7 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pohon Kini, Teater Mini | “Korban” di Festival Seni Bali Jani

Jong Santiasa PutrabyJong Santiasa Putra
November 5, 2021
inUlasan
Pohon Kini, Teater Mini | “Korban” di Festival Seni Bali Jani

Pementasan Teater Mini Bali di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Provinsi Bali. [Foto: Lanus Ketut]

Teater Mini……Drama Klasik……Teater Mini……. Drama Klasik….. (dibaca dengan berjeda). Begitulah kiranya saya mengorek informasi yang mengendap di kepala,. Berulang kali saya ucapkan, berulang kali pula saya kebingungan. Sebab saya lahir jauh setelah masa jaya Teater Mini lewat Drama Klasiknya. Saat itu Drama Klasik menjadi tontonan wajib di masa muda ayah dan paman saya, sekitar tahun 1980an.

Makanya saat nonton Pementasan Teater Mini – Drama Klasik berjudul Korban pada Rabu, 3 November 2021, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya, Provinsi .Bali, saya menyiapkan diri sesadar-sadarnya. seutuh-utuhnya, dengan kesadaran bahwa kelompok teater tersebut, ialah para tetua-tetua yang dulunya berjuang atas nama kesenian modern, pada zamannya.

Beberapa kali nama Teater Mini, sempat terlintas pada obrolan pertemuan dengan penggiat teater. Juga nama ini saya jumpai pada pagelaran PKB, tapi saya  tidak menaruh perhatian terlalu serius waktu itu.

Namun saat Paman saya, seorang koki di sebuah hotel di Sanur menyinggung nama Teater Mini dan sejumlah nomor Drama Klasiknya pada satu pertemuan kami di Banjar. Saya mulai curiga, biasanya wacana teater itu jarang menyentuh orang awam, nah ini Paman saya yang notabene bukan orang seni, kok mengetahui nama teater Mini.

“Saat itu masih TV hitam putih, pada jam dan hari yang sama, Paman dan keluarga pasti menonton Drama Klasik yang mereka mainkan. Itu jadi hiburan utama, dan semua orang menanti kisah kelanjutannya setiap minggu” ujar paman saya.

Ia melanjutkan kisah, yang ia selalu ingat ialah nomor Layon Sari dan Jaya Prana. Semua orang membicarakan kisahnya, di warung kopi, di pasar, di kantor, di banjar dan jadi trending topik jika ia berjumpa teman-temannya. Dengan bekal mitos itulah saya menilik pertunjukan Teater Mini sebagai saksi narasi besar teater modern di Bali.

Pertunjukan Teater Mini Di Bali Jani Festival, mengisahkan tentang marahnya seorang Penghuni Pohon besar, Karena  Raja Chandraloka dan istrinya bersenggama di hutan. Raja Chandraloka yang hendak kembali ke istana  dari perjalanan Anjangsana, terpaksa harus bermalam di sebuah hutan. Nah saat bermalam itulah raja dan permaisurinya bercinta di tengah gelapnya hutan.

Kemarahan sang penghuni pohon, meminta nyawa sang raja sebagai gantinya. Namun para patih dan permaisuri keberatan atas kehendak itu. Akhirnya penghuni hutan meminta ganti nyawa, seorang anak muda dari kaum Brahmana yang ketika dipenggal nanti disaksikan oleh kedua orang tuanya.  Yang memenggalpun haruslah tangan sang Raja.

Bingunglah para patih dan raja mencari jalan keluar, hingga mereka menemukan suatu solusi, yaitu mengadakan sayembara. Siapa anak muda yang tulus ikhlas menyerahkan nyawa dan telah mendapat restu dari kedua orangtuanya. Ia akan mendapatkan hadiah  berupa patung emas berbentuk manusia dewasa, serta tanah yang luasnya 10 desa.

Di sinilah terjadi konflik keluarga dari pemuda bernama Suarnabawa, ketika  ia hendak mendaftarkan diri namun juga harus mendapat restu kedua orang tuanya. Awalnya orang tua tidak mengizinkan, namun setelah mendapatkan penjelasan dari sang anak, bahwa perbuatannya ialah untuk negara serta rasa baktinya kepada kedua orang tua. Alhasil orang tua Suarnabawa pun menyetujui keinginan sang anak.

