26 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Niat Baik Mahasiswa dan Pesan Orang Tua

Agus WiratamabyAgus Wiratama
July 6, 2020
inEsai
Sanggah Setengah Jadi dan Ritual yang Kembali Sederhana

Agus Wiratama || Ilustrasi tatkala.co || Nana Partha

14
SHARES

Setelah pulang dari Singaraja, Grudug tiba-tiba tergelitik oleh perkataan, “Mahasiswa pulang kampung pasti lupa dengan idealismenya”. Istilah yang agak kasar tentang itu, “otaknya ditinggal”. Tidak mau terlibat dalam kategori yang meninggalkan “anu”nya itu, Grudug berinisiatif melakukan sesuatu yang bermanfaat. Tapi sayangnya dia merasa gagal. Bahkan patah hati.

Mendengar kabar belajar dari rumah, ia berpikir akan melakukan sesuatu untuk kampung, khususnya keluarga atau tetangga. Alasannya pun sederhana, agar tak dianggap meninggalkan pemikiran. Ia berencana mengkampanyekan menanam banyak pohon seperti yang ia lakukan kala Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Hal itu ia pilih karena mendengar banyak kabar tentang sawah atau ladang yang berubah fungsi menjadi penginapan. Padahal, Ketika ia mendengar kabar alih fungsi lahan itu, kampungnya belum mengalami hal serupa.

Ketika sudah di kampung, Grudug melihat pamannya membawa batang singkong. Lengkap dengan sebuah jaring. Grudug bertanya pamannya mau ke mana. Pamannya kemudian mengatakan akan ke belakang rumah.

“Bikin kandang bebek yang dipagari ketela pohon. Setelah bebek kita terjual, singkong bisa kita cabut satu per satu untuk dimakan,” jawab pamannya gembira.

Grudug paham, batang singkong itu akan dijadikan tiang pembatas sekaligus tempat pengikat jaring. Di dalam jaring yang dibentuk menjadi kandang akan ditaruh bebek untuk dipelihara. Perbincangan pun putus, namun tidak di dalam hati Grudug. Keraguan mulai muncul. Ia bertanya-tanya dalam hati tentang pilihan ide yang akan dia lakukan. Sambil jalan, dia berniat menguji idenya di awal itu.

Meski bertanya-tanya, Grudug berusaha tegar dengan ide awalnya. “Yang penting diuji dulu,” pikirnya dalam hati. Ia masih bersikeras mau menyiarkan bahwa mencintai lingkungan dengan menanam pohon itu sangat penting.

Suatu hari Grudug pergi ke ladang yang rupanya masih hijau bersama pamannya. Rimbun dengan pohon berbagai jenis. Yang membuatnya kemudian mulai lesu adalah ketika melihat kandang sapi. Kandang itu terbuat dari pohon dadap yang masih hidup dan jerami yang disusun sebagai atapnya.

Grudug lalu bertanya pada pamannya mengapa pakai batang pohon hidup untuk tiang kandang, pamannya bilang, “Nanti kalau atap kandang ini rusak kita tidak perlu buat tiang baru,” kata pamannya enteng. Merasa punya kesempatan bertanya, Grudug kemudian bersikap, “Kalau sudah tidak pelihara sapi pasti pohon ini ditebang kan?”

Pamannya yang sibuk memotong rumput untuk pakan sapi menjawab santai, “Buat apa ditebang? Daun dadap itu tak usah dipotong, kan selalu dibutuhkan saat upacara.”

Merasa gagal menyelipkan pesan-pesan yang direncanakan dalam percakapan, Grudug langsung menghadap pagar yang dibuat dari rimbun tanaman, alias pagar hidup. Di sana tanaman tumbuh tanpa seleksi. Nampak liar. Tumbuhannya pun beragam, ada pohon andong, ketela pohon, bunga kembang sepatu, dan lain-lain.

“Paman,” sapa grudug. “Pohon untuk pagar ini pasti nanti akan diganti bata. Ini bagus paman, jangan sampai dipotong, lagi pula tumbuhan dan lingkungan…” ucapan grudug segera saja dipotong oleh pamannya.

“Grudug, ketela itu paman yang tanam, biasa dicabut satu per satu untuk makanan, lalu paman tanami lagi. Andong itu untuk upacara terutama galungan, bunga itu untuk sembahyang, dan yang lain itu tumbuh liar tapi sering dipakai untuk kelengkapan upacara. Buat apa dipotong? Lagi pula kalau beli, semua itu membutuhkan uang yang cukup banyak. Bukan hanya itu, bibimu pasti marah-marah kalau sampai pagar ini dipotong.” Sebenarnya arah percakapan itu jelas. Grudug hanya ingin mencoba melakukan sosialisasi sekaligus menguji hal yang akan ia lakukan. Tetapi, berhubung belum jelas, ia perlu memikirkan lagi ide itu.

