15 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Dermaga Tua Banjar Nyuh di Nusa Penida: Gagal Melabuhkan Kapal, Sukses Melabuhkan Cinta

I Ketut SerawanbyI Ketut Serawan
March 10, 2020
inOpini
Dermaga Tua Banjar Nyuh di Nusa Penida: Gagal Melabuhkan Kapal, Sukses Melabuhkan Cinta

Dermaga Banjar Nyuh Nusa Penida [Foto: Serawan]

561
SHARES

Sebagai daerah kepulauan, salah satu impian masyarakat Nusa Penida (sejak lama) sesungguhnya ialah pelabuhan modern. Pelabuhan yang mampu menyandarkan kapal besar sekelas ferry atau roro. Sebab, sebelumnya NP hanya memiliki pelabuhan tradisional dengan mengandalkan transportasi perahu atau jukung. Bisa dibayangkan bukan biayanya? Naik turun di darat dan di laut, serba ada ongkosnya. Ujung-ujungnya, harga barang di NP bisa mencapai dua kali lipat lebih dari Bali daratan. Kalau dengan kapal besar, tentu harga barang relatif murah, kan?

Sayangnya, impian pelabuhan modern mungkin terlalu mahal bagi masyarakat NP. Pasalnya, APBD Klungkung (dulu) relatif sangat rendah. Belum lagi, cara pandang masyarakat dari daratan yang mengganggap masyarakat NP sebagai kelas dua. Akibatnya, kebijakan Pemda Klungkung (dulu) seringkali deskriminatif terhadap pembangunan di NP. Cara pandang ini berlangsung cukup lama.

Namun entah kenapa, tahun 1992, Pemda Klungkung (era Bupati Tjokorda Gde Agung) berbaik hati. Impian tentang pelabuhan modern terwujud. Untuk pertama kalinya, Pemda Klungkung membangun dermaga kapal di NP. Tepatnya, di Banjar Nyuh, Desa Ped. Saya tidak tahu, apakah ini sebagai wujud rasa kasihan, pencintraan, atau murni komitmen memajukan NP? Entahlah. Yang jelas, Dermaga Banjar Nyuh (sebutannya) membentang panjang kurang lebih 150 m menjorok ke laut. Dermaga inilah yang semula ingin dijadikan starter bagi masyarakat NP untuk keluar dari kondisi terisolir secara perlahan-lahan.

Namun sayang, mimpi hanya tinggal mimpi. Dermaga tersebut tak bisa difungsikan dengan maksimal. Dermaga Banjar Nyuh (DBN) tak mampu melabuhkan kapal, karena arus laut di seputar dermaga begitu kuat. Padamlah mimpi masyarakat NP. BDN hanya mampu menjulurkan diri, tetapi tak mampu menjinakkan kapal. “Sia-sia,” itulah kata singkat yang sering diucapkan oleh masyarakat NP. Selanjutnya, dapat dibaca. BDN dibiarkan terbelengkai dan tak mampu menarik kepedulian bupati-bupati berikutnya.

Memasuki tahun 2007, impian kedua datang kembali. Di bawah kepimpinan Bupati Chandra, NP kembali dihadiahi pelabuhan modern (kapal besar). Bukan di Banjar Nyuh, melainkan di Sampalan. Namanya Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida. Pelabuhan ini dilengkapi dengan pemecah gelombang (breakwater) sehingga aman bagi kapal untuk berlabuh. Namun, masalah muncul ketika Klungkung daratan tidak memiliki pelabuhan yang representatif. Akibatnya, kapal Roro Nusa Jaya Abadi harus berlabuh di Padang Bay (Karangasem) dengan status dermaga pinjaman.

Dengan bodi yang mungil (kecil) dan status dermaga pinjaman (di Bali daratan) membuat trip kapal roro milik Pemda Klungkung ini menjadi sangat terbatas. Hingga sekarang, kapal ini belum mampu mengakomodir jumlah sirkulasi kendaraan dan barang terutama dari Bali daratan ke NP dengan optimal. Antrian kendaraan (dengan muatan) di Padang Bay menuju NP bukan cerita baru. Lalu, sampai kapan cerita antrian ini akan berakhir?

Mungkin menunggu pelabuhan eks galian C Klungkung difungsikan. Kalau yang ini, saya tidak berani berargumentasi. Sebab, pelabuhan eks galian C ini sangat seru di tataran perdebatan kaum elit. Pelabuhannya sudah ada, tetapi saling lempar tanggung jawab masih seru hingga sekarang. Terus terang, saya tidak tahu ujung pangkal masalahnya. Pun saya tidak tahu siapa yang benar atau menang. Namun, saya pasti tahu siapa yang kalah. Ya, masyarakat, terutama masyarakat NP.

