14 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dayu Ani, “Kenapa Legong?” – Karena Ia Bisa Menjelma Apa Saja

Julio SaputrabyJulio Saputra
October 2, 2020
inKhas
Dayu Ani, “Kenapa Legong?” – Karena Ia Bisa Menjelma Apa Saja

Pementasan “Kenapa Legong” yang dibawakan oleh Komunitas Bumi Bajra Sandhi dalam kegiatan Panggung Seni Online Streaming, Rabu, 30 September 2020 [Foto Dok Antida]

Pementasan tari bertajuk “Kenapa Legong” yang dibawakan oleh Komunitas Bumi Bajra Sandhi dalam kegiatan Panggung Seni Online Streaming pada Rabu, 30 September 2020, pukul 20.00 WITA di kanal Youtube Budayasaya, hingga kini terasa masih terasa getarannya dan terngiang di benak saya.

Pementasan yang menjadi bentuk kerjasama Antida Musik Productions dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menampilkan eksplorasi gerakan-gerakan dinamis karya seniman dan koreografer mumpuni Ida Ayu Wayan Arya Satyani atau disapa Dayu Ani. Secara mandalam, ia mengeksplorasi Tari Legong, menjadikannya sebuah pagelaran yang tak seperti Tari Legong pada umumnya, sebuah pagelaran yang terinspirasi dari teks Japatwan yang menceritakan petualangan kakak beradik Gagak Turas dan Japatwan ketika menyusul Ratnaningrat ke Siwaloka.

“Panggung ini merupakan wadah bagi para seniman untuk bereksplorasi, bahkan menjadi ruang ekspresi yang membebaskan untuk menampilkan karya-karya mereka yang tiada memberi sekat pada tradisi atau modern,” ungkap Anom Darsana, pendiri Antida Music Production.

Hal senada juga disampaikan oleh Direktur Jenderal Kebudayaan, Himar Farid. Menurutnya, kekayaan seni tari tradisi di Indonesia begitu beragam dari Sabang sampai Merauke dan tiada habis untuk dijelajahi. Itulah sebabnya khasanah budaya tersebut dapat memberikan inspirasi untuk menciptakan karya kreasi baru, seperti halnya eksplorasi Tari Legong dalam pagelaran panggung seni streaming online yang diadakan.

“Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud mendukung kegairahan para seniman tari untuk kembali ke panggung. Selain untuk menjaga spirit para pelaku seni dan budaya, juga melihat bahwa pentingnya untuk melestarikan tari tradisi dan mengajak generasi muda untuk mencintai seni tari tradisi di balik gempuran budaya dari luar,” pungkasnya.

Panggung Seni Online Streaming tersebut juga didukung oleh HMJ Tari ISI Denpasar, Prodi Tari Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar, Sanggar Lokananta, International Bali Rental, dan Purnham Event Planner.

Kenapa Legong dari Komunitas Bumi Bajra karya Dayu Ani [Foto Dok Antida]

Kenapa Legong?

“Kenapa Legong adalah wujud kekaguman saya pada proses penciptaan legong, pada kelanggengan yang ditawarkan oleh tarian-tarian klasik. Apanya yang langgeng? Ya, tarian-tarian itu sendiri. Bagaimana prosesnya lentur menembus zaman tanpa kehilangan rohnya.” Ungkap Dayu Ani. Ia tampil dalam balutan kebaya hitam elegan dengan rambut panjangnya yang dikepang satu menjuntai di balik punggungnya, yang juga menjadi ciri khas dalam kesehariannya.

Dayu Ani kemudian mengutip Prof. I Made Bandem.  Bahwa perjalanan dan perkembangan Tari Legong di Bali bermula dari Tari Sanghyang yang mendapat sedikit sentuhan, artikulasi ide, dan koreografi formil dari Tari Gambuh. Kemudian dilanjutkan oleh kesakralan Legong Topeng yang menjadi tarian istana (Legong Keraton) pada abad ke-15. Saat itu, istana atau kerajaan memiliki peranan penting bagi tumbuhnya kesenian-kesenian dengan standar kualitas yang tinggi. Lalu, ketika memasuki era Kebyar, Tari Legong menjelma menjadi Tari Kebyar. Ada banyak tari-tari kreasi palegongan yang diiringi oleh gong kebyar. Tari Truna Jaya salah satunya. Hingga sekarang, di zaman modern ini, di era kontemporer, Tari Legong Keraton masih menjadi inspirasi.

“Kenapa Legong juga menjadi wujud kerinduan saya pada karakteristik tari bali kuna, ketika pakem tari bali belum begitu teknis seperti sekarang. Itu sebabnya saya mengajak anak-anak yang belum mendapat teknis dasar tari bali secara intens.” Imbuhnya.

Saat mengawali proses “Kenapa Legong”, ada pesan dari Cok Sawitri – seorang seniman dan sastrawan ternama Bali – yang ia ingat ketika beliau memberi seminar di ISI Denpasar beberapa tahun lalu.

“Kata beliau, seni klasik itu adiluhung, begitu agung, begitu mulia begitu tinggi. Justru karena itu jangan takut berkreasi. ‘Nakal-nakalah’. Ia takkan terluka oleh kenakalan kreativitas yang kita lakukan. Paling karya kita yang akan rubuh, seumur jagung, dan bernasib tragis, bila apa yang kita lakukan belum cukup dalam. Seni klasik itu tak akan terluka. Jadi jangan baper sebelum mencoba”

Sebagaimana Tari Legong pada umumnya, pementasan yang berdurasi 1 jam tersebut diawali oleh Yuning yang membawakan Tari Condong Keraton sebagai pembuka acara. Dalam balutan busana tari yang cukup khas berwarna merah, lengkap dengan rangkaian bunga memanjang di sisi kanan dan kiri mahkotanya, gadis muda itu menari dengan tajam dan intens. Kepiawaiannya menari memang tidak boleh diragukan. Gerakannya cukup memukau, ia seperti tidak pernah kehilangan tenaga saat menari. Tak heran jika ia selalu menjadi juara dalam perlombaan tari bali, seperti yang dikatakan Dayu Ani saat bincang proses kreatif di akhir acara.

