Pada 12 Agustus 2005, genap 50 tahun meninggalnya Thomas Mann. Thomas Mann lahir di Lübeck, Jerman pada 6 Juni 1875. Dia anak kedua dari lima bersaudara pasangan ayah pengusaha serta senator bernama Thomas Johann Heinrich Mann dan ibu berdarah Brasil bernama Julia da Silva Bruhns.
Ketika Thomas Mann berusia 16 tahun ayahnya meninggal. Peristiwa inilah yang menandai hancurnya usaha ayahnya, dan sekaligus mengilhami karyanya yang paling legendaris berjudul Buddenbrooks terbit tahun 1901. Novel inilah yang akhirnya mengantar Thomas Mann mendapat nobel pada tahun 1929.
Ketika manuskrip novel ini dikirim Thomas Mann dari Italia ke penerbit Samuel Fischer di Berlin, penerbitnya enggan menerbitkan. Thomas Mann disarankan oleh penerbitnya agar meringkas hingga setengahnya. Kata penerbit, siapa orang yang akan membaca novel setebal itu? Tapi Thomas Mann menolak. Pada akhirnya novel itu diterbitkan juga. Dalam waktu yang singkat novel bertema hancurnya sebuah keluarga pengusaha tersebut dianggap sebagai novel berbobot di kalangan pemerhati sastra berbahasa Jerman.
Sebenarnya dia tidak sendirian punya bakat menulis, kakaknya Heinrich Mann duluan terkenal dengan karya Best Seller nya berjudul Warganegara Monarki (Der Untertan). Heinrich Mann juga banyak menulis novel. Kakak beradik ini dalam perjalanan kariernya bersaing, namun Thomas Mann akhirnya yang lebih menonjol .
Pada tahun 1905 Thomas Mann kawin dengan Katia Pringsheim dari keluarga intelek Yahudi. Pasangan ini dikaruniai enam anak; Erika Mann, Klaus Mann, Monika Mann, Golo Mann, Elisabeth Mann, dan Michael Mann. Di tengah kesibukan mengurus keluarga dengan enam anak, Thomas Mann masih tetap tekun berkarya.
Novel Thomas Mann berikutnya berjudul Kematian di Venesia (Der Tod In Venedig) terbit pada tahun 1912. Selang 12 tahun lagi, tepatnya pada tahun 1924 novelnya paling tebal dengan 1004 halaman terbit berjudul Gunung Ajaib (Der Zauberberg).
Berawal dari kemenangan partai Nazi (Nationalsozialisten) pada 31 Juli 1932, sejak itu di Jerman dikuasai oleh rezim ekstrem kanan di bawah Hitler. Melihat kekacauan politik dalam negeri, Thomas Mann aktif memberikan ceramah politik di berbagai kota menentang kebijakan rezim. Pada beberapa ceramahnya dia banyak ditentang oleh pengikut Nazi.
Bahkan Thomas Mann pernah dapat kiriman paket berisi novelnya Buddenbrooks yang sudah menjadi abu. Dalam keadaan politik yang mencekam, akhirnya pada 11 Februari 1933 Thomas Mann bersama keluarganya bereksil ke Switzerland. Sebagian besar harta bendanya di Jerman ditinggalkan. Padahal ketika Thomas Mann menerima hadiah nobel di Swedia sebesar lebih dari setengah juta Euro dengan perhitungan kurs sekarang. Dia sudah diingatkan oleh seorang wartawan Yahudi, agar uang tersebut disimpan saja di luar negeri. Saran wartawan itu sangat beralasan. Namun Thomas Mann tak menggubris saran itu.
Orang-orang penting Jerman yang bereksil saat itu sekitar 37 orang, termasuk Albert Einstein dan juga Heinrich Mann bereksil ke Perancis. Antara Albert Einstein dan Heinrich Mann sering melakukan kegiatan politik. Bahkan Heinrich Mann berinisiatif mengorganisasi para penulis Jerman eksil untuk menekan Hitler.