Dibandingkan dengan DBN, Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida jelas lebih sukseslah. Setidaknya, Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida mampu melabuhkan kapal dengan aman. Ia mampu difungsikan secara normal. Sebaliknya, Pelabuhan DBN adalah pelabuhan mandul. Inilah yang mungkin disebut sebagai pembangunan yang teledor. Besar kemungkinan, kurang melalui kajian yang matang.

Gagal Melabuhkan Kapal, Sukses Melabuhkan Cinta

Konsekuensinya, DBN gagal sebagai pelabuhan. Karena itu, masyarakat setempat justru memanfaatkan dermaga ini sebagai tempat memancing, kegiatan (musiman) upacara keagamaan yaitu nganyut atau prosesi melarungkan sebagai rangkaian ngaben, nongkrong, dan terutama tempat pacaran.

Tahun 1990-an hingga 200-an, sebelum pariwisata melejit di NP, DBN menjadi titik senter berkumpulnya para muda-mudi, baik dari wilayah timur, barat dan selatan Pulau NP. Tak ada tongkrongan yang paling keren pada waktu itu, selain DBN.

Seingat saya, setiap Galungan dan Kuningan terutama umanisnya, DBN menjadi serbuan muda-mudi dari berbagai arah, yang ganteng-cantik dan dengan bau parfum yang khas. Karena itu, setiap umanis Galungan dan Kuningan, DBN sesak oleh muda-mudi mulai dari pangkal hingga ujung jembatan. Biasanya, pemandangan ini terlihat pada sore hari hingga malam. Para jomblo mencari pasangan, sedangkan yang sudah punya pasangan memadu cinta di tempat ini.

Apa menariknya DBN bagi muda-mudi NP? Secara geografis, DBN cukup strategis. Ia sangat mudah dijangkau dari berbagai belahan pulau di NP. Kedua, DBN kondusif dan nyaman karena cukup jauh dari pemukiman warga. Ketiga, memiliki panorama yang eksotis. Dari depan (barat), tampak hutan bakau di Pulau Nusa Lembongan—dan sekaligus tempat sajian sunset yang eksotis. Depan agak barat (BD), mengalir air laut yang mirip sungai membelah daratan NP dan Pulau Nusa Ceningan. Sebelah selatan, menjulang tinggi puncak Bukit Mundi. Sedangkan, sebelah utara membentang lautan dengan barisan pegunungan dan perbukitan di Bali daratan. Sementara, di sekelilingnya terdengar gemericik air laut dan sesekali debur ombak yang menghantam badan dermaga dan bibir pantai.

Latar belakang inilah, yang menguatkan kesan romantisme di DBN. Tidak salah jika muda-mudi memilih tempat ini sebagai tempat sekadar mencari kenalan, nongkrong-nongkrong, maupun pacaran. Jika dihitung jumlah yang jadian hingga ke pelaminan, mungkin jumlahnya banyak. Anda mungkin salah satunya? Ayo, ngaku, nggak?

Jadi, walaupun gagal menjalani peran sebagai dermaga pelabuhan, tetapi DBN cukup sukses menjembati rasa cinta para muda-mudi di NP. Prestasi kecil ini tentu saja tak perlu legitimasi. Tak perlu piagam atau trofi penghargaan. Nanti malah menjadi serem. Ya, nggak? Masak ada kategori penghargaan “Dermaga Paling Sukses Melabuhkan Cinta”. Ah, ada-ada saja. Tentu akan membuat orang-orang menjadi senyum-senyum sendiri mendengarnya.

Meski bukan penghargaan yang sah, mungkin apresiasi secara lisan pantas kita sematkan kepada DBN. Ya, karena setidaknya dapat diberdayakan oleh masyarakat lokal sebagai pelabuhan cinta walaupun bersifat musiman. Namun, sukses membuat pasangan muda-mudi NP menuju pelaminan. Puncaknya pada era 200-an. Setelah itu, prestasi ini terus menurun seiring dengan melejitnya pariwisata di NP.

Ketika pariwisata berkembang, pemanfaatan DBN sebagai tempat nongkrong kian meredup. DBN menjadi sepi dari tongkrongan anak muda. Muda-mudi NP sekarang lebih memilih nongkrong di objek-objek wisata terkenal, misalnya Crystal Bay, Kelingking Beach, Atuh Beach dan lain-lainnya.

