29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ada Soekarno di Balik Doctor Honoris Causa Ki Hajar Dewantara

SGSLbySGSL
February 12, 2021
inKhas
Ada Soekarno di Balik Doctor Honoris Causa Ki Hajar Dewantara

Presiden Soekarno saat penyerahan Doktor Honoris Causa dalam ilmu Kebudajaan. {foto diambil dari internet]

 KI HAJAR DEWANTARA (KHD) mendidik diri dengan keras, tekun, lalu membaginya dalam Taman Siswa yang beliau kembangkan.

KHD bukan produk pendidikan Belanda kolonial. Bukan produksi kampus. Sekalipun KHD di masa mudanya menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda), dan sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) — tidak sampai tamat karena sakit — ia “bukan produk kolonial”. KHD bekerja sebagai penulis dan wartawan di Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Sebagai penulis KHD dikenal sangat ulet dan handal, dengan bahasa lugas anti kolonial dan feodalime.

Sebelum berpulang KHD sempat menerima gelar Doctor Honoris Causa (DR HC). Namun, kelihatannya ini tidak mungkin terjadi tanpa “jebakan Bung Karno”. Kalau saja beliau tidak dipaksa, dan “bercanda-canda dan dirayu” Bung Karno dalam menerima gelar DR HC, beliau tidak membutuhkan gelar itu di masa tuanya. Beliau kelihatannya “dijebak” Bung Karno, akhirnya terselenggara penganugrahan tersebut.

Soekarno, bagaimanapun seorang presiden, sekalipun tetap selamanya “murid” KHD, tampak dalam foto penganugrahan DR HC itu mereka dengan malu-malu dan tertawa-senyum melakukan seremonial kecil penganugrahan DR HC, dengan meminjam stempel UGM. Ini momentum baik agar UGM sah menjadi kampus negara dengan penganugrahan DR HC ini. Jadi yang diangkat sebenarnya bukan yang menerima DR HC — karena KHD tidak perlu diangkat-angkat lagi namanya telah harum melambung ke langit — tapi kampus UGM yang diangkat namanya ketika KHD mau menerima DR HC.

Sebenarnya bukan kali pertama Soekarno “menjebak” KHD.

Ketika Indonesia merdeka, nama KHD langsung dimasukkan menjadi Menteri Pendidikan mendampingi Soekarno. Namun, KHD mengundurkan diri karena alasan dunia pendidikan yang ia bangun tidak sama dengan dunia pendidikan yang dicita-citakan. KHD mundur 3 bulan kemudian.

Surat Pengangkatan Ki Hajar dewantara sebagai Menteri Pengajaran, Pendidikan dan kebudayaan
Ki Hajar Dewantara [Sumber foto internet]
Surat pemberhentian jadi menteri dan ucapan terima kaksih dari Presiden Soekarno [sumber foto internet]

Tiga bulan “dijebak” Soekarno, mundur dan memilih untuk mendampingi Sekolah Taman Siswa. Hatinya bukan “hati pejabat”. Jiwanya mengajar, bersama anak-anak dan Taman Siswa, KHD bukan sosok yang silau jabatan.

Pemberian gelar Doctor Honoris Causa kepada Ki Hajar Dewantoro dilangsungkan di Siti Hinggil Kraton Yogyakarta, pada hari Dies Natalis jang ke VII tgl. 19 Desember 1956. Tempat pengukuhan itu tidak di kampus, tapi di Kraton Yogyakarta, dimana memang KHD bagian dari keluarga besar kebangsawanan Yogyakarta. Mungkin saja kalau tidak dilantik di “rumah sendiri” dan dihadiri Soekarno secara khusus, kemungkinan tidak hadir dan tidak bersedia diberikan DR HC.

Begitulah DR HC kepada KHD itu “diboncengi” Presiden Soekarno. Bukti bakti dan hormat seorang guru Taman Siswa kepada pendiri Taman Siswa — Soekarno pernah menjadi guru di Taman Siswa Bandung di masa mudanya.

Dua tahun setelah pengukuhan gelar tersebut KHD berpulang di Yogyakarta, tanggal 28 April 1959.

Soekarno dan Ki Hajar Dewantara [Sumber foto dari Internet]

Soekarno, sekali lagi dengan bakti mendalam, menjadikan hari lahir KHD tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional, melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 yang tertanggal pada 28 November 1959.

Soekarno tiada henti terkagum dan mengakui tiada sosok pendidikan yang sebanding dengan KHD. Cita-cita luhur pada pendidikan manusia tidak pernah pupus. Tidak bisa ditukar dengan jabatan apapun.

