29 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Mempercakapkan Transportasi Publik di Bali – Sebuah Percakapan yang Agak Sia-sia…

Yoyo RaharyobyYoyo Raharyo
February 2, 2018
inEsai

Ilustrasi diolah dari google

14
SHARES

WAWAN bingung dengan pernyataan Gubernur. Katanya, Trans Sarbagita sepi karena orang Bali gengsi naik angkutan umum, termasuk Trans Sarbagita*. Mereka dinilai lebih suka naik sepeda motor atau mobil pribadi. Akibatnya, Trans Sarbagita yang sudah berjalan enam tahun tetap sepi.

Angkutan umum massal ini diadakan pemerintah provinsi dan empat kabupaten/kota yang saling bertetangga di Bali Selatan: Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Tujuannya baik, memecah kemacetan, mengurangi pemakaian bahan bakar, polusi, dan lebih penting: demi keamanan dan kenyamanan 60 persen penduduk pulau.

“Ini pernyataan ngaco. Seperti omongan orang baru bangun tidur yang belum genap kesadarannya,” gerutu Wawan saat duduk-duduk sambil minum kopi dan sarapan pisang goreng di teras rumah. Pagi, sebelum berangkat kerja. Dia menggerutu tak karuan setelah membaca berita utama di koran, pagi itu.

Ratna, sang istri yang duduk di sampingnya, hanya mencoba menengahi. Sang istri enggan memeruncing masalah. “Tapi, memang benar kita lebih enak naik sepeda motor ketimbang naik Trans Sarbagita kan?” kata Ratna kemudian.

“Bukan lebih enak,” sergahnya. “Kita naik sepeda motor karena ini pilihan yang mungkin. Ini yang tersedia. Kalau naik Trans Sarbagita, gak bakal sampai kantor!” sergah Wawan.

Wawan dan Ratna, pasangan suami istri, bekerja di Denpasar, sebuah kota jasa, ibu kota provinsi. Arus modal memang paling banyak di kota itu ketimbang kota-kota lain di provinsi kecil ini yang menjadi tujuan wisata dunia. Maka, tak heran, pekerjaan lebih banyak tersedia di Denpasar, ketimbang kota-kota tetangganya.

Karena itu pula, harga rumah, maupun sewa rumah cukup mahal di Denpasar. Pasangan kelas menengah yang bekerja di usaha jasa kesehatan dan jasa pariwisata itu memilih tinggal di Tabanan, kota di 30 kilometer barat Denpasar, yang wilayahnya masih sebagai daerah pertanian. Harga tanah atau perumahan pun tergolong murah. Bisa setengah harga di Denpasar.

“Kalau kita cukup punya uang…” lanjut Wawan. “Tentu kita lebih memilih untuk beli rumah di Denpasar. Ngapain kita tinggal di Tabanan ini. Sudah jauh, sepi pula. Hiburan jarang ada. Taman kota yang layak pun tak punya. Tak demikian di Denpasar.”

“Untungnya…” sang istri menyahut. “Kita tak banyak pengeluaran untuk hiburan yang macam-macam banyaknya itu. Kita juga tak perlu mengikuti gaya hidup perkotaan. Dengan begitu, kita bisa berhemat.”

Tabanan memang menjadi pilihan bagi kalangan kelas menengah yang tak kuat bertarung untuk berebut tempat tinggal di Denpasar. Banyak kaum pekerja memilih membeli rumah di Tabanan ketimbang terus mengontrak rumah atau indekos di Denpasar. Daripada uang gajian habis, setiap tahun pun selalu bingung mencari uang perpanjangan kontrakan rumah. Tabanan pun menjadi pilihan yang mungkin. Mimpi memiliki rumah sendiri, bagi kelas menengah perkotaan yang baru tumbuh bisa menjadi kenyataan di Tabanan, meski dengan segala keterbatasannya. Termasuk keterbatasan akan angkutan publik.

Sejak sejumlah industri mobil dan sepeda motor memproduksi secara massal dengan ditunjang aliran modal internasional ke sejumlah lembaga pemberi kredit atau leasing, penjualan keduanya kian tak terbendung ke seantero negeri. Tak terkecuali di Provinsi Bali. Berbagai kemudahan kredit kendaraan bermotor, menjadi cara jitu memasarkan produk yang dulu hanyalah sebagai barang mewah.

Perlahan, dalam waktu bersamaan, angkutan umum yang merajai jalanan, baik di perkotaan maupun pedesaan pada era 1990-an ke bawah, ditinggal penumpang yang telah beralih ke kendaraan pribadi, terutama sepeda motor. Mobil pribadi juga, meski tak sebanyak sepeda motor, tentunya.

Setiap tahun, jumlah kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, bertambah 10 persen. Berkebalikan dengan jumlah angkutan umum yang tak kunjung bertambah, justru cenderung berkurang. Yang bertahan pun sepi penumpang, dengan load factor kurang dari 3 persen. Artinya, dari kemampuan angkot mengangkut 10, jumlah penumpang yang ada kurang dari 3.

“Inilah pelajaran dari kapitalisme!” kata Wawan tiba-tiba.

“Ngapain kapitalisme kau seret-seret juga dalam perkara ini? Jangan mengacau!” Ratna memelototi suaminya.

