BERBICARA soal cinta memang tidak akan berujung. Rumit iya, sederhana iya, angkuh iya, arogan iya, bahagia juga iya. Atau mungkin ada yang ingin menambahkan lagi? Atau ada yang ingin mendefinisikannya lagi? Hehehe. Mari kita bahas soal cinta-cintaan dan sayang-sayangan sedikit. Gak usah banyak-banyak!
Sayang ingat aaat 14 Februari lalu. Ya, itu adalah hari Valentine atau hari kasih sayang, dimana pada hari itu adalah hari untuk berbagi kasih sayang terhadap sesama. Memberikan serta menunjukkan rasa cinta kasih yang tulus.
Sebagian besar muda-mudi yang saya jumpai di jalan pada tanggal itu, dari pagi hingga sore sibuk wara-wiri mencari bingkisan untuk pasangan yang mungkin akan dihibahkan kepada pasangan masing-masing. Serasa pada hari itu adalah hari raya besar yang “wajib” untuk dirayakan. Jika tidak, mungkin bisa terjadi perang sengit antara kubu A dan kubu B (pade ngerti deen be nah).
Itu sekilas tentang Valentine 14 Februari 2018. Besoknya 15 Februari 2018, pagi-pagi saya berangkat ke studio untuk on air memandu program khusus. Sembari menunggu waktu untuk on air, saya bersantai sejenak sambil selonjoran di bangku depan studio.
Tak lama kemudian narasumber saya pun hadir. Saya langsung persilahkan untuk memasuki ruangan. Masih menunggu waktu, saya pun berbincang sekedar basa-basi. Narasumbernya dari Departemen Agama. Maka, sebelum on air, saya harus tanya-tanya dulu biar di udara tak kelihatan gobloknya soal agama.
Saya tanya topik yang akan dibincangkan, eh, beliau si narasumber malah menyampaikan topik yang sedang saya pikirkan. Yakni “Cinta Tak Bertepi”. Saya pun sedikit kaget dan sempat berpikir ne lakar ceramah ape lakar nuturang sinetron ne ibi pebalihe. Ini mau ceramah atau cerita soal sinetron yang habis ditonton tadi malam.
Namun saya diam sambil manggut-manggut. Lalu saya tanya kenapa topiknya begitu, beliau berkata “Kan kemarin Valentine, jadi sekarang auranya masih terasa.”
Okelah kalau begitu apapun alasannya yang penting program jalan dan lancar. Hahaha.
Akhirnya, saya pun on air. Selama 30 menit narasumner saya mengudara membahas cinta, cinta dan cinta. Sayang, sayang dan sayang. Ternyata semua yang beliau katakan berdasarkan atas ajaran agama yang beliau kutip dari Bhagawatgita serta Sarasamuscaya dan juga kutipan dari sloka-sloka lainnya yang membahas tentang “cinta kasih” dan “kasih sayang” terhadap makhluk hidup.
Cinta kasih adalah perasaan yang mendalam dan tak bisa dijabarkan ataupun diwakilkan dengan segelintir kata-kata. Jika seseorang sudah jatuh cinta maka ia akan berusaha memenuhi apapun permintaan orang yang dicintai. Apabila permintaan itu tidak terpenuhi maka bisa muncul rasa kesal, jengkel bahkan kroda (marah). Hehehe.
Sementara Kasih sayang lebih condong kepada emosi seseorang. Contoh, dalam satu keluarga terdiri atas ibu, ayah dan anak. Keluarga tersebut hidup rukun dan saling mengasihi serta toleran. Itulah Kasih Sayang.
Nah, dari paparan beliau dapat saya simpulkan dengan simpel bahwa Cinta Kasih bise ngambul (ngambek) dan Kasih Sayang itu abadi, sing bise ngambul.
Pun demikian, “Cinta Kasih” dan “Kasih Sayang” tidak dapat dipisahkan. Jadi silahkan dianaisis cinta Anda bise ngambul atau tidak?
Saya sendiri ingat saat valentine. Saat itu, eh, maaf, saya juga ngambul. Saya tak minta apa-apa, hanya minta dianter ke suatu tempat. Tapi dia sibuk, tak datang-datang hingga hari valentine hampir usai. Saya ngambul, berarti, jika merujuk pada bapak narasumber itu, saya baru punya cinta kasih, belum sampai pada kasih sayang. Hehehe, maklum, kan masih muda… (T)