Pidato Seokarno tentang pendidikan yang monumental adalah “Bertjita-tjitalah setinggi bintang di langit!” Ini diucapkan oleh Presiden Soekarno pada peringatan hari pendidikan nasional di Istana Olah raga Gelora Bung Karno Senajan Djakarta pada tgl. 2 Mei 1964.

Pidato Soekarno

Dengan menjadikan kelahiran KHD sebagai Hari Pendidikan, Soekarno selanjutnya memberi amanat agar cita-cita KHD tidak padam. Kisah sejarah dunia pendidikan di Indonesia perlu tahu dan tetap pengenanng, pada 3 Juli 1922, Ki Hajar mendirikan Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa  atau Perguruan Taman Siswa, yang bertujuan “memberikan kesempatan dan hak pendidikan yang sama bagi para pribumi jelata Indonesia seperti yang dimiliki para priyayi atau orang-orang Belanda”.

Perguruan Taman Siswa berkembang di seluruh Jawa sampai di Bali. Pendidikan awal kemerdekaan tidak pernah bisa membayangkan bisa tumbuh tanpa Taman Siswa.

Kesahajaan Ki Hajar Dewantara tercermin dalam kebijakan pendidikannya yang terbuka untuk rakyat jelatah atau semua orang. Pada titik ini kita penting belajar pada KHD, bahwa pendidikan untuk semua, dan pengetahuan untuk semua. [T]

  • Lampiran:

PIDATO PRESIDEN SOEKARNO DALAM PENGANUGRAHAN DOCTOR HONORIS CAUSA KI HAJAR DEWANTARA

— Siti Hinggil Kraton Yogyakarta, 19 Desember 1956.

“Saudara-saudara sekalian, saja akan berbitjara singkat.

“Nama saja ditjantumkan dalam programa atjara resepsi ini, untuk ikut-ikut mengutjapkan kata sambutan, atas promosi Ki Hadjar Dewantara scbagai Doktor Honoris Causa.

“Saja akan bitjara singkat, oleh karena pada malam ini, Ki Hadjar Dewantara telah ditjondro oleh pelbagai pembitjara pembitjara, pembitjara-pembitjara itu tadi saudara-saudara menjondro Ki Hadjar Dewantara sebagai orang daripada keluarga Taman Siswa.

“Saudara Sarino bitjara sebagai orang Taman Siswa, saudara Ketua Panitia bitjara sebagai orang keluarga Taman Siswa, saudara Soendoro bitjara pandjang-lebar sebagai orang Taman Siswa djuga. Saja akan bitjara tidak sadja sebagai orang dari keluarga Taman Siswa, tetapi saja bitjara atas nama “SEGENAP RAKJAT INDONESIA JANG DELAPAN PULUH-DJUTA”. Saja bitjara atas nama “NEGARA REPUBLIK INDONESIA”

“Di dalam kwalitet itulah saja merasa berbahagia, dapat ikut mengagungkan asmanja Ki Hadjar Dewantara. Ki Hadjar Dewantara adalah putera Indonesia jang Besar. Bahkan bagi saja persoonlijk, saja selalu menganggap Ki Hadjar Dewantara sebagai saja punja saudara tua, sebagai saudara Kangmas, bahkan sebagai diutjapkan saudara Semaun, pula sebagai guru saja.

“Di dalam pemberian gelar Doktor Honoris Causa, sebenarnja Universitas Gadjah Mada kurang tepat dan kurang adil, djikalau Universitas itu mendahulukan saja daripada Ki Hadjar Dewantara.

“Ki Hadjar Dewantara sebagai tadi saja katakan, adalah seorang putera Indonesia jang besar tiap-tiap bangsa saudara-saudara, tiap-tiap bangsa jang besar, mempunjai putera-putera jang besar. Tiap-tiap bangsa jang besar mempunjai eksponen-eksponen jang besar kalibernja. Maka bangsa Indonesia bolehlah berbahagia, mempunjai seorang eksponen jang besar sebagai Ki Hadjar Dewantara.