Akan tetapi Thomas Mann membantah, agar penulis dibebaskan tanpa harus diikat dalam suatu wadah. Hubungan kakak beradik makin renggang, terbukti atas tanggapan Thomas Mann pada esai kakaknya tentang Emile Zola yang dianggapnya kering.
Dengan berjalannya sang waktu, keenam anak Thomas Mann mulai menginjak dewasa. Akan tetapi hubungan antara anak-anak dengan ayahnya sangat tidak harmonis. Golo Mann mengakui, di pagi hari kami anak-anaknya harus tenang, karena ayah sedang menulis. Di sore hari, kami juga harus diam, karena ayah sedang membaca. Di malam hari kami harus segera tidur, karena ayah sibuk lagi dengan serius. Thomas Mann sosok sastrawan yang sangat serius.
Pada bukunya Tentang Diriku Sendiri (Über mich selbst) menyebutkan, waktuku menulis di pagi hari. Aku suka kata-kata Goethe: Pagi-pagi, Tuhan memberkati! Semua yang rajin dan berharga, ada di pagi hari. Aku terbiasa menulis di dalam ruangan tertutup. Di udara terbuka hanya mengganggu pikiranku. Nama besar sastrawan Thomas Mann makin dikenal sebagai rival Hitler di luar Jerman. Sedang hubungan di dalam keluarganya sendiri tidak berjalan mulus.
Menurut majalah Der Spiegel no:52, 17 Desember 2001, bahwa kedua anak Thomas Mann, Erika dan Klaus dimungkinkan melakukan hubungan inses. Klaus menjadi pecandu heroin dan tumbuh sebagai pemuda homoseks. Klaus mengakui: Bila aku impoten, itu tidak benar, melainkan aku lebih banyak kebingungan dalam pendirian nafsuku. Belakangan adiknya Golo Mann juga seorang homoseks. Meskipun Thomas Mann sendiri sebenarnya ada kecenderungan sebagai seorang biseks. Kakaknya Heinrich Mann kawin lagi dengan seorang hostes night club bernama Nelly Kroger.
Pada tahun 1938 Thomas Mann bersama keluarganya meninggalkan Switzerland bereksil lagi ke Amerika. New York Times edisi 21 Februari 1938 menurunkan berita tentang kehadiran sastrawan terkemuka Jerman itu. Ucapan Thomas Mann di koran tersebut:
It is hard to bear. But what makes it easier is the realization of the poisoned atmosphere in Germany. That makes it easier because it`s actually no loss. Where I am, there is Germany. I carry my German culture in me. I have contact with the world and I do not consider myself fallen.
Tak berapa lama lagi agen FBI memeriksa Thomas Mann, disinyalir Thomas Mann seorang komunis. Sedang anak pertamanya Erika juga diperiksa FBI dikira spion dari Stalin. Thomas Mann mendapat pekerjaan sebagai dosen pada universitas Princeton. Kakaknya Heinrich Mann dari Perancis juga menyusul ke Amerika hingga meninggal di Kalifornia tahun 1950. Selama di Amerika Thomas Mann menghasilkan dua novel berjudul Lotte di Weimar (Lotte in Weimar), dan Doktor Faustus.
Tahun 1949 pada acara ulang tahun kelahiran Goethe yang ke 200 (1749-1949), Thomas Mann diundang ke Jerman. Pertama kalinya dia sejak 16 tahun kembali ke tanah airnya. Thomas Mann mengunjungi Frankfurt dan rumah Goethe di Weimar. Sekitar 1,5 juta warga Jerman mendatangi orasi politik Thomas Mann. Pada tahun 1952 Thomas Mann sekeluarga memutuskan kembali ke Switzerland dan tinggal di pinggir danau Zürich.
