SERANGKAIAN pameran Rumah Kaca Nagasepaha dan Batu Belah, diadakan dialog atau Timbang Pandang merujuk tematik Masa Depan Seni Lukis Kaca di Bali, menghadirkan narasumber pelukis Ketut Santosa, seniman sekaligus akademisi Wayan Sujana ‘Suklu’dan Tjok Istri Ratna Cora, kurator serta dosen Hardiman.
Dialog diadakan Jumat, 6 Oktober 2017, pukul 18.30 WITA di Bentara Budaya Bali, Jalan Bya Pass Ida Bagus Mantra, wilayah Ketewel, Gianyar.
Pameran seni lukis kaca tersebut dibuka secara resmi 26 September dan berlangsung hingga 6 Oktober 2017, menggelar karya-karya dua dimensi dan tiga dimensi seniman lintas generasi, dari sang pelopor Jro Dalang Diah (lahir tahun 1909) hingga yang terkini, Diah Harum Laras (lahir tahun 2007).
Pameran yang memaknai 35 Tahun keberadaan Bentara Budaya diselenggarakan serentak di Bentara Budaya Jakarta dan Bentara Budaya Bali, mengedepankan semangat kuratorial lembaga kebudayaan yang didedikasikan Kompas Gramedia ini, yakni berpihak pada seni atau seniman yang terpinggirkan atau kurang mendapat apresiasi luas dibandingkan seni-seni lainnya.
Bagaimanakah upaya alih generasi seni lukis kaca di Bali? Apakah kreativitas yang lintas batas pada pameran di Bentara Budaya Bali kali ini memungkinkan seni lukis kaca tumbuh sejalan dinamika zaman? Bagaimanakah capaian karya-karya seniman-seniman Nagasepaha dan Batu Belah kali ini, adakah perluasan tematik dan perkembangan stilistik serta teknik yang memungkinkan karya seni bermedium kaca di Bali dapat diapresiasi publik secara meluas?
Empat narasumber akan menelisik lebih jauh pertanyaan-pertanyaan dimaksud dan mengelaborasi kemungkinan penciptaan ke depan sejalan dengan kolaborasi selama ini antara seniman-seniman Nagasepaha, Buleleng dan seniman-seniman Komunitas Batu Belah, Lepang, Klungkung. Kolaborasi yang direncanakan berkelanjutan ini adalah sebuah upaya membangun Rumah bagi seni yang terpinggirkan.
I WAYAN SUJANA SUKLU, lahir pada 6 Februari 1967. Berpameran tunggal di sejumlah tempat, antara lain: Komaneka Fine Art Gallery (2016), Singapore, Gaya Fusion Art Space, Jakarta, dll. Berpameran bersama di Museum Puri Lukisan (2017), Monumen Perjuangan Klungkung (2017), Galeri Nasional Jakarta (2013), Bentara Budaya Bali (2012), dll. Kini juga sebagai pengajar di FSRD ISI Denpasar.
I KETUT SANTOSA, lahir di Nagasepaha, Singaraja, tahun 1970. Pendidikan terakhir di tingkat SMP. Ia mulai melukis sejak tahun 1984, berguru pada Jro Dalang Diah. Berpameran di Singaraja, Gianyar, Denpasar dan Jakarta.
HARDIMAN, staf Pengajar Jurusan Pendidikan Seni Rupa Undiksha. Penulis seni rupa dan kurator independen. Tulisannya dipublikasikan di Kompas, Visual Art, Media Indonesia, Gatra, dan sejumlah jurnal. Esai-esainya terhimpun dalam buku Eksplo(ra)si Tubuh: Esai-esai Kuratorial Seni Rupa (2016) Pamerannya antara lain Bienale Seniman Muda Indonesia di TIM (Jakarta), Pameran Berdua di Aliance Prancaise (Bandung), Pameran Bertiga di Andi’s Gallery (Jakarta), Pameran Tunggal di Galeri Bandung, (Bandung), Pameran Jogya International Bienale Miniprint (Jogya), dll. (T)