Pada tahun ini, Festival Seni Pelajar Jembrana mulai membuka ruang yang lebih luas bagi pelajar untuk urun serta dalam lomba penulisan puisi tingkat nasional. Sebelum-sebelumnya, Festival Seni Pelajar Jembrana yang disokong oleh Komunitas Kertas Budaya dalam keterbatasan sesuatu dan lain hal hanya mampu membuka ruang peserta hingga tingkat provinsi. Dalam pelebaran ruang peserta ini, ternyata panitia tidak mengalami masalah dalam hal jumlah naskah yang masuk.
Ada 200 lebih naskah yang datang dari berbagai penjuru Indonesia seperti Bima, Madura, Gresik, Sukabumi, hingga Lampung. Dengan masuknya naskah yang lumayan banyak, saya yakin bahwa menulis puisi Indonesia pada jenjang SMA sebenarnya adalah wujud regenerasi yang tak pernah berhenti melahirkan penulis-penulis muda berbakat —yang mudah-mudahan sanggup mempertahankan dan mengembangkan bakatnya hingga di kemudian hari.
Dalam proses penjurian tahun ini, dewan juri menemukan tipe naskah yang masih buruk dalam hal tata bahasa dan sebagian besar terkurung pada ktidakpekaan peserta dalam menangkap peristiwa puitik. Banyak peserta yang masih mengangap bahwa puisi adalah sarana curhat dan pembuangan masalah pribadi.
Ada juga yang menghayal dan sangat sibuk berindah-indah dengan bahasa tanpa peduli apakah bangunan puisinya utuh dan baik. Hal yang demikianlah yang membuat menulis puisi amatlah susah. Sebagian besar peserta tidak pernah sadar bahwa dalam menulis puisi yang susah adalah bagaimana mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang kuat dengan menyeleksi kata-kata mubazir.
Yang susah dari menulis puisi adalah bagaimana membentuk idiom tanpa memaksakannya hanya pada kesamaan bunyi. Yang susah dari menulis puisi adalah bagaimana membangun puisi dengan pemaknaan utuh dan bahasa selaras dari awal hingga akhir. Saya kira begitulah kesulitan-kesulitan yang dihadapi peserta dalam lomba penulisan puisi kali ini.
Kendati demikian, sebagai juri akhirnya kami tak menentukan syarat puisi yang ideal. Diantara banyak masalah besar yang dihadapi beberapa naskah, kami ahirnya berhasil memilih sepuluh puisi yang relatif baik dari 200-an naskah yang masuk adalah sebagai berikut.
1. “Tembang Lesung Alu” – karya Muhammad Dani, Sekolah: PKMB Ummi Kulsum, Kota Sukabumi – Jawa Barat
2. “Gaza Masih Tersiksa” – karya Zahrah Auliya Syahidah, Sekolah: MAN 2 Kota Bima, NTB
3. “Berdegup di Sebelah Jantungku” – karya Linaililanam, Sekolah: MAN 2 Kota Bima – NTB
4. “Hujan” – karya Nehariza Maharani, Sekolah: SMK Negeri 1 Tulang Bawan Tengah, Lampung
5. “Belajar Itu Harus Merdeka” – karya I Putu Wahyu Mahendra, Sekolah: SMA Negeri 1 Negara, Bali
6. “Akan Kuadukan Kalian Pada Tuhanku” – karya Miqdad Safiatus Syafwan, Sekolah: MAN 2 Kota Bima, NTB
7. “Negeri Koma” – Karya Opie Diva Indira Inge Heriyanto, Sekolah: SMK Negeri 1 Tulang Bawang Tengah, Lampung
8. “Pulang” – Karya Ni Kadek Prascitadewi, Sekolah: SMA Negeri 2 Semarapura, Bali
9. “Jendela Tanpa Kaca” – Karya Riyadi, Sekolah: SMAS Terpadu Al-Ma’arif Sampang, Madura – Jawa Timur
10. “Lumbung Hati” – Karya Khurun’in Rizki Az Zahra, Sekolah: SMA Nahdlatul Ulama 1 Gresik, Jawa Timur.
Dari sepuluh naskah yang akhirya kami pilih, kami selaku dewan juri tidak pernah berharap peserta melayakkan naskahnya hanya sampai di situ. Dengan perubahan dan penyuntingan, harapan kami peserta sadar jika puisi harus terus bergerak sampai menemukan bentuknya yang sempurna.
____
Dewan Juri Lomba Cipta Puisi Festival Nasional Seni Pelajar Jembrana 2021
- Nanoq da Kansas
- I Putu Agus Phebi Rosadi
- I Wayan Sudirta