GRUP musik Donbiu memiliki kelebihan ornamentasi dan musiknya lebih kaya. Sementara Bali Musik Etnik (BME) memiliki kelebihan pada rasa atraktif popnya dengan olahan suasana khas daerah Sunda.
Keduanya tampil dalam pentas kolaborasi pada Gelar Seni Akhir Pekan, Bali Mandara Nawanatya II, di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Denpasar, Sabtu malam 7 Oktober 2017.
Kedua kelompok musik itu memiliki kelebihan masing-masing. Seperti penilaian Kadek Wahyudita, pengamat seni yang juga kurator Bali Mandara Nawanatya. Selengkapnya begini penilaian Wahyudita:
Penampilan kedua grup musik ini cukup menarik. Donbiu memiliki kelebihan ornamentasi dan musik yang lebih kaya. Ada adopsi modern dan Bali. Adapun kekurangan penampilan Donbiu malam itu diantaranya ada beberapa cord tidak sesuai dengan lagu dasar yang dimainkan.
Sementara untuk Bali Musik Etnik memiliki kelebihan berupa atraktif popnya lebih terasa dengan suasana kesundaan. Hanya saja, mereka akhirnya berhenti sampai di situ (suasana kesundaan). Akibatnya, suasana terasa datar. Kurang terlihat keliaran yang dinamis dari musik yang dimainkan. Tetapi, itu sebenarnya tidak masalah, karena itu sudah jadi ciri mereka.
Nafas Sanggar Bona Alit terasa mengalir dalam musik yang dimainkan Bali Musik Etnik. Penjelajahan musikal Bali Musik Etnik dipengaruhi dari sana, dari Sanggar Bona Alit. Sementara Donbiu sedikit banyak dipengaruhi oleh Palawara Musik Company.
Personil Donbiu, Made Deni Artika Kurniawan memberi tanggapan dan secara tidak langsung mengakui pengaruh dari Palawara Musik Company. Itu terlihat pada lagu Rare Angon yang mrupakan remix dari Palawara. Lagu lainnya antara lain Night In Ubud , Little Made, Childhood Memories, Fisherman, Bali Island, Good Morning dan Mejangeran.
Lagu-lagu itu merupakan lagu-lagu yang ada dalam album musik mereka yang telah diluncurkan Oktober 2015. Pilihan materi lagu tersebut menurut Deni Kurniawan, karena banyak musisi bila melakukan kolaborasi lebih cenderung memilih gending rare. “Artinya kalau kami bilang agar gampang maka kita triki saja sedikit. Cuma kita kemas aransemennya yang baru,” tutur Deni Kurniawan.
Dalam bahasa Deni Kurniawan, bila membeli tepung dengan merek yang sama, jangan buat kue yang sama dengan orang lain. Bahkan sebaiknya lebih enak sedikit saja dibanding dengan orang lain. Personil Donbiu yakni Lukita Wiweka (gitar), D.Suaindra (bass), Jigo (suling), Deni Kurniawan dan Eka Sudarma (gamelan), Yudi Wajendra (Kajon)
Adapun Bali Musik Etnik saat tampil malam itu memainkan delapan lagu yaitu Girang, Purnama, Back Home, My Love, Janger, Ba ‘Su’, Lawar Bali dan OOk ‘Ya’ Bali Musik Etnik adalah sebuah grup yang terdiri atas dasar kecintaan personilnya terhadap musik.
Semua personil memiliki latar belakang yang berbeda namun memiliki visi dan misi yang sama dalam bermain musik. Bali Musik Etnik membawa sebuah konsep musik kolaborasi tradisional dan modern. Bali Musik Etnik menyuguhkan musik dari alunan angklung, arumba dan perangkat yang dipadukan dengan permainan gitar, bass, biola serta dilengkapi dengan kendang muda dan suling.
Personil Bali Musik Etnik antara lain I Kadek Alit Suparta (Angklung), Praptika Kamalin Jaya, Ketut Putrayasa, I Wayan Arjana Putra, IB Widnyana, Manuaba (arumba), Gusti Ngurah Singalaksana (Bass), I Ketut Nesa Wibawa (Gitar), Ngurah Tri Putra (Kajon), Made Arta Kesuma (Kendang Sunda), I Gede Yudi Danajaya (Kenga) dan I Kadek Juliana (Ceng-ceng). (T)