PADA hari penyambutan Tahun Baru, 31 Desember 2017, SMPN 2 Denpasar, membuat acara lain daripadayang lain. Acara itu diberi nama Revolusi Energi.
Seorang guru di sekolah itu, Edy Subagyo, punya kecintaan besar terhadap energi tenaga surya. Sejak bertahun-tahun ia melakukan berbagai percobaan di berbagai bentuk media. Dan kini, ia memasuki masa jelang pensiun, dan acara Revolusi Energi itu didedikasikan untuk dia sebagai guru yang kreatif.
Dalam acara itu Eddy menampilkan sound system dan lampu panggung dengan tenaga surya, Ada juga alat ukur daya, Ada pompa air surya, Ada alat charger HP tenaga surya yang terpasang di sekolah itu dan bisa digunakan oleh siswa setiap hari. Semua panel surya itu dirakit bersama siswa.
Pak Guru Eddy punya mantan siswa, Agung Putradhyana yang kini akrab dipanggil Gung Kayon yang berasal dari Desa Geluntung, Marga, Tabanan. Agung bisa dibilang sebagai penerus Pak Guru Eddy yang juga giat mengembangkan revolusi energy melalui tenaga surya.
Dalam acara itu, Gung Kayon menambahkan ciptaannya berupa perangkat SunZet (semacam genset tenaga surya portable), alat charge surya untuk kendaraan listrik dan pemotong rumput tenaga surya.
Pak Guru Eddy punya cita-cita membuat studio musik tenaga surya. Kini ia sudah memiliki sound system tenaga surya, sehingga untuk meraih cita-cita itu tidak terlalu sulit. Apalagi kini ia juga memiliki stasiun radio komunitas siswa. Harapannya radio itu diteruskan oleh siswa-siswanya dengan memberikan latihan pada siswa yang berminat dan berbakat dalam bidang broadcasting oleh pembimbing pelaku penyiaran.
Kepala SMPN 2 Denpasar Mercy Victoria Gigir, SPd, MM menyambut baik dan berharap dukungan berbagai pihak terutama alumni untuk bersama-sama memajukan akfivitas sekolah, khususnya ekstra kurikuler di sekolahnya.
Jalan Air
Yang menarik, dalam acara Revolusi Energi itu tampail Komunitas Jalan Air. Satu komunitas anak muda yang menekuni seni vokal dan musik. Komunitas seni asal Banjar Ole, Desa Marga Dauh Puri, Marga, Tabanan itu menyajikan tiga garapan musik yang digubah dari puisi yang biasa disebut musikalisasi puisi.
Komunitas Jalan Air menyajikan tiga garapan musikalisasi puisi yaitu Margarana karya puisi I Wayan Rugeg Nataran, Diponogoro karya puisi Chairi Anwar dan Belalang Tanah karya puisi Made Adnyana Ole. Ketiga karya musikalisasi puisi itu diaransemen oleh Komunitas Mahima dan Komunitas Cemara Angin yang selama ini bermarkas di Singaraja.
Komunitas ini terdiri dari anak-anak muda, yakni Gadis, Ogik, Erdi, dan Buda (vocal), Ervandi dan Wenes (gitar) Krismon (jembe) serta Konik, Amri dan Dek Mani (suling). Pementas mereka diawali dengan permainan Gender Wayang oleh Amri dan Dek Mani (suling).
Dari namanya, Komunitas Jalan Air juga pendukung penuh energy ramah lingkungan. Salah satu puisi yang dibawakan, yakni Belalang Tanah berkisah tentang suasana pertanian di Tabanan, lengkap dengan suara-suara hewan dan kesiur tumbuh-tumbuhan.
Jika revolusi energi berlangsung sukses, maka tak ada kekhawatiran lagi akan hilangnya suasana pertanian yang alami itu. Karena semua alat pertanian bisa dirancang menggunakan tenaga surya. Bukankah surya adalah sahabat para petani?
Edy Subagyo mengatakan, penampilan Komunitas Jalan Air ini membuat dirinya lebih bersemangat dalam mewujudkan studio musik tenaga surya yang tengah dirancangnya. Edy Subagyo, telah memiliki pengalaman menguji efisiensi panel porteble PLTS dan pernah sebagai finalis inovasi teknologi tepat guna LIPI. (T/amri)