Hanya karena profesi dan tata cara berpakaian yang terbuka membuat Salma (23 tahun) kerap dipandang sama seperti wanita tuna susila. Ia biasa mendapat perlakuan tak layak, seperti “ditawar” di pinggir jalan. Salma kemudian berjuang untuk menegakkan keadilan untuk perempaun, terutama untuk dirinya sendiri.
Kisah Salma itu tertuang dalam film “Bukan Kupu-Kupu Malam”. Film berdurasi 22 menit memang lahir dari sebuah ide, yakni pemartabatan perempuan. Film ini adalah karya mahasiswa Program Studi (Prodi) Produksi Film dan Televisi (FTV) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Film itu dibuat untuk tugas akhir (TA) sebagai salah satu syarat setelah menempuh berbagai kuliah. Meski berstatus TA, film ini tampaknya tak dibuat untuk sekadar lulus. Tampak film ini begitu serius dibuat agar layak ditonton untuk khlayak umum, dan tidak kalah dengan film-film lain yang dibuat para sineas professional.
Film ini melibatkan tim produksi Madde Studio), I Kadek Agus Ari Wirawan (Sutradara), I Wayan Febi Putra Pradnyan (Penata Suara), Putu Theja Budiana (Penata Kamera), Putu Sathyana Rayana (Penulis Naskah), Rizky Achmad Fadil (Penyunting Gambar), serta tim produksi dilakukan oleh Dreamhouse Production.
Film “Bukan Kupu-Kupu Malam” telah diputar di Bioskop Cinepolis Plaza Renon sejak beberapa waktu lalu. Selain “Bukan Kupu-Kupu Malam”, film lain yang diputar adalah “Kambing Hitam”
“Bukan Kupu-Kupu Malam” dan “Kambing Hitam”, keduanya merupaakan film karya mahasiswa Program Studi (Prodi) Produksi Film dan Televisi (FTV) Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar untuk keperluan yang sama.
Film-film itu memang mengambil gagasan yang tak jauh-jauh dari kehidupan sosial di masyarakat, lalu digarap secara serius tanpa meninggalkan pakem yang didapat selama mengikuti pendidikan di kampus seni itu.
Selain sarat pesan, pada mahasiswa FTV ISI Denpasar ini juga cerdas mengangkat potensi Bali yang memang unggul sebagai lokasi syuting. Dengan memadukan ilmu-ilmu film yang diasah di kampus seni milik masyarakat Bali itu, kedua karya film ini menawarkan sesuatu yang baru sebagai bukti mahasiswa ISI Denpasar mampu memproduksi dan menyajikan film secara detil dan menarik.
Film “Kambing Hitam” karya tugas akhir dengan durasi waktu 20 menit. Idenya terkait dengan kehidupan di masyarakat sehari-hari, yaitu fitnah dan balas dendam. Film ini menceritakan tentang balas dendam seorang pemuda yang hidupnya dihancurkan oleh keluarga kekasihnya. Film ini disutradarai Ahmad Ramdan yang juga bertindak sebagai Penyunting Gambar, dan Kadek Sruja Pegiyanti selaku produser.
Dua film tersebut disajikan dalam Mahatma Week 2022, sebuah ajang diseminasi karya mahasiswa FTV ISI Denpasar yang pada tahun ini melaksanakan Tugas Akhir (TA), dan merupakan karya dari mahasiswa yang sedang menempuh mata kuliah tugas akhir dalam program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Koordinator Prodi Produksi Film dan Televisi FTV I Kadek Puriartha, S.Sn., M.Sn mengatakan, Mahatma Week pada tahun ini melaksanakan tugas akhir, baik itu reguler maupun program MBKM. Bersama dengan Mahatma Pictures, rumah produksi yang merupakan mitra MBKM, mahasiswa Prodi Produksi Film dan Televisi ISI Denpasar menyajikan dua buah film, yaitu “Kambing Hitam” dan “Bukan Kupu-kupu Malam”.
“Kedua film ini memiliki genre yang berbeda, tetapi sama-sama terinspirasi dari fenomena sosial yang ada di masyarakat,” katanya.
Film “Kambing Hitam” bercerita tentang kesenjangan sosial yang berujung pada pembunuhan tragis berlandaskan dendam dan ilmu hitam. Sementara “Bukan Kupu-Kupu Malam” mengangkat fenomena pelecehan seksual dan pemerkosaan, dimana korban sulit untuk mendapatkan keadilan.
Pada saat Gala Premierre Mahatma Week yang diadakan pada tanggal 10 Februari 2022 dihadiri oleh tamu undangan terdiri dari mitra MBKM, sponsor, kru, pemain, dan pendukung. “Untuk masyarakat umum, kedua film ini bisa disaksikan pada tanggal 14-17 februari di bioskop Cinepolis Plaza Renon,” ucapnya.
Pria berdarah seni asal Gianyar ini menegaskan, tujuan dari kegiatan ini untuk mengenalkan film karya-karya mahasiswa Prodi Produksi Film dan Televisi ISI Denpasar kepada masyarakat luas. Dengan melaksanakan diseminasi karya ini, maka diharapkan para mahasiswa bisa mendapatkan apresiasi terhadap filmnya, sehingga bisa mendorong penciptaan-penciptaan karya selanjutnya.
Selama kegiatan berlangsung, panitia melakukan penerapan protokol kesehatan (prokes) secara jetat, karena berlangsung dalam masa pandemi dan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 3. [T][Ole/*]