Ida Bagus Sunu Pidada, sastrawan dari Griya Pidada Klungkung, sastrawan dari Griya Pidada Klungkung diberi penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama dari Pemerintah Provinsi Bali. Penghargaan diserahkan Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati kepada putra sang sastrawan dalam acara penutupan Bulan Bahasa Bali 2020 di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Provinsi Bali, Kamis 27 Februari 2020.
Siapa Ida Bagus Sunu Pidada? Ia lahir 31 Desember 1933 dan menekuni sastra sejak masih kanak-kanak, di antaranya belajar sastra kuno dan menulis lontar. Ida Bagus Sunu Pidada belajar hingga di Puri Karangasem yang dibimbing oleh sastrawan yang bernama Anak Agung Gede Oka. Hingga masa tua pun ia tetap nyurat (menulis) lontar dan menyalin isi lontar ke dalam buku.
Hasil-hasil karyanya kini menjadi warisan generasi muda yang menekuni dan belajar sastra. Hasil karyanya tersebar di masyarakat. Ia juga sering didapuk sebagai juri, baik di tingkat nasional, seperti di Surakarta, Yogyakarta, Malang, dan Kendari.
Disamping itu, ia juga sebagai pembina utsawa dharma gita yang tidak pernah bosan mengajari anak-anak yang akan tampil dalam lomba utsawa dharma gita. Anak didiknya, banyak yang berhasil sebagai pemanang, baik ditingkat daerah Bali, bahka nasional.
Penutupan Bulan Bahasa Bali
Wakil Gubernur Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang menutup Bulan Bahasa Bali 2020 mengatakan Bulan Bahasa Bali terselenggara sesuai dengan Pergub No. 80 tahun 2018, tentang pelestarian Bahasa dan Aksara Bali.
“Kami sangat senang melihat antosias masyarakat terlibat sebagai peserta dalam ajang Bulan Bahasa Bali 2020. Hal ini membuktikan banjar, desa adat, desa atau kelurahan, kecamatan dan kabupaten penuh semangat dalam melestarikan sastra Bali yang menjadi akar budaya Bali,” katanya.
Wagub Cok Ace menyatakan bahwa Bali memiliki banyak lontar, tetapi jika masyarakatnya tidak bisa membaca maka itu akan susah juga. Karena itu, akar itu mesti dijaga agar tidak rusak, sehingga bisa mengajegkan Bahasa dan Aksara Bali.
“Saya mengucapkan selamat kepada para peseta yang telah meraih prestasi. Semoga hal ini menjadi motipasi bagi anak-anak yang lain, sehingga mampu meningkatkan rasa cinta terhadap Aksara dan Sastra Bali,” harapnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, I Wayan “Kun” Adnyana mengatakan, masyarakat Bali sangat antusias dengan perhelatan Bulan Bahasa Bali merupakan yang kerdua ini. Semula hanya menargetkan 5.000 peserta, namun setalah berlangsung peserta mencapai 5.500 peserta yang aktif.
Para peserta itu terlibat dalam berbagai kegiatan, seperti wimbakara (lomba), krialoka (workshop), maupun widyatula (diskusi). “Dari kalangan milenial yang yang terlibat,” ucapnya.
Kaum millennial ini mengikuti lomba-lomba berbasis online. Bahkan, boleh dibilang pesertanya dua kali lipat dari pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun lalu. Jenis lomba itu adalah lomba vlog, komik online dan sebagainya.
“Kami akan lebih menekankan lagi pada peserta prasara (pameran) untuk pelaksanaan Bulan Bahasa Bali tahun depan. Jika saat ini, prasara masih berbasis pendidikan, tahun depan dikombinasi dengan industri kreatif berbasis bahasa, aksara dan sastra Bali, sehingga masyarakat bisa menikmati apa sih hilirisasi dari kerja perlindungan bahasa, aksara dan sastra Bali ini,” katanya. [T] [*]