiket terusan untuk 1 hari atau 3 hari, pengunjung dapat menikmati kekenyangan yang luar biasa, menikmati acara masak-memasak di Teater Kuliner, berdiskusi dan mendengar para pakar kuliner di Food for Thought, program anak-anak.
“Di areal itu kita juga bisa memanjakan diri dengan Live Music & Arts yang berisi deretan musisi Bali ternama, Navicula, KIS Band, Soulfood, sanggar Kerta Art dan masih banyak lagi.” tambah Ermayanthi.
Jamuan makan malam dan sesi Masterclass juga menjadi sorotan menarik. Festival bekerja sama dengan restoran dan hotel sekitar Ubud untuk memberikan sentuhan tidak biasa bagi makanan yang disajikan dalam level yang berbeda.
Dengan riset dan pengalaman, para chef yang didatangkan juga tidak biasa, seperti Nyesha Arrington dari Los Angeles yang menggabungkan sentuhan klasik perancis dengan latar belakang kehidupan Korea-Amerika-Afrikanya.
Chef Petty Elliott akan menyajikan makanan khas yang menampilkan bahan-bahan unik, resep yang terlupakan, dan rempah-rempah khas Indonesia dalam perayaan hidangan tradisional Indonesia yang dikumpulkan dari relief Borobudur.
Putu Dodik Sumarjana, salah satu chef muda Bali, pada saat jumpa pers UFF di The Ambengan Tenten, Denpasar, Kamis 16 Juni 2022, menceriatakan proses kreatifnya dalam menemukan dan mengolah kuliner yang khas.
Jumpa pers UFF di The Ambengan Tenten, Denpasar, Kamis 16 Juni 2022 | Foto: Martino Wayan
“Menggali desa, dekat dengan apa yang kita lihat, kami fokus di desa Payangan untuk memilih bahan makanan, mulai dipinggiran sungai hingga sawah, kami mendapatkan buah, bunga dan buah-buahan yang restoran lain belum tentu menggunakannya,” kata Putu Dodik.
Putu mulai memasak pada usia yang sangat muda dan fokus dengan bahan-bahan lokal yang secara teratur menciptakan hidangan baru yang diadaptasi oleh tim di dapurnya di Nusantara by Locavore. Ia akan membawa sebuah penghormatan kepada pohon pisang di UFF kali ini, menggunakan semua tubuh dari pohon pisang untuk menyajikan sajian istimewa.
Festival juga menghadirkan aristek Gede Kresna dari Rumah Intaran yang berkomitmen menghidupkan dan menceritakan kembali tradisi lokal tentang kehidupan yang berkelanjutan, terutama di Bali utara bersama istrinya Ayu Gayatri Kresna, chef dari Pengalaman Rasa.
Mereka akan menjadi bagian dari 100 lebih program yang dikurasi oleh festival. Bukan hanya chef namun seorang pecinta lingkungan Bali, Ni Ketut Yudani turut diundang di festival. Ia telah membagi pengetahuannya tentang eko-enzim sejak tahun 2020, mengedukasi komunitas dan masyarakat di Bali tentang bagaimana mengubah limbah makanan organik dengan eko-enzim.
“Hal ini sesungguhnya sangat berperan di dunia kuliner, karena kita membuat eko-enzim itu dari alam kembali ke alam, bahan makanan sebelum kita olah dapat kita sehatkan dengan menggunakan cairan eko-enzim.” ujarnya.
Festival tahun ini memberikan warna yang beragam dengan mengajak pembisnis yang sudah terkenal di bidang kuliner babi guling Bali, yaitu pemilik warung pande Egi, Dodo Pande. Ia menyebutkan bahwa masa-masa di awal covid adalah masa yang paling sulit bagi dirinya untuk bertahan menjalankan bisnis ini.
Dengan adanya festival ini menjadi salah satu wadah berbagi bagi dirinya dan kawan-kawan pembisnis kuliner di Bali untuk saling dukung ke depannya.
“Hal seperti ini patut untuk diutamakan sekarang, diskusi dan berbagai ilmu tentang apa yang kita tekuni untuk berbisnis, membantu sesama pembisnis di Bali. Dan terbuka untuk apa yang terbaik bagi kita semua,” ujar Dodo Pande.
UFF menjadi wadah bagi para pelaku dan sekaligus menjadi ajang untuk promosi. Festival memberikan banyak penawaran untuk dapat dinikmati di akhir pekan. Tiga hari festival yang patut dikunjungi. Selain mengenyangkan perut, UFF akan menyegarkan pikiran dan menghilangkan dahaga atas pertanyaan-pertanyaan tentang kuliner Indonesia dan mancanegara.[T][Ado/*]