Lama rasanya termenung soal ide itu, Grudug justru menghayal ke mana-mana. Di tengah hayalan, tiba-tiba muncul kegelisahannya. Sesunguhnya Grudug pulang dengan beban pikiran, sebab ia akan segera tamat kuliah. Ia berpikir keras tentang pekerjaan dan rumah tangga.

Dalam urusan karir ia selalu diingatkan cita-cita oleh orang tuanya agar menjadi PNS, padahal ia pesimis tentang cita-cita itu. Ia tahu, banyak orang yang bermimpi menjadi PNS dan setelah gagal merasa hidupnya yang gagal. Tapi, orang tua Grudug tak mau tahu soal itu. Yang jelas harus PNS. Tentu saja ini menjadi beban yang bisa muncul kapan saja dalam pikirannya.

Selain itu, ia juga memikirkan masalah rumah tangga. Ia pernah berkata pada ibunya, kelak jika pekerjaannya tak menghasilkan banyak uang, ia tak ingin menikah. Tapi, ibunya berkata, “kalau kau tak menikah, siapa yang akan membantu ibumu yang sudah mulai renta ini?” Grudug paham, menikah itu bukan pilihan, tapi keharusan.

Sementara itu ia bertekad kalau sudah berumah tangga ia harus berumah di Denpasar, biar kelak anaknya jadi orang kota. Tetapi, berhubung harga tanah yang melambung, ia merasa tak akan mampu mencapai mimpi itu. Apalagi jadi PNS, tentu gajinya akan serak bila dipakai nyicil pembayaran rumah di sana. “Hidup ini banyak susahnya,” pikir Grudug.

Tiba-tiba saja pamannya memotong lamunan Grudug karena rumput dirasa sudah cukup, saatnya pulang. Grudug terkejut hingga melontarkan begitu saja gelisahnya itu pada pamannya.

Pamannya tertawa lalu memberi saran, “Kau buat rumah di sini saja, kan seperti villa-villa di Ubud.”

Sontak Grudug menolak tapi mungkin karena hanyut dengan kegelisahannya, ia berkata bahwa tempat itu tidak cocok dibangun rumah. “Viewnya memang bagus, di depan terhampar sawah yang luas, di bagian belakang sungai dengan airnya yang jernih menyejukkan, tapi biaya buat jalan pasti mahal. Membangun jadi sulit karena kendaraan tak bisa ke sana. Harus menyewa tenaga yang banyak. Ongkos akan membengkak,” Alis Grudug mengkerut menceritakan itu semua.

Sebuah ide tiba-tiba melintas, membuatnya bersemangat. Ia berkata, “Paman. Aku dengar-dengar, Ubud sudah sangat sumpek, villa dan penginapan mulai menyasar desa kita yang masih sepi dan asri. Bagaimana kalau tanah yang luas ini dijual untuk beli rumah di Denpasar. Lagi pula harga tanah di sini sudah mulai naik.”

Pamannya yang memegang ranting, spontan memukul kepala Grudug dan berkata, “memang kau mau dikutuk leluhur? Kapan kamu membeli tanah ini sampai berniat menjualnya?”

Grudug tersipu malu. Sambil cengengesan ia berkata, “Semua itu hanya candaan, lagi pula warisan kan harus tetap dijaga,” katanya sambil memalingkan wajah karena tersipu malu.

Sejak saat itu, ia merasa topik yang dia pikir di awal tidak tepat ia bawakan. Setelah menguji ide, ia mendapat kesimpulan bahwa ia sendiri yang belum lulus menggunakan ide itu. Tapi, hingga pemerintah mengumumkan new normal, jalan mulai ramai, orang bekerja berangsur-angsur normal, Grudug belum juga melakukan sesuatu di kampungnya. [T]

Tags: kampungkampung halamanmahasiswa
Previous Post

Aturan Baru, Kenapa Masih Bosan di Rumah?

Next Post

Teater Sastra Welang Rilis Video Puisi Kolaborasi oleh 5 Seniman Muda

Agus Wiratama

Agus Wiratama

Agus Wiratama adalah penulis, aktor, produser teater dan pertunjukan kelahiran 1995 yang aktif di Mulawali Performance Forum. Ia menjadi manajer program di Mulawali Institute, sebuah lembaga kajian, manajemen, dan produksi seni pertunjukan berbasis di Bali.

Next Post
Teater Sastra Welang Rilis Video Puisi Kolaborasi oleh 5 Seniman Muda

Teater Sastra Welang Rilis Video Puisi Kolaborasi oleh 5 Seniman Muda

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co