Sejak beberapa tahun belakangan ini gamelan gender wayang tampaknya sudah populer di kalangan anak-anak. Banyak anak-anak yang dengan sukacita belajar gender seiring dengan banyaknya tumbuh sanggar-sanggar belajar yang membuka les gender. Lomba-lomba memainkan gamelan gender wayang untuk anak-anak pun marak, bukan hanya diselenggarakan lembaga formal tapi juga diselenggarakan oleh lembaga-lembaga seni independen.
Tentu berbeda dengan yang terjadi pada sekitar tahun 1970-an, di mana gender identik dengan gamelan orang tua bahkan terkesan sakral. Pada tahun-tahun itu tidak banyak anak-anak yang belajar gender. Tapi, dari yang tidak banyak itu, tersebutlah nama I Gusti Putu Sudarta.
Pada era tahun 1970-an, ketika Gusti Sudarta masih SD, ia sudah menguasai sejumlah gending gamelan gender, bahkan sudah biasa mengiringi pertunjukan wayang. Saat itu, ia pentas dari satu desa ke desa lain dilakukan kala itu masih dengan berjalan kaki.
Kini, Gusti Sudarta, lengkapnyaDr. I Gusti Putu Sudarta, SSP., M.Sn.,dikenal sebagai dosen pengajar pada Jurusan Pedalangan Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indobesia Denpasar (ISI Denpasar), dan berdomisili di Banjar Bona Kelod, Bona, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar. Jalan untuk menjadi dosen dan menjadi ahli gender wayang yang dicapainya saat ini jelas sekali melalui perjuangan yang keras.
Gusti Putu Sudarta lahir di Gianyar, 13 Agustus 1965. Ia memang mulai mengiringi pertunjukan wayang ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Saat kecil ia belajar pada sejumlah guru gender, salah satunya adalah Bapak Loceng yang mengajarkannya gending iringan wayang dengan epos Ramayana. Ia juga belajar gending Gender Wayang bersama tokoh-tokoh dalang di Gianyar, salah satunya bernama Dalang Kasub, seorang tokoh Dalang dari Desa Petemon, Gianyar.
Gending-gending asli Bedulu, diantaranya: Rundah, digunakan untuk gending iringan peguneman wayang halus, wayang lemah. Bopong (sudah hilang). Bopong digunakan untuk peguneman wayang (Kayumas) tokoh Raksasa.
Gending peambyaran (Gianyar) geding yang dimainkan pada saat Ki Dalang menjajarkan wayangnya di kelir. Gending Serpeg, Gedebeg (gending Angkat-angkatan), Gegambangan, Tulang Lindung, Candi Rebah, gending Selasah (untuk mengiringi penyacah kanda) biasanya digunakan pada wayang Ramayana. Kotek-kotekan batel penyelah digunakan untuk mengisi kekosongan adegan saat bagian peperangan untuk menonjolkan teknik pukulan gegenderan yang dimainkan oleh pemain Gender Wayang. Gender Wayang membangun unsur dramatic dari adegan yang dimainkan.
Guna mengasah kemampuannya dalam bermain gender dan olah vocal mendalang, setamat sekolah menengah, Gusti Sudarta melanjutkan studinya di Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI Denpasar) tahun 1987, kala itu dipimpin oleh I Made Bandem dan memilih jurusan Pedalangan.
I Gusti Sudarta sangat piawai dalam memainkan Gender Wayang, menguasai teknik permainan gender yang capak dengan olah teknik gegedig, teknik tutup, serta penguasaan gending-gending khas Gianyar serta gending-gending khas Karangasem seperti: gending “Macan Ngrem”, Banaspati dalam 7 palet Gending. Dengan penguasaan teknik bermain Gender yang baik, I Gusti Sudarta kerap diundang untuk menjadi juri Lomba Gender Wayang baik dalam PSR Kota Denpasar maupun event Pesta Kesenian Bali (PKB).
Semangat berkreativitas membuat intuisinya untuk mencipta Gamelan Gender Wayang 14 Nada dengan model pelawah yang masing berpegangan pada pakem tradisi. Gamelan gender ini diciptakan pada tahun 2008 berkaitan dengan ujian Pascasarjana yang dilakukannya. Penciptaan gender 14 nada ini bersumber dari keberadaan instrumen gender pada barungan gamelan Jawa.
Gender pada gamelan Jawa terdiri dari 14 bilah. Namun, dalam penciptaan gamelan Gender I Gusti Sudarta, membuat gamelan gendernya dalam bentuk Gender Wayang Bali lengkap dengan sistim pepatutannya, yang tetap mengacu pada sistim ngumbang ngisep. Berkaitan dengan sistim nada yang dipakai pada gender ciptaannya, menggunakan laras selendro dengan sistim nada gender jawa.
Hal tersebut didasari atas kekagumannya terhadap laras selendro yang dimiliki pada Gender pada gamelan Jawa. Dalam teknik permainan gamelan Gender Wayang 14 nada miliknya ini, sama seperti memainkan gamelan Gender Wayang dan dari instrumen ini juga dapat digunakan untuk memainkan reportuar gending-gending Gender Wayang yang ada. [T]
___
- Selengkapnya tentang gender baca buku Gamelan Gender Wayang terbitan Mahima Institute Indonesia, 2021