Seiring dengan usia yang semakin menua, DBN kian mengalami kesepian. DBN telah kehilangan pamor untuk menarik hati muda-mudi milenial. Mungkin karena anak muda merasa gengsi atau daya tarik BDN yang memang kalah dengan objek wisata-wisata yang ada di NP. Di tengah kesepiannya, justru muncul jembatan-jembatan ponton baru sebagai tempat melabuhkan Fast Boat yang mengantar para wisatawan. Efeknya, DBN malah dijadikan tempat parkir roda empat ketika hendak menjemput atau setelah mengantar para wisatawan.

Kini keberadaan BDN, juga cukup mengkhawatirkan. Besi pada ujung dermaga (yang berbentuk L) sudah mengalami kerenggangan (retak). Semoga cinta anak muda era 90-an dan 2000-an tidak ikut-ikutan renggang, ya! Apalagi sampai bercerai-berai. Nggaklah!

Justru saya berharap cintanya makin kukuh dan mantap. Karena ada isu bahwa  DBN akan direnovasi. Isu ini saya dapatkan dari salah satu petugas Dinas Perhubungan setempat. Konon, DBN akan direnovasi dan dirancang menjadi pelabuhan satu pintu di NP. Semua transportasi laut di NP akan dikondisikan di tempat ini. Entah kapan? Saya tidak tahu. Terus, Pelabuhan Penyeberangan Nusa Penida diapain?

Tidak usah bingung dengan perubah-perubahan tersebut. Biarkan waktu yang akan menjawab semua itu. Yang penting cinta kalian (terutama anak muda era 90-an/ 200-an) tidak pernah berubah, ya! Tetap langgeng sampai kakek-nenek. Heh! [T]

Tags: KlungkungNusa PenidaPariwisata
Previous Post

Sebuah Karya Seni dari Guwang untuk Rimba Kalimantan

Next Post

Wayang

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan

I Ketut Serawan, S.Pd. adalah guru bahasa dan sastra Indonesia di SMP Cipta Dharma Denpasar. Lahir pada tanggal 15 April 1979 di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung. Pendidikan SD dan SMP di Nusa Penida., sedangkan SMA di Semarapura (SMAN 1 Semarapura, tamat tahun 1998). Kemudian, melanjutkan kuliah ke STIKP Singaraja jurusan Prodi Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah (selesai tahun 2003). Saat ini tinggal di Batubulan, Gianyar

Next Post
Kekuasaan

Wayang

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

by Hartanto
May 14, 2025
0
‘Puisi Visual’ I Nyoman Diwarupa

BERANJAK dari karya dwi matra Diwarupa yang bertajuk “Metastomata 1& 2” ini, ia mengusung suatu bentuk abstrak. Menurutnya, secara empiris...

Read more

Menakar Kemelekan Informasi Suku Baduy

by Asep Kurnia
May 14, 2025
0
Tugas Etnis Baduy: “Ngasuh Ratu Ngayak Menak”

“Di era teknologi digital, siapa pun manusia yang lebih awal memiliki informasi maka dia akan jadi Raja dan siapa yang ...

Read more

Pendidikan di Era Kolonial, Sebuah Catatan Perenungan

by Pandu Adithama Wisnuputra
May 13, 2025
0
Mengemas Masa Silam: Tantangan Pembelajaran Sejarah bagi Generasi Muda

PENDIDIKAN adalah hak semua orang tanpa kecuali, termasuk di negeri kita. Hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak,  dijamin oleh konstitusi...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila 
Khas

Pendekatan “Deep Learning” dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila

PROJEK Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P-5) di SMA Negeri 2 Kuta Selatan (Toska)  telah memasuki fase akhir, bersamaan dengan berakhirnya...

by I Nyoman Tingkat
May 12, 2025
Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space
Pameran

Diskusi dan Pameran Seni dalam Peluncuran Fasilitas Black Soldier Fly di Kulidan Kitchen and Space

JUMLAH karya seni yang dipamerkan, tidaklah terlalu banyak. Tetapi, karya seni itu menarik pengunjung. Selain idenya unik, makna dan pesan...

by Nyoman Budarsana
May 11, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

Selendang Putih Bertuliskan Mantra | Cerpen I Wayan Kuntara

May 10, 2025
Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

Puisi-puisi Pramita Shade | Peranjakan Dua Puluhan

May 10, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co