Gejala bisa sama, nasib bisa beda. Demikianlah fenomena yang kerap terjadi dalam dunia medis. Oleh karena itu, masyarakat minimal harus mengetahui dan memahami gejala-gejala penyakit yang sering kali fatal meskipun sebagian justru tidak berbahaya sedikit pun. Masyarakat sering panik dan cemas berlebihan atau sebaliknya menganggap sepele satu gejala penyakit yang dialaminya.
Apalagi saat ini, akses informasi yang begitu mudah didapat dari internet sering membuat seseorang kian ngeri dengan gejala penyakit yang dialaminya dan berdampak psikologis yang tidak baik. Meskipun kemudahan akses informasi tersebut merupakan hal baik dan sebuah keniscayaan, namun perlu diingat, tak semua isi informasi yang disampaikan itu pasti benar. Atau bisa saja isi informasi itu benar namun persepsi pembacanya yang keliru. Untuk itu, penjelasan atau verifikasi seorang ahli, dalam hal ini dokter sangat diperlukan untuk memberikan kebenaran obyektif terkait sebuah informasi medis.
Nyeri dada, termasuk salah satu gejala yang sangat perlu mendapat perhatian serius. Karena bisa saja, nyeri dada itu bersumber dari sumbatan pembuluh darah jantung yang dikenal sebagai penyakit jantung koroner atau lebih populer disebut sebagai serangan jantung. Tanpa penanganan yang tepat, keadaan ini dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya. Namun, apakah kemudian semua nyeri dada adalah serangan jantung? Tentu saja tidak.
Nyeri dada yang mungkin serangan jantung bisa dikenali oleh beberapa keluhan dan keadaan. Keluhan yang dimaksud adalah, nyeri dada yang umumnya menjalar ke lengan kiri atau rahang, terasa menusuk, membekap atau panas. Penjalaran dapat pula terasa sampai ke uluhati dan disertai rasa mual. Bisa juga disertai rasa sesak atau mencekik leher. Nyeri ini umunya diperberat oleh aktivitas fisik atau ketegangan pikiran, bahkan semangat yang berlebihan. Keadaan-keadaan yang dikaitkan dengan risiko mengalami serangan jantung adalah, usia lanjut, kebiasaan merokok, riwayat keluarga, mengidap penyakit darah tinggi, diabetes atau kolesterol yang tak diterapi dengan baik. Juga kegemukan dan tentunya jika kurang olahraga.
Namun demikian, tak semua nyeri dada adalah penyakit jantung koroner. Nyeri dada dapat juga disebabkan oleh karena nyeri otot akibat kramp atau nyeri tulang dada akibat peradangan. Keadaan ini sering terjadi pada populasi usia muda atau usia lanjut yang tidak memiliki faktor risiko yang telah disebutkan di atas. Kramp otot atau peradangan tulang dada sering disebabkan karena aktivitas dan lingkungan. Misalnya kebiasaan mengangkat beban berat, mandi malam, suka menggunakan kipas angin atau AC, berkendaraan sepeda motor tanpa jaket atau justru jika seseorang sangat kurang latihan gerak atau olah raganya.
Agar lebih aman, maka kesimpulan nyeri dada karena otot atau tulang ini sebaiknya disimpulkan oleh seorang dokter atas dasar analisa dan mungkin sedikit pemeriksaan penunjang seperti rekam jantung atau tes laboratorium. Yang diperlukan bagi seorang pasien adalah mengikuti kesimpulan dan saran yang diberikan oleh dokter yang menangani dan tidak perlu ada kecemasan berkepanjangan apalagi kemudian melakukan shopping dokter atau mencari banyak dokter untuk meyakinkan.
Nyeri uluhati sebaliknya sering kali dianggap sepele cuma karena maag. Padahal, seperti penjelasan di atas, bisa saja itu justru merupakan gejala serangan jantung. Sama seperti keluhan nyeri dada yang kemudian merupakan gejala suatu penyakit jantung koroner, maka nyeri uluhati yang disertai keadaan-keadaan sebagai faktor risiko seperti di atas harus diantisipasi sebagai suatu serangan jantung. Perlu konsultasi kepada seorang dokter untuk dianalisa sebelum disimpulkan memang cuma sebagai penyakit maag saja.
Keluhan nyeri uluhati yang disebabkan karena penyakit asam lambung ini umumnya dialami oleh pasien usia muda yang memiliki kebiasaan makan buruk, baik jadwal maupun jenisnya. Sering terlambat makan atau punya kebiasaan mengonsumsi kopi berlebih, alkohol, makanan pedas berminyak atau akibat buah-buahan yang mengandung gas seperti durian, mangga dan nangka. Kebiasaan merokok juga sering menimbulkan keluhan pada lambung. Selain karena faktor-faktor yang terjadi pada usia muda tadi, gangguan lambung pada lansia sangat sering juga terjadi akibat konsumsi obat-obat rematik.
Keluhan lain yang juga sering sekali dicemaskan oleh pasien adalah nyeri kepala yang dikaitkan akibat tumor otak. Padahal nyeri kepala yang disebabkan oleh tumor otak kejadiannya sangat jarang. Paling banyak nyeri kepala justru disebabkan oleh karena kramp otot leher yang tidak berbahaya. Kramp otot leher disebabkan oleh karena faktor-faktor yang sama dengan kramp otot dada ditambah dengan kebiasaan terlalu lama melihat monitor atau komputer.
Nyeri kepala yang disebabkan oleh karena tumor otak, biasanya disertai gejala-gejala seperti muntah-muntah yang sebabnya tak jelas, pandangan kabur sebelah mata atau kelemahan anggota gerak dari tubuh kita. Jika ditemukan gejala seperti ini, masih diperlukan pemeriksaan CT scan untuk memastikan kemungkinan tumor otak. Keluhan yang juga sering dikhawatirkan pasien adalah rasa kesemutan yang dikaitkan dengan gejala stroke.
Penderita penyakit stroke memiliki faktor risiko yang sama dengan pasien yang mengalami serangan jantung. Nah, sementara untuk keluhan kesemutan yang dikaitkan dengan stroke adalah, apabila rasa kesemutan tersebut dirasakan pada separuh tubuh. Apakah tubuh sebelah kanan atau kiri yang terasa mulai dari wajah, badan, tangan dan kaki pada sisi yang sama.
Sementara jika kesemutan terjadi pada kedua kaki atau tangan misalnya, biasanya itu disebabkan oleh gangguan saraf tepi, bukannya saraf pusat atau otak seperti pada kasus stroke. Kita perlu tahu lebih tepat sehingga gejala penyakit tersebut, entah itu berbahaya atau tidak agar semua dapat dicegah secara maksimal. [T]
___