Keluarga Mann hidup dalam ketenaran. Katia Mann, sebagai ibu yang sabar dan bertindak sebagai manager yang mengurus karya-karya suaminya. Pada masa tuanya tahun 1970 Katia Mann juga menulis buku berjudul Kenang-Kenanganku yang Tak Tertulis (Meine ungeschriebenen Memoiren). Pada buku tersebut Katia Mann mengatakan, harusnya di keluarga ini ada orang yang tidak menulis.
Cukup lama Katia Mann berdiam diri, karena semua penghuni rumah menulis. Bakat mengarang Thomas Mann menurun pada keenam anak-anaknya. Erika, anak pertamanya selain sebagai pengarang juga sering bermain teater dan aktif sebagai wartawan. Klaus Mann sudah menerbitkan karyanya berjudul Mephisto serta disusul karya-karya yang lain. Golo Mann, disamping sebagai sastrawan juga sebagai sejarawan. Monika Mann sebagai sastrawan. Elisabeth Mann, sebagai sastrawan juga ahli kelautan. John Irving, novelis Amerika masa kini dalam bukunya Perjalanan di Jerman (Deutschlandreise) bercerita pada kawannya Günter Grass, bila dia pada perjalanan pesawat dari Toronto ke Paris tak sengaja duduk di sebelahnya anak perempuan Thomas Mann yang bernama Elisabeth Borgese Mann. Irving malu, karena sempat memperkenalkan diri sebagai novelis, ternyata orang di sebelahnya itu anak sastrawan besar Jerman.
Terakhir adalah Michael Mann sebagai pemusik dan ilmuwan sastra di universitas Berkeley. Cucu kesayangan Thomas Mann bernama Frido Mann dari pasangan Michael Mann dan Gret Moser, juga seorang sastrawan dan psikolog di Kalifornia. Sulit dicari bandingannya pada sejarah sastra dunia, seluruh keluarga mempunyai kecintaan dan berkutat penuh dengan dunia sastra. Thomas Mann sebagai sastrawan yang cukup produktif. Dia meyakini, sebagai seorang yang jenius selalu terkait dengan empat hal pokok; bakat, rajin, disiplin, dan karakter. Adapun karya-karyanya yang lain; Tonio Kröger, Tristan, Mario dan Tukang Sihir (Mario und der Zauberer), Joseph dan Saudara-Saudaranya, (Joseph und seine Brüder), serta esai-esai tentang sastra dan politik.
Namun kemegahan karier dan kebesaran nama Thomas Mann harus ditebus dengan badai keluarga. Klaus Mann ditemukan meninggal di Cannes, Perancis pada tahun 1949 karena overdosis menelan obat tidur. Pada buku hariannya disebutkan: Aku tidak akan meneruskan menulis buku harian ini. Aku tidak ingin hidup lagi tahun ini. Disusul Erika meninggal tahun 1969 karena tumor otak. Pada 12 Agustus 1955 Thomas Mann meninggal dunia di Zürich, Switzerland. Pada pesannya dia tidak mau dimakamkan di Jerman. Jerman dia anggap buas dan asing.
Untuk merayakan ke 50 tahun meninggalnya Thomas Mann, di Jerman dan Switzerland banyak digelar acara diskusi sastra, tayangan film di TV berjudul Keluarga Mann (Die Mann), penerbitan ulang karya-karyanya dan berbagai analisis baru termasuk polemik keluarga Mann. Majalah Jerman Der Spiegel pernah memuat edisi khusus sastrawan ini dengan foto Thomas Mann di cover depan selama tiga kali, pada no: 21, tahun 1947, no: 52, tahun 1954 dan no: 51, tahun 2001. Marcel Reich-Ranicki, kritikus sastra Jerman berpendapat: Thomas Mann telah mendefinisikan Jerman dengan perspektif yang baru. Sebab itu aku menganggapnya sejak tahun 1832 sampai abad ke 20 tidak ada sastrawan Jerman lain sebesar Thomas Mann. [T]