Dalam sebuah kesempatan bisa saya jawab kenapa karya-karya Bakti Wiyasa kini banyak menghadirkan estetika situs kuno di sebagainya tempat dan kawasan suci di Bali seakan karya potrait saja. Apakah ada maksudnya?
Sebagian akhirnya memahami saya sedang melakukan metode project pendekatan kesadaran PELESTARIAN SITUS & RITUS KUNO dengan media seni lukis (seni rupa) guna kembali mengHADIRkan IGATAN akan nilai – nilai agung yang dimiliki oleh ingatan kolektif sebuah masyarakat terkait akar dari kultur nya.
Ingatan kolektif pada ragam penanda tua, simbol-simbol kuno merupakan sumber literasi sebagai pengetahuan budaya Nusantara khususnya Bali .
Iya saya sedang melaksanakan Art Project pada situs tua guna merawat dan melestarikan ingatan kolektif masyarakat Nusantara yang sarat makna kaluhuran yang luhur.
Setelah melakukan turun langsung kelapangan di berbagai situs kuno hampir di seluruh Bali, sebagian di Jawa, dan melakukan pendekatan untuk pelestarian tinggalan budaya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Banyak dinamika yang terjadi di lapangan, juga silang perspektif, kemudian saya memilih jalur Art Project sebagai perjuangan pelestarian tempat suci dan kawasan suci di Bali dengan tetap hadir secara langsung secara mandiri maupun secara kelembagaan di MDA Provinsi Bali, juga sebagai undangan langsung oleh masyarakat yang memerlukan pendampingan penyelamatan serta ingin sharing keberadaan situs dan ritus yang diwarisi dari leluhurnya
Lewat Art Project ini telah tergali kembali nilai-nilai dan kesadaran kecintaan pada warisan budaya yang dimiliki.
Bakti Wiyasa Art Project menghadirkan konten nilai ingatan dari yang samar sampai yang tertemukan dan lestari kembali sebagai pengetahuan dan kekayaan bangsa ini.
Jalur estetik sebagai media penyadaran pelestarian situs dan ritus ini bagi saya paling efektif guna menstimulan ingatan dari wujud-wujud yang sama untuk rekam bawah sadar seseorang dan kelompok masyarakat akan narasi rupa sebuah simbol.
Itulah suatu alasan kenapa karya-karya ini seakan poret biasa dengan teknik yang berkecendrungan realistik pada masanyq karya saya akan pula melepas sebagaian konten realistiknya menjadi lebih dinamis sesuai ucapannyang hendak disampaikan lewat media seni lukis.
Di balik relitas ini ada wacana ingatan yang hendak dibangkitkan untuk hadirkan rasa cinta pada apa yang diwarisi dan dimiliki dengan mengagumi dan merawat keaslian dan kelestarian benda dan nilai nilai yang lekat pada simbol kuno yang saya sebut dengan pusaka budaya. Khususnya Pusaka Budaya Bali.
Sahabat yang ingin bergabung dalam art project ini bisa berpartisipasi langsung dengan jejaring informasi, dengan rekomendasi dan juga saran serta kritik untuk kemajuan bersama. Saya tengah menyipakan armada dan alat bahan untuk keliling Bali melakukan catatan visual dengan medium seni lukis mungkin saja akan tiba di daerah para sahabat tercinta.
Semoga hasil perjalanan akan menjadi suatu sumbangan informasi untuk masyarkat dan lembaga lembaga terkait. Perjalanan ini pernah dilaksanakan oleh Miguel Covarubias di tahun 1930-an. [T]
Pemanis 5.10.21