26 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Tentang Capung – Pendidikan Ekologi dari Dinding Kulidan Kitchen and Space

Doni Sugiarto WijayabyDoni Sugiarto Wijaya
February 11, 2020
inUlasan
Tentang Capung – Pendidikan Ekologi dari Dinding Kulidan Kitchen and Space

Lukisan capung di dinding Kulidan Kithen

13
SHARES

Kulidan Kitchen merupakan tempat makan yang unik terletak di Jalan Salya, Guwang, Sukawati , Gianyar. Hidangan kentang goreng di sini amat lezat dan memuaskan. Di Kulidan Kitchen, terdapat taman indah yang terdapat beberapa jenis tanaman hias dan rumput. Di samping dan di belakang adalah sawah yang menjadi sumber makanan pokok di Bali. Saat duduk menikmati hidangan , angina dari sawah membawa kesejukan alami di tengah cuaca panas. Bunga bunga berwarna warni menghiasi taman menambah keelokan. Di gedung kulidan kitchen terdapat ruang galeri seni berlantai dua. Pada dinding lantai satu di bawah tangga terdapat satu lukisan menarik bergambar capung yang terbang membawa pestisida.

Pada bagian atas lukisan ini terdapat tulisan dilarang melintas. Di bawah capung terdapat botol botol pestisida yang berserakan. Botol ini biasanya terbuat dari plastik atau kaca. Tanah telah dicemari oleh cairan pestisida dan kemasannya yang tidak dapat terurai. Tiga kawanan capung pergi menghindari lingkungan yang tercemar bahan beracun. Ini menandakan menurunnya populasi capung yang tidak dapat diremehkan dampaknya pada ekosistem lahan pertanian. Pada sisi kiri bawah , salah satu kemasan pestisida terlihat akan hanyut ke lingkungan air.

Pestisida pada Lahan Pertanian

Pada lukisan ini terdapat beberapa gejala ekologi yang telah tampak yaitu maraknya penggunaan pestisida, limbah dari kemasan yang mencemari tanah dan perairan, dan residu pestisida yang berdampak pada organisme di tanah, darat dan perairan. Di Bali ketiga gejala ini diakibatkan oleh revolusi hijau yang menyemarakkan pertanian industry. Revolusi hijau yang ditandai maraknya penggunaaan pestida dimulai saat setelah perang dunia ke 2 dimana terjadi produksi berlebihan dari industry kimia dan minyak.

Produksi berlebihan ini tidak terserap di pasar sehingga ilmuwan mengolah bahan kimia sisa perang dunia dan minyak bumi untuk pestisida supaya muncul pasar baru yang dapat melebihi era tahun 1940-1945. Dunia termasuk Bali memasuki massa “boom” untuk produk petrokimia. Fenomena “boom” pada pestisida dan kemasannya ditandai dengan pesatnya penjualan. Berbagai perusahaan pestidia bersaing untuk memasarkan produknya kepada petani. Perusahaan kemasan plastik mendapat cipratan dari “boom” ini. Bahan baku dari dua perusahaan ini bersumber pada korporasi raksasa migas yang asetnya melebihi PDB banyak Negara.

Sistem pertanian berbasis petrokimia dilakukan demi kepentingan korporasi minyak dan gas untuk mendapatkan laba. Bahan baku pestisida , kemasannya , proses pengolahan di pabrik, dan distribusinya dengan peralatan transportasi mengonsumsi minyak. Penjualan minyak terus bergerak tanpa henti. Dengan sistem pertanian industry, kita memakan minyak secara tidak langsung untuk memproduksi , dan mendistribusikan makanan ke atas meja.

Pestisida jenis neonicotinoids dan fipronil (keduanya adalah jenis neonics) menyebabkan penurunan serius pada serangga bermanfaat termasuk lebah madu yang bernilai komersil. Pestisida jenis neonics adalah racun syaraf yang dalam jangka panjang meskipun sedikit digunakan, merusak sensor serangga, yang berfungsi untuk mencium, berkembang biak dan mencari makanan. Ketidakmampuan serangga bermanfaat untuk mencari makanan memicu masalah  pada pertanian(1).

Pesitida kimia membunuh capung dan predator pembasmi hama sehingga memicu menimbulkan kerugian ekonomi di kemudian waktu yang tidak sedikit. Zat ini juga membahayakan kesehatan petani dan penduduk sekitar. Petani sebagai pelaku utama produsen makanan mengalami empat kerugian,pertama mengeluarkan uang untuk beli pestisida yang terkadang dengan pinjaman. Kedua, rawan keracunan, ketiga rusaknya lingkungan hidup dan lahan pertanian dengan tercemarnya air , dan tanah. Pestisida membunuh belut sawah yang menjadi tambahan ekonomi dan nutrisi warga. Ke empat, ledakan hama tak terkendali akibat predator alami musnah sehingga timbul kerawanan pangan akibat gagal panen.

Proses pembuatan pestisida kimia dari mengebor minyak sampai mengolahnya di pabrik mengeluarkan gas rumah kaca. Ini berperan dalam pemanasa global. Dari bencana ekologi, kesehatan dan sosial akibat ini, ada satu pihak yang diuntungkan. Mereka adalah pemegang saham besar dan eksekutif korporasi minyak, plastik dan agrobisnis. Bank bank yang memberi pinjaman pada pertanian industry meraih pendapatan tidak sedikit.

Peran Capung Dalam Lingkungan

Lima puluh lima tahun yang lalu sebelum revolusi hijau, populasi capung di Bali dua kali lipat. Di Bali , spesies capung yang paling sering dijumpai adalah capung sambar hijau. Capung ini paling adaptatif terhadap kondisi lingkungan. Di Beberapa sawah, hanya dijumpai empat spesies capung yaitu capung sambar hijau, capung sayap oranye , capung sambar garis hitam dan capung tengger jala tunggal.

