Gagasan dan pengetahuan bahwa kebudayaan Bali yang unik dan eksotik telah menyebabkan wisatawan asing tertarik datang ke Bali dan bahwa pariwisata dapat menyejahterakan orang Bali telah diterima sebagai gagasan dan pengetahuan yang benar di Bali.
Penerimaan bahwa gagasan dan pengetahuan tadi sebagai kebenaran menyebabkan pariwisata Bali diusung sebagai pariwisata budaya. Kemudian pariwisata budaya di Bali juga dipandang sebagai kebenaran.
Orang Bali kemudian sudah senang dan bangga jika Pura komunitasnya dikunjungi pemandu wisata yang membawa rombongan wisatawan.
Orang Bali berbunga-bunga senangnya jika misalnya upacara manusa yadnya yang diselenggarakan di rumahnya dikunjungi dan dipotret oleh wisatawan asing.
Orang Bali senang jika upacara ngaben yang diselenggarakan dengan biaya ratusan juta bahkan miliaran rupiah didatangi dan divideokan oleh wisatawan asing.
Orang Bali yang sudah belajar menari juga merasa berbahagia jika diberi kesempatan tampil di hotel menghibur wisatawan asing, meskipun dibayar alakadarnya dan pernah di suatu masa dulu diangkut dengan truk ke tempat pementasan.
Maka terjadilah di suatu kesempatan wawancara untuk disiarkan di stasiun tv swasta, host mengajukan satu pertanyaan paradoks dan menohok pada salah satu sesi.
Bali dikenal sebagai pulau destinasi wisata terbaik di dunia. Kunjungan wisatawan asing ke Bali juga meningkat dari tahun ke tahun.
Mengapa di Bali masih banyak ada penduduk miskin dan anak putus sekolah karena alasan ekonomi?
Kalau memang kebudayaan Bali yang menyebabkan wisatawan asing datang ke Bali sebagai gagasan dan pengetahuan yang benar, seandainya pariwisata Bali memang pariwisata budaya, maka seharusnya kebudayaan dan pariwisata di Bali saling menghidupi.
Pariwisata Bali bisa terus berkembang karena dihidupi oleh kebudayaan Bali yang terus mampu menarik kedatangan wisatawan.
Baca Juga:
Kebudayaan Bali tetap lestari dalam perkembangannya memperbarui diri terus menerus karena pelaku dan pendukung kebudayaan Bali mendapat kehidupan dari perkembangan pariwisata Bali.
Kalau keadaan saling menghidupi itu terjadi tidak akan ada pertanyaan host tadi dan saya tidak perlu menjawab pertanyaan paradoks itu.
Yang telah terjadi di Bali adalah kuasa gagasan dan pengetahuan tentang kebudayaan dan pariwisata Bali telah mengendalikan prilaku orang Bali untuk mempersembahkan kebudayaannya bagi pariwisata tanpa mendapat bagian yang layak dari pariwisata. (T)
Singaraja, 04022019, sambil berjemur pagi di objek daya tarik wisata eks pelabuhan Buleleng.