Masin ingat dengan mesin tik?
Pada masa awal kuliah tahun 1992, saya masih menggunakan mesin tik untuk membuat tugas kuliah. Pada akhir masa kuliah, saya baru menggunakan komputer untuk tugas akhir, itu sekitar pertengahan tahun 1996.
Tahun 1995 akhir, kali pertama saya tahu dan melihat komputer dengan program Windows. Ketertarikan saya dengan komputer berprogram Windows pertama kali ketika melihat komputer Senat Mahasiswa Fakultas Sastra, Universitas Udayana ketika itu. Wah, ini canggih, kata saya dalam hati.
Program Windows ketika itu bagi saya adalah program yang ajaib. Saya tertarik. Atas izin kakak dan orang tua, motor saya jual untuk mendapatkan satu unit komputer ketika itu.
Mulailah saya mengenal komputer Windows dengan segala hal barunya.
Tidak berselang lama, melalui Aken Life—PT Asuransi Jiwa Aken Life—I Made Suatjana menyumbangkan hasil karyanya berupa program Bali Simbar yang menggunakan program Windows. Program Bali Simbar adalah sebuah program mengetik aksara Bali dengan Microsoft Word berbasis Windows.
Pembuat program Bali Simbar, I Made Suatjana, pada pendahuluan buku petunjuk Aksara Bali dengan Windows mengatakan bahwa program ini merupakan program bantu penyuntingan naskah dengan font Bali pada Windows, yaitu pada Microsoft Word. Buku ini berisi cara menginstal program dan cara penggunaannya, terutama penggunaan papan tuts atau papan tombol jari (keyboard) yang lebih dikenal dengan papan tik.
Mulailah saya mengenal Bapak Suatjana.
Saya meminta langsung program Bali Simbar kepada beliau. Setelah menginstal pada unit komputer, saya mulai belajar mengetik aksara Bali. Saya harus menghapal letak aksara Bali dalam papan tik. Dengan papan tik QWERTY, kita harus menghapal letak aksara Balinya. Tabel cara operasi dalam buku panduan sangat membantu ketika kita mengetik naskah.
Ada ketukan normal, ada ketukan kombinasi tombol dengan Control (Ctrl), ada pula kombinasi tombol dengan F2—F9. Kalau sudah beberapa kita lalui beberapa kombinasi ini, kita akan hapal dengan letak aksara yang kita akan tulis.
Perkembangan yang mutakhir adalah “penemuan” papan tik dengan aksara Bali yang dikembangkan oleh Tim Peneliti dari Program Studi Informatika, Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Pada tanggal 11 September 2021, bertepatan dengan hari suci Tumpek Landep, Gubernur Bali—I Wayan Koster—meluncurkan papan tik (keyboard) aksara Bali tersebut.
Bisnisbali.com memberitakan hal tersebut dengan judul “Gubernur Bali Luncurkan Keyboard Aksara Bali”. Banyak media juga memberitakan hal yang sama. Dalam berita-berita tersebut lebih banyak disebut papan ketik untuk menyebut papan tuts atau papan tombol jari yang dalam bahasa Inggris disebut dengan keyboard tersebut.
Dalam tulisan ini saya ingin menyampaikan bahwa yang dibakukan dalam bahasa Indonesia adalah tik, bukan ketik. Kata tik dan ketik dalam pemakaiannya memang bersaing. Kalau kita sudah tahu yang dibakukan, mengapa kita memilih yang tidak baku? Apalagi dalam situasi formal.
Kalau dahulu kita mengenal mesin tik, sekarang pun ada papan tik. Dahulu untuk mengetik aksara Bali di komputer, kita menggunakan papan tik QWERTY. Sekarang sudah bisa dengan papan tik aksara Bali. Kalau kita mau mengetik aksara Bali di komputer, kita bisa menggunakan papan tik aksara Bali.
Ada kata tik, ada kata mengetik. Apakah mengetik bentuk dasarnya ketik?
Tentu bukan, mengetik bentuk/kata dasarnya tik. Kata tik mendapat imbuhan meng-/meN- (di masyarakat luas lebih dikenal dengan awalan me-). Karena tik merupakan kata yang satu suku, sama dengan bom, cat, dan pel, imbuhan meng- akan menjadi menge-. Jadi, tik ditambahkan dengan menge- menjadi mengetik. Demikian juga bom, cat, dan pel bila ditambahkan dengan menge- menjadi mengebom, mengecat, dan mengepel, bukan membom, mencat, dan mempel.
Sekali lagi, papan tik aksara Bali digunakan untuk mengetik aksara Bali di komputer. [T]