Usai menonton pertunjukan, saya rindu memainkan naskah-naskah teater realis, dengan takaran emosi serta intonasi khasnya. Sebab pementasan tersebut hampr penuh menggunakan bahasa, dialog, serta paparan-paparan yang panjang dalam menyampaikan gagasan adegan. Metafor yang digunakan juga khas Bali, tidak jauh dari konteks zamannya.

Namun mungkin saja karena terbiasa dengan logika film, perpanjangan teks tersebut belum mampu menyokong logika panggung secara klop dalam waktu 60 menit. Semisal, saya selalu bertanya orang tua yang seperti apa yang mampu melepaskan nyawa anak kandungannya bahkan kejadiannya ia saksikan di depan mata kepalanya sendiri?. Konflik sebenarnya terjadi pada keluarga kecil tersebut pertimbangan antara keberuntungan dan kebuntungan. Justru silau karena adegan percakapan yang panjang di dalam puri sendiri.

Membicarakan kejanian pementasan Teater Mini, mereka juga menyampaikan visual melalui tubuh, kostum, serta tata lampu yang mumpuni. Visual tubuh ini, saya cermati pada pemain-pemain latar yang bertugas menjadi pohon dan orang-orang desa yang gembira. Jika berkenan mungkin saja penari latar yang berperan sebagai pohon itu dihadirkan melalui hologram, atau video mapping yang mutakhir. Pasti, rasa Jani itu lebih kental hadir di panggung, seperti pementasan Teater Koma beberapa tahun terakhir yang betul-betul seluruh menggunakan teknologi mapping untuk latar suasana adegannya. Dari sisi kostum, saya melihat “Bali Kini”, yang sering hadir pada pementasan-pementasan drama kolosal waktu PKB dan saat parade ogoh-ogoh pada upacara pengerupukan.

Tapi terlepas dari pernak-pernik “kini” yang saya bicarakan, Teater Mini hadir sebagai ruang nostalgia para penikmatnya. Kalau saya yang sebagai penonton hari ini, justru harus menilik jauh ke belakang waktu untuk mencapai kemungkinan pembacaan berbeda.

Satu pembacaan itu berupa teks pohon besar yang hadir di atas panggung. Jika dikaitkan dengan hari ini, pohon-pohon besar takut ditebang karena memiliki ritus kultus masyarakat tertentu. Bahkan jika ada proyek pembangunan pun, beberapa pohon tidak diberani ditebang karena takut kena bahaya dari penguhinya.

Dulu pohon besar mudah dijumpai, sebut saja di Jalan Veteran dan Gajah Mada – Denpasar , katanya di sana ada banyak pohon asem, besar-besar. Namun buahnya jatuh seringkali membuat pengendara terpeselet – akhirnya ditebang. Karena banyaknya warga Denpasar yang memiliki sepeda motor.

Sekarang beberapa pohon asem dapat dijumpai, terutama yang bersaput poleng. Begitu pula di setra Badung banyak pohon-pohon besar yang tetap tumbuh, gagah, menancap di tanah. Siapa berani menebang pohon di kuburan, yang dianggap sebagai rumah sementara arwah-arwah yang masih menepi di bumi ini.

Naaaah, pertanyaan dari pembacaan itu, apakah semua pohon harus memiliki penghuni terlebih dahulu, agar kita semua sadar untuk menjaganya ?

Siapa yang harus dikorbankan atau berkorban. Kepentingan siapa yang hendak didahului? [T]

Tags: Festival Seni Bali JaniTeaterTetaer Mini Bali
Previous Post

Harapan Sembuh Penderita Kanker Semakin Besar

Next Post

Menjaga Teater (Modern) di Bali

Jong Santiasa Putra

Jong Santiasa Putra

Pedagang yang suka menikmati konser musik, pementasan teater, dan puisi. Tinggal di Denpasar

Next Post
Menjaga Teater (Modern) di Bali

Menjaga Teater (Modern) di Bali

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Menguatkan Spiritualitas dan Kesadaran Budaya melalui Tumpek Krulut

by I Wayan Yudana
June 7, 2025
0
Tumpek Landep dan Ketajaman Pikiran

TUMPEK Klurut, sebagai salah satu rahina suci dalam ajaran agama Hindu di Bali, memiliki makna yang sangat mendalam dalam memperkuat...

Read more

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Abraham dan Cerita Sebotol Lion Brewery di Ubud Food Festival 2025

IA bukan Abraham Lincoln, tapi Abraham dari Lionbrew. Bedanya, yang ini tak memberi pidato, tapi sloki bir. Dan panggungnya bukan...

by Dede Putra Wiguna
June 6, 2025
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co