Bulan Bahasa Bali (BBB), salah satu agenda sastra Bali yang memasuki tahun ke-4 ini, akan dibuka secara resmi Gubernur Bali I Wayan Koster di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Bali, Denpasar, Selasa (1/2/2022) sore.
Ajang sastra yang mengangkat tema “Danu Kerthi: Gitaning Toya Ening”Air sebagai sumber ilmu pengetahuan akan menyajikan berbagai lomba dan pergelaran secara Daring (Dalam Jaringan) dan Luring (luar Jaringan) mulai 1 – 28 Pebruari 2022.
Kepala Dinas Kebudayaan, Prof. Dr. I Gede Arya Sugiarta disela gladi bersih, persiapan pembukaan BBB, Senin (31/1/2022) mengungkapkan selain dipusatkan di Taman Budaya Denpasar, sejatinya orientasi kegiatan sebenarnya masiv bergulir di tingkat desa- desa di Bali. “ Melalui Bulan Bahasa Bali, ada kegairahan di kalangan penyuluh bahasa Bali di daerah, mereka sangat semangat, jadi agenda Bahasa Bali masivnya di desa, pelosok desa, atau desa adat dengan berbagai kegiatan yang digawangi para penyuluh bahasa Bali kita,” ungkap Prof. Arya Sugiartha.
Dijelaskan, bahkan Bapak Gubernur memerintahkan agar dana-dana desa bisa dialokasikan untuk mendukung menyukseskan kegiatan Bulan Bahasa Bali. “ Upaya pelestarian dan perlindungan bahasa Bali, melalui ajang BBB ini sejak awal memiliki tujuan agar mengembalikan apa yang hilang selama ini, baik di bidang lingkungan kita kembalikan agar alam lestari, di bidang sastra, bahasa Bali kita kembalikan agar bahasa Bali semakin dikenal,” ucapnya antan rektor ISI Denpasar didampingi Kabid Sejarah dan Dokumentasi Kebudayaan A.A Ngurah Bagawinata.
Dalam pergaulan sehari-hari, pihaknya menekankan agar peran desa dinas maupun deaa adat, agar melibatkan penyuluh Bahasa Bali semakin ditingkatkan.
Sementara itu terkait pembukaan dijadwalkan mulai pada pukul 16.00-19.00 Wita ditayangkan secara langsung melalui siaran streaming dan televisi akan diawali penayangan video teaser Bulan Bahasa Bali. Selanjutnya penayangan Utsawa Nembangang Pupuh Ginada “Toya Ening” dari seluruh kabupaten dan kota di Bali. Dijadwalkan, bapak gubernur dan pejabat yang hadir akan “nyurat lontar” (menulis diatas daun lontar) dan akan dipungkasi dengan Sesolahan (pertunjukan) Sandhyagita “Ranu Murti” oleh Sanggar Seni Bungan Dedari (ISI Denpasar).
Acara pembukaan hanya melibatkan 200 undangan sebagai upaya penerapan Protokol kesehatan (Prokes). Para undangan wajib melakukan scan barcode PeduliLindungi disamping mencuci tangan dan hand sanitizer serta cek suhu di depan pintu Ksirarnawa. “Karena masih dalam kondisi pandemik, maka pelaksanaan prokes tetap ketat, sehingga nantinya tidak menimbulkan klaster baru,” tandasnya.
Gubernur Bali kemudian menyaksikan Reka Aksara (Pameran) di Gedung Kriya. “Pameran yang biasanya berlangsung di Gedung Bawah Ksirarnawa, kali ini berlangsung di Gedung Kriya, karena masih berlangsungnya pameran Bali Bangkit,” paparnya.
Wimbakara (lomba-lomba) digelar secara luring dan daring. Lomba yang digelar secara luring bertempat di Gedung ksirarnawa diantaranya Nyurat Aksara Bali (SD), Ngwacen Aksara Bali (Daa Truna), Pidarta (Bendesa Adat), Nyatua Bali (Paiketan Krama Istri), dan Wiwada (Debat) Mabasa Bali (SMA/SMK). Sebagai pesertanya dari seluruh kabupaten/kota di Bali. Sementara untuk kategori umum, ada lomba Musikalisasi Puisi Bali, Artikel Mabasa Bali, Komik Online Mabasa Bali, Poster Online Mabasa Bali dan Fotografi untuk Caption Mabasa Bali. lomba ini digelar secara luring dan daring.
Kriyaloka (workshop) seperti Nyurat Aksara Bali (menulis aksara Bali) di Komputer menghadirkan narasumber Dipl-Ing. Made Suatjana (Pangripta Aplikasi Bali Simbar), dan Drs. I Gde Nala Antara, M.Hum. (Akademisi Prodi Sastra Bali, Universitas Udayana). Untuk workshop Wariga menghadirkan narasumber Ida Padanda Gede Buruan (Pakar Wariga), dan I Gede Marayana (Pakar Wariga dan Palelintangan). Untuk workshop wariga bertempat di wantilan dan nyurat aksara bali bertempat di MMGB.
Kegiatan Widyatula (seminar) Basa, Aksara, dan Sastra dengan topik “Usadha Toya” dengan narasumber Dr. I.B. Suatama (UNHI) dan Dr. Gede Made Anadi (UHN I Gusti Bagus Sugriwa). Widyatula dengan topik “Widya Basa (Ekolinguistik) Toya” menghadirkan narasumber Putu Eka Guna Yasa, S.S., M.Hum. (FIB Uunud) dan Dr. Ketut Paramarta (Undiksha). Sementara Widyatula dengan topik “Banyu Jeroning Sastra” menghadirkan narasumber I Ketut Eriadi (Jurnalis) dan Drs. I Ketut Sumarta M.Si. (MDA Provinsi Bali), sedangkan Widyatula (Bedah Lontar) dengan judul “Usadha Sawah” digelar secara Luring di Wantilan dengan pembicara Dr. Drs. Anak Agung Gde Alit Geria, M.Si. (Universitas PGRI Mahadewa Indonesia).[T][Ado/*]