“Saja persoonlijk, saudara-saudara, merasa berbahagia, pada waktu saja masih muda dapat “NGLESOT” pada kaki Ki Hadjar Dewantara. Saja termasuk pemuda-pemuda jang berbahagia, dapat maguru kepada orang-orang Indonesia jang besar. Maguru kepada almarhum Kjai Hadji Achmad Dahlan, maguru kepada Doktor E.F.E. Douwes Dekker jang kemudian bernama Setiabudi. Maguru kepada Dokter Tjipto Mangunkusumo, maguru kepada Raden Mas Suwardi Surjaningat jang kemudian bernama Ki Hadjar Dewantara maguru kepada Saudara Semaun, jang saja unduh dari Moskow, maguru pada eksponen eksponen lain. Oleh karena itulah saja dapat merasakan, saudara, bahwa bangsa Indoneaia Insja Allah Subchanahu watta ‘ala, dapat mendjadi suatu bangsa jang besar. Oleh karena sudah ternjata, bangsa Indonesia sudah dapat melahirkan putera puteranja jang besar.

“Bagi saja saudara-saudara, jang sekarang duduk dalam dunia alam politik, bagi saja terutama sekali saja melihat Ki Hadjar Dewantara bersama-sama Dr. E.F.E. Douwes Dekker Setiabudi, bersama dengan Dokter Tjipto Mangunkusumo, sebagai bapaknja politilk Nasionalisme Indonesia. Alangkah baiknja, djikalau pemuda-pemuda djaman sekarang, jang diantara mereka itu ada jang mengedjek Ki Hadjar wantara, menginsjafi bahwa Ki Hadjar Dewantara adalah salah seorang bapak politik nasionalisme Indonesia.

“Malahan saudara saudara, nama Ki Hadjar Dewantara di dalam waktu jang achir-achir ini, hidup berkobar-kobar lagi di dalam dada saja. Oleh karena saja di waktu jang achir-achir ini, sedang prihatin, merasakan perpetjahan-perpetjahan, pertikaian-pertikaian di kalangan bangsa Indonesia sendiri. Saja ingat, bahwa kira-kira 33 tahun jang lalu, Ki Hadjar Dewantara, Dr. E.F.E. Douwes Dekker  Douwes Dekker, Dokter Tjipto Mangunkusumo, sebagai pemimpin pemimpin dari Indische Partj, telah memberi tjontoh kepada bangsa Indonesia, apa jang harus diperbuat oleh pemimpin-pemimpin partai politik djikalau ada kekatjauan di dalam kalangan bangsa.

“Pada waktu itu, Ki Hadjar Dewantara, Dokter Tijpto Mangunkusumo, Dr. E.F.E. Douwes Dekker dan beberapa nasionalis-nasionalis lain, jang mendjadi pemimpin dari Indische Partij, oleh karena dilihat bangsa Indonesia terlalu terpetjah – belah oleh partai-partai politik, maka atas inisiatip Dr. E.F.E. Douwes Dekker, Tjipto Mangunkusumo, Ki Hadjar Dewantara, dikuburkan Indische Partij, saudara-saudara.

“Untuk memberi tjontoh kepada bangsa Indonesia, bahwa persatuan bangsa adalah harus diutamakan di atas segala hal. Maka oleh karena itu saudara-saudara, saja minta kepada  segenap rakjat Indonesia, supaja merenungkan hal ini.

“Manakala kita semuanja beriang gembira, melihat bahwa Ki Hadjar Dewantara dimuliakan oleh Universitas Gadjah Mada, sebagai Doktor Honoris Causa dalam ilmu Kebudajaan.

“Manakala kita beriang gembira, bahwa salah seorang putera Indonesia jang besar, mendapat kehormatan besar di atas persadanja ilmu pengetahuan dan ilmu kebudajaan, marilah kita semuanja, memikirkan akan nasibnja bangsa Indonesia dikemudian hari, jang kemudian hari itu tergantung dari pada keadaan dihari sekarang. “Bersatulah rakjat Indonesia, sebagai jang selalu diandjurkan.

Tags: KI Hajar DewantaraPendidikansejarahSoekarno
Previous Post

Rumah di Kampung dan Rumah di Kota | Beda Jiwa Beda Rasa

Next Post

250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek | Ceritanya Mirip Dongeng

SGSL

SGSL

pengumpul

Next Post
250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek | Ceritanya Mirip Dongeng

250 KK Hindu Bali Asli di Desa Kayuputih Punya Tradisi Imlek | Ceritanya Mirip Dongeng

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Uji Coba Vaksin, Kontroversi Agenda Depopulasi versus Kultur Egoistik Masyarakat

by Putu Arya Nugraha
May 29, 2025
0
Kecerdasan Buatan dan Masa Depan Profesi Dokter

KETIKA di daerah kita seseorang telah digigit anjing, apalagi anjing tersebut anjing liar, hal yang paling ditakutkan olehnya dan keluarganya...

Read more

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co