Untuk dapat hidup layak capung membutuhkan kualitas air yang ideal sehingga dapat dijadikan indicator lingkungan. Ketika capung jarang muncul, kualitas air untuk sawah menurun.  Setiap capung mengalami tiga fase utama dalam hidup yaitu telur, nimfa, dan capung dewasa. Istilahnya, metamorfosis tidak sempurna. Dalam keseluruhan fase tersebut, dua fase di antaranya mengharuskan mereka hidup di dalam air yaitu ketika menjadi telur dan nimfa.Seekor nimfa bisa hidup di air dalam kurun waktu berbeda-beda. Ada yang hidup beberapa bulan. Ada pula yang hidup empat sampai lima tahun di air. Namun, umur capung dewasa rata-rata hanya sampai empat bulan. Karena daur hidupnya bergantung air, maka capung selalu tinggal di dekat perairan atau sumber air(2).

Manfaat capung pada ekosistem untuk kepentingan manusia sungguh tidak diduga. Ketika capung berwujud nimfa, mereka memangsa jentik jentik nyamuk. Ini mengurasi resiko penularan penyakit sehingga membuat kesehatan penduduk terjaga. Setelah tumbuh dewasa capung membantu petani dalam memerangi serangga hama pertanian seperti wereng, lalat buah, lalat bibit, kutu, sundep dan beluk serta serangga hama lainya. Ini berarti capung memberikan manfaat ekonomi sekaligus ekologi secara alami bagi manusia(3).

Perubahan Paradigma

Untuk mengatasi gejala ini perlu dilakukan tiga langkah. Pertama mengubah paradigma ilmu pengetahuan  reduksionis mekanistik menjadi holistic ekologi. Segala sesuatu di alam saling terhubung. Capung, padi, tanah, sungai , manusia , burung dan laut sebagai contoh kecil saling terhubung. Orang Bali memakan nasi dari sawah yan dihuni oleh capung,dan burung. Tanah di sawah yang memiliki kekayaan mahluk hidup berupa cacing tanah dan mikroba penting untuk hidupnya padi. Sawah membutuhkan air hujan. Air ini berasal dari gumpalan awan dari penguapan lautan. Inilah bukti keterkaitan tersebut.

Yang harus dilakukan berikutnya adalah mengubah paradigma ekonomi ekstraktif menjadi regenerative. Sistem ekonomi ekstraktif dilandasi oleh mengerukan sumber daya alam tanpa memperhatikan daya regenerasinya. Sistem ekonomi ekstraktif menghasilkan pestisida berbahan minyak bumi dengan menambang tanpa henti. Tanah dianggap sebagai sumber daya yang dieksploitasi terus menerus. Tanah, hewan, tumbuhan dan sebagian besar manusia menjadi objek bagi kepentingan ekonomi korporasi yang hanya bertanggung jawab pada pemegang saham dimana hampir tidak terjangkau oleh pekerja dan masyarakat umum yang terdampak dan dibuang begitu saja setelah tidak diinginkan. Sistem ekonomi regenerative akan menjadikan agroekologi yang menghasilkan pangan dan sandang sebagai basis perekonomian. Pertambangan dilakukan dengan memperhatikan efek samping lingkungan bukan membebaninya pada pihak lain. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dihemat pemakaiannya.

Paradigma  kompetisi dan manupulatif pada masyarakat harus digantikan oleh koorperasi dan memulihkan. Memandang mahluk lain sebagai pesaing yang harus dibasmi dan bertujuan untuk mengubah lingkungan agar sesuai dengan kepentingan jangka pendek tanpa melihat saling keterkaitan adalah penyebab maraknya penggunaan zat beracun. Di alam lebih banyak koorperasi. Lingkungan yang telah terdegradasi seharusnya dipulihkan bukan dimanipulasi seperti dijadikan beton dan gedung. [T]

Sumber:

1.                   Pestisida Rusak Ekosistem Alami. https://hijauku.com/2014/07/01/pestisida-rusak-ekosistem-alami/ . Diakses tanggal 29 Desember 2019

2.                   Mencari Capung Terakhir. Teks Anton Muhajir Foto Agung    Parameswara. https://balebengong.id/mencari-capung-terakhir/. Diakses tanggal 29 Desember 2019

3.                   Capung Sahabat Petani . Layanan Informasi Desa. 15 Februari 2019. https://8villages.com/full/petani/article/id/5c66260fce212bb21780ad01. Diakses tanggal 29 Desember 2019

Tags: capungekologikulinerlingkunganSeni Rupa
Previous Post

Kritik Sastra “Pribumi”: Teoritisasi atau Cita Rasa?

Next Post

Pelinggih Bersanding Kloset dan Sesat pada Rasa – [Dari Diskusi di STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Doni Sugiarto Wijaya

Doni Sugiarto Wijaya

Lulus Kuliah tahun 2017 dari Universitas Pendidikan Nasional jurusan ekonomi manajemen dengan IPK 3,54. Mendapat penghargaan Paramitha Satya Nugraha sebagai mahasiswa yang menulis skripsi dengan bahasa Inggris. Sejak tahun 2019 pertengahan bulan Oktober, Doni mulai belajar menulis di blog secara otodidak. Doni menulis untuk bersuara kepada publik mengenai isu isu lingkungan hidup, sosial dan satwa liar.

Next Post
Pelinggih Bersanding Kloset dan Sesat pada Rasa – [Dari Diskusi di STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Pelinggih Bersanding Kloset dan Sesat pada Rasa – [Dari Diskusi di STAHN Mpu Kuturan Singaraja]

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co