Sanggar Seni Mangurupa, Badung, menggelar pameran bersama bertajuk “Beludru Project: Sustainability Spirit of Art in Bali” di Bentara Budaya Bali (BBB). Pameran yang diikuti 28 seniman lintas generasi ini—paling sepuh I Wayan Beratha Yasa (75) dan termuda I Made Rai Adi Irawan (25)—mencoba mengeksplorasi Beludru sebagai medium utama penciptaan.
Eksibisi ini dibuka secara resmi pada Jumat (29/11) oleh Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Bapak Dr. I Wayan Adnyana.
Kali ini dipamerkan sekitar 28 karya seni rupa, berupa lukisan, fotografi, kriya, patung dan seni instalasi. Pembukaan pameran dimaknai pula penampilan Komunitas Pancer Langit, Badung.
Kurator pameran, I Gede Jaya Putra, mengungkapkan bahwa melalui pameran ini Komunitas Mangurupa ini mencoba menawarkan dua perspektif, yakni mengacu pada konteks beludru sebagai medium yang disikapi dan dieksplorasi oleh para seniman selaras upaya pembacaan seni rupa kontemporer. Kedua perihal keberlanjutan seni rupa di Bali, yaitu bagaimana kini dari seni tradisi masuk ke periode modern dan periode kini.
Beludru dan Bali cukup menarik jika ditelisik lebih dalam. Kain beludru boleh dikata selalu hadir di setiap upacara di Bali serta merupakan salah satu medium tradisi semisal untuk ukiran, aksesoris penari dan pendeta, menyimbolkan pula kemewahan dan ketenangan.
Daerah Badung sendiri dikenal menjadi titik tolak sejarah kesenian yang menggunakan kain beludru sebagai medium, dengan salah satu tokoh pelopornya yakni adalah Ida Bagus Gede (79).
“Berangkat dari upaya eksplorasi medium beludru ini diharapkan dapat memberikan perspektif baru dalam medan seni rupa kontemporer Bali serta menjadi salah satu strategi gerakan seni kedaerahan yang mampu memberikan penawaran untuk menggerakkan kesadaran masyarakat akan seni rupa Bali saat ini,”ungkap I Gede Jaya Putra.
Adapun seniman yang terlibat dalam pameran kali ini antara lain Ketut Putrayasa, I Made Alit Suaja, Agus Sumiantara, I Gusti Ngurah Buda, Dewa Ardana, I Ketut Kertayoga, I Nyoman Suarnata, I Nyoman Aptika, Ida Bagus Segara Yoga, I Made Rai Adi Irawan, I Ketut Selamet, I Wayan Rudita, I Wayan Beratha Yasa, Ida Bagus Putu Radnyana, I Ketut Suwela, I Wayan Suwarita, I Putu Karang Adi Saputra, I Gusti Ngurah Suta, I Gusti Made Lod, I Made Posen Sudika, I Made Rudita (Gading), Gst Nengah Sura Ardana, I Putu Pageh Usianto, I Wayan Suparta, I Nyoman Wiwika, Putu Suasdina, Gusti Ngr Midha Sukarna.
Sementara itu, Ketua Sanggar Mangurupa Dewa Putu Ardana, menyampaikan bahwa komunitas ini telah terbentuk sedari 25 November 2017. Ini merupakan sebuah rintisan yang mencoba menghimpun seniman-seniman di Badung selaras upaya mengembangkan seni rupa di daerah Badung.
“Kehadiran Mangurupa diharapkan dapat mewujudkan seni rupa di Badung yang memiliki jati diri, kreativitas dan inovasi”ujarnya.
Serangkaian pameran akan diselenggarakan pula Workshop merangkai ragam bentuk melalui media beludru bersama I Wayan Rudita pada Sabtu (30/11) dan Artist Talk pada Jumat (6/12) bersama narasumber yakni I Gede Jaya Putra (Perupa, Penulis), Ketut Putrayasa (Pematung), Alit Suaja (Pelukis), Dewa Ardana (Kriya Seni), dan I Putu Pageh Usianto (Ilustrator).
Pameran ini masih akan berlangsung hingga 11 Desember 2019 mendatang, buka setiap hari pukul 10.00-18.00 WITA. [T] [*]