Pementasan Kidung Pengraksa Jiwa {Foto Dok Antida]

Setelah menari selama kurang lebih 7 menit, pementasan kemudian dilanjutkan dengan Kenapa Legong Japatuwan. Tarian utama dalam pementasan tersebut dibawakan oleh 7 orang laki-laki yang masih belia, muda, dan bujang, Masing-masing dari mereka adalah Aditya Guna Eka Putra, Amrita Dharma Darsanam, Sena, Made Manipuspaka, Dhira Aditya, Pande Surya, dan Krisna Yoga. Mereka menari membawa kipas berwarna hitam, bagian bawah mereka ditutupi kain putih, ada juga selendang hijau yang dililitkan di pinggang, serta secarik bunga dan daun yang diselipkan di telinga kanan. Gerakan mereka juga tak kalah dinamis.

Terkadang mereka menari dengan cepat, atau dengan sangat cepat. Terkadang juga mereka menari dengan pelan, atau juga sangat pelan. Sesekali mereka bersimpuh, atau berjongkok, dan bahkan berkali-kali mereka melompat dan bersalto. Meski begitu, keindahan gerak dan nilai esetetika yang ditawarkan seperti tidak lepas dari masing-masing tubuh mereka. Setiap gerakan menyimpan sukma tersendiri. Mereka seolah-olah sudah mengunci jiwa seni yang bersarang dalam tubuh mereka ketika menari.

Bahkan, meski sudah menari cukup lama, mereka juga seperti tidak kehilangan tenaga. Terlihat di bagian akhir, 2 orang di antara mereka mengangkat 2 orang penari lain yang sudah selesai mengenakan busana tari tertentu. Tak hanya itu, penampilan mereka juga semakin diperkuat dengan alunan gamelan dan kidung yang lambat-lambat terdengan seperti sebuah rapalan doa atau mantra. Bisa disimpulkan, penampilan mereka penuh dengan taksu. Lewat gerakan-gerakan tari, mereka menghidupkan diri mereka sendiri menjadi nilai seni bermakna tinggi.

Ada satu lagi pementasan yang ditampilkan dalam Panggung Seni Online Streaming tersebut, yaitu Kidung Pangraksa Jiwa, sebuah kidung yang diyakini dapat memperkuat jiwa, menjauhkannya dari hal-hal buruk, menangkal semua energi negatif yang ada, menjaganya untuk selaras dalam lindungan kasih sayang semesta pada setiap hidup dan kehidupan. Kidung tersebut menjadi symbol tolerasi yang tertanam dalam jiwa. Jika dikaitkan dengan situasi pandemic saat ini, kidung tersebut menjelma doa dan mantra, serta harapan agar seluruh jiwa senantiasa mendapat keselamatan. 

Menari Bukan Masalah Gender

Pada proses bincang kreatif di akhir pementasan “Kenapa Legong”, ada hal bermakna yang diucapkan oleh Dayu Ani menjawab pertanyaan mengapa para penari yang membawakan tarian tersebut bukanlah perempuan, tapi laki-laki.

“Kenapa laki-laki? Karena melalui proses ini saya ingin berbagi bahwa menari bukanlah tentang gender. Melainkan menari adalah tentang jiwa yang menggunakan medium tubuh, entah itu laki-laki, entah itu perempuan, untuk menyampaikan karakter yang dibawakan. Jadi pada tari ini, kita sedang mengangkat maskulinitas dari Legong.” Ujarnya.

Barangkali, itu juga yang membuat suami Dayu Ani, Ida Made Dwipayana, memposting sebuah kata-kata inspiratif dan menarik di beranda akun facebook miliknya. “Kami berkumis, kami berjakun, kami menari, kami melompat, kami bersalto, kami ngelegong, kami mendelik, kami melirik, kami telanjang dada, kami berani, karena kami laki-laki.” [T]

Previous Post

Purnama Kapat dan Ingatan tentang “Rajer Babat”

Next Post

Hargai Kehidupan dan Kematian Tak Meminta Perhatian

Julio Saputra

Julio Saputra

Alumni Mahasiswa jurusan Bahasa Inggris Undiksha, Singaraja. Punya kesukaan menulis status galau di media sosial. Pemain teater yang aktif bergaul di Komunitas Mahima

Next Post
Hal-hal Lucu Saat Wabah Covid-19

Hargai Kehidupan dan Kematian Tak Meminta Perhatian

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more

Refleksi Visual Made Sudana

by Hartanto
May 12, 2025
0
Refleksi Visual Made Sudana

JUDUL Segara Gunung karya Made Sudana ini memadukan dua elemen alam yang sangat ikonikal: lautan dan gunung. Dalam tradisi Bali,...

Read more

Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

by Sonhaji Abdullah
May 12, 2025
0
Melihat Pelaku Pembulian sebagai Manusia, Bukan Monster

DI Sekolah, fenomena bullying (dalam bahasa Indoneisa biasa ditulis membuli) sudah menjadi ancaman besar bagi dunia kanak-kanak, atau remaja yang...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery
Pameran

Fenomena Alam dari 34 Karya Perupa Jago Tarung Yogyakarta di Santrian Art Gallery

INI yang beda dari pameran-pemaran sebelumnya. Santrian Art Gallery memamerkan 34 karya seni rupa dan 2 karya tiga dimensi pada...

by Nyoman Budarsana
May 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co