Semoga tidak ada halangan. Inilah ciri-ciri jaman Kali. Dalam kakawin Nitisastra. Pahamilah oleh mereka yang disebut pengabdi pengetahuan. Siapakah ia? Ialah manusia, tidak yang lain. Manusialah yang dianugerahkan kebijaksanaan. Kebijaksanaanlah namanya, yang didapat dari pemahaman. Tidak berat sana sini. Tidak ringan sini sana. Jalan tengah namanya. Yang memandang dipandang-pandang. Yang mencium dicium-ciumi. Yang berpikir dipikir-pikir. Yang menyentuh tidak tersentuh. Yang memanaskan tidak terbakar. Begitulah keadaannya disebut oleh para bijaksana.
Apa saja ciri-ciri jaman Kali itu?
- Jika datang akhir jaman Kali, tidak ada yang utama melebihi kekayaan. Bukan ucapan, bukan pengetahuan, bukan keberanian, bukan kebijaksanaan, bukan juga mereka yang perwira, atau Pandita utama yang dihormati. Tapi kepada mereka yang kaya raya hormat itu diberikan. Seluruh masyarakat mengabdi kepadanya. Segala ajaran yang dirahasiakan dan orang-orang yang bijaksana menghilang. Masyarakat dan pemimpin sama-sama menyedihkan. Anak-anak tidak lagi hormat pada leluhurnya, bahkan sering mencela ayahnya sendiri. Orang-orang Sudra yang jadi pemimpin para pedagang, memperoleh keberanian dan kebijaksanaan [pandita].
- Dunia bergoncang tidak tetap. Para pemimpin tidak bisa memberikan anugerah kepada masyarakat. Orang-orang kaya yang dapat memberikannya. Para ahli memasuki hutan dan lautan, mengikuti perjalanan jaman Kali. Sudra berlaku sombong pada Wesya. Dan Wesya mencela pemimpin yang mestinya dihormatinya. Para pemimpin menghina para orang suci yang lahir dua kali. Orang suci malas melakukan pemujaan.
- Kegunaan tanah menghilang, segala tanaman obat lenyap kemampuaannya untuk menghidupkan dunia. Brahmana, Ksatriya, Wesya, Sudra bercampur, sama-sama berlaku seperti Pandita. Setelah terlihat seperti Pandita, kekuatanlah [wisesa] yang diharapkannya jangan diragukan. Menghina shastra, Samadhi, yoga, japa, menyombongkan dirinya dan menghina Shunyata.
- Pengaruh jaman Kali membuat orang-orang tidak terkendalikan, bingung, dan semuanya ingin berkuasa. Tidak takut pada dunia, suka bertengkar dengan keluarganya sendiri, musuh dijadikannya kawan. Harta milik para Dewa hilang, Dharma dirusak, pemujaan leluhur ditinggalkan, jadi sama-sama sepi. Segala kutukan tidak berguna, Prasasti dilebur, oleh ia yang tidak baik, bingung di dunia.
- Orang yang suka memberi, jadi melarat. Orang kikir, jadi kaya raya. Orang jahat panjang umur. Orang baik bijaksana, cepat mati. Yang jahat disebut baik. Yang bodoh disebut cerdas. Yang curang disebut bijaksana, tidak dibedakan. Para pemimpin mengikuti prajurit. Ia juga pilih-pilih dan membagi pekerjaan yang tidak benar.
- Bibit-bibit cempaka, cendana, kayu tangi, bakula, surabi, nagasari. Semuanya ditebang, dipotong-potong, digunakan untuk memagari pohon pung dan pilang. Lenyap juga burung angsa, merak, dan kokiladisakiti. Yang dipelihara adalah gagak dan burung bangau. Serigala merasa senang, kenyang minum darah dan makan daging yang utama [waranggana].
- Jiwa lama umurnya adalah seratus ribu tahun saat jaman Kreta. Pada jaman Treta lamanya sepuluh ribu tahun jiwa itu. Seribu tahun pada jaman Dwapara, seratus tahun pada akhir jamannya, dan akhirnya hanya seribu bulan. Jika pada pertemuan jaman, hanya empat puluh tahun[Cataliṣa]lamanya hidup.
- Jiwa pada saat jaman Kreta, di sumsum tulang letaknya selalu. Pada jaman Treta, pada tulang letaknya, melekat dengan kehidupan di dunia. Pada jaman Dwapara, pada daging, pada otot dan darah letak jiwa itu. Pada jaman Kali, ada di kulit, ada di bulu-bulu tubuh, dan pada makanan letaknya.
Itulah ciri-cirinya sebagaimana disuratkan dalam Nitisastra. Mohon maaf kepada beliau pemilik otoritas ajaran ini. Juga kepada beliau, para bijaksana yang berkenan membaca. Selesai diketik pada hari Minggu-Legi-Warigadean. Bulan menggelap di hari ketigabelas. Pada saat bumi berhadapan dengan jaman, jalan terbuka menuju tujuan. Semoga damai. [T]