“Lho, yang diajarkan kapitalisme itu kan semakin individual, artinya semakin baik. Ketika kebutuhan setiap orang bisa dipenuhi menjadi milik masing-masing individu, itu baik bagi modal. Industri kendaraan bermotor pribadi bisa meraup untung. Ia bisa beranak pinak. Individulisme itu bisa jadi sumber kekayaan.”

“Tapi dengan mudahnya kita memiliki sepeda motor kan memudahkan kita untuk ke mana saja.” tanggap Ratna.

“Ya, semudah itu pula nyawa kita melayang. Di Bali ini, setiap dua hari sekali tiga orang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas. Dan sebagian besarnya pengendara sepeda motor,” katanya melanjutnya. “Sekarang kita tak punya pilihan. Sepeda motor atau mobil pribadi yang paling mungkin untuk kita berpindah tempat.”

“Kita masih bisa kok pakai angkot atau Trans Sarbagita.”

“Sampai hari ini, itu masih sulit. Contoh saja yang kita rasakan. Dari rumah ke tempat kerja, angkot tidak mesti melintas di jalan raya, 400 meter dari rumah kita. Kalau pun datang, kita nggak tahu berapa menit sekali melintas. Lalu, Trans Sarbagita, masih sering tidak tepat waktu. Dan yang terpenting lagi, Trans Sarbagita tak melewati tempat kita bekerja, juga tak ada jalur angkutan lain untuk sampai di kantor.”

Wawan mengambil sepotong pisang goreng terakhir, lalu menyeruput kopi hitam pahit kesukaannya. Sang istri tak suka kopi. Ratna telah menyeduh teh manis hangat dan menyeruputnya.

“Berarti Trans Sarbagita gagal dong!?” kata Ratna kemudian. “Kalau begitu, lebih baik dibubarkan saja. Apalagi menghabiskan anggaran banyak.”

Sedikit menarik nafas, Wawan membantah. “Bukan itu solusinya. Kewajiban pemerintah harus ditunaikan dulu. Dari 17 jalur utama Trans Sarbagita, sudah enam tahun ini baru tiga yang beroperasi. Mestinya, 17 jalur utama itu dulu yang disediakan.”

“O, begitu.” Ratna menarik napas.

“Tak cukup itu saja,” lanjut Wawan. “Angkutan pengumpan yang melintas di jalur-jalur desa dan perkotaan juga harus disediakan dalam waktu bersamaan. Ini tanggungjawab pemerintah kabupaten dan kota. Agar terhubung antara permukiman, pasar, pusat perbelanjaan, kantor, dan pelayanan publik lainnya. Juga terhubung antar wilayah kabupaten dan kota. Intinya, tidak ada titik pun yang tidak terlintasi angkutan publik ini.”

“Ya kalau begitu bagus. Kita nggak perlu naik sepeda motor lagi untuk berangkat dan pulang kerja.”

“Belum. Harga tiket Trans Sarbagita harus dibuat murah. Bila perlu, dalam beberapa tahun awal digratiskan dulu. Dan jeda antar kendaraan dibuat pendek, agar tak lama menunggu, dan mesti tepat waktu. Semua fasilitas yang terkait juga harus tersedia dengan baik. Salah satunya halte, dan lainnya.”

“Terlalu ideal.” Ratna menopang dagu pura-pura berpikir.

“Ya, wajar dong. Pemerintah juga ingin kita selalu ideal. Membuat peraturan ideal yang bisa memaksa kita tepat waktu bayar pajak. Telat, kita kena denda. Apakah kopi dan gula serta air yang kita minum pagi ini tidak dengan bayar pajak?”

Sinar matahari mulai menyusup di sela-sela pepohonan, mengenai beranda rumah. Wawan dan Ratna pun tersadar, sudah tiba waktu berangkat kerja.

“Di tempat kerja, dan sepulang kerja, kita bicarakan ini lagi dengan kawan-kawan dan tetangga kita. Kita perlu buat surat kepada gubernur dan wakil rakyat kita untuk memenuhi kebutuhan akan transportasi publik. Bila tak terpenuhi, kita bisa berdemonstrasi.”

“Ya, nanti kita bicarakan lagi. Sudah waktunya kita kerja.”

Mengendarai sepeda motor lagi, berboncengan menuju tempat kerja masing-masing. Setiap hari, lalu lintas cukup padat. Dan di Denpasar, macet menjadi hal biasa. Sepanjang perjalanan, hanya kendaraan pribadi yang mendominasi. Seperti biasa, Wawan mengantarkan lebih dulu Ratna ke tempat kerjanya, yang tak jauh dari tempatnya bekerja. (T)

Tabanan, 3 Juli 2017

*) Sarbagita adalah akronim dari Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan. Trans Sarbagita merupakan transportasi publik yang diinisiasi Pemerintah Provinsi Bali dan empat kabupaten di Bali selatan untuk melayani warga di empat wilayah tersebut.

Tags: BadungbalidenpasarGianyartabanantransportasi
Previous Post

“Dag Dig Dug” Sebelum Main “HP” – Curhat Kecil Aktris Monolog Pemula

Next Post

“Wahai Sekolah, Kini Aku Takut Padamu!”

Yoyo Raharyo

Yoyo Raharyo

Wartawan dan penulis esai yang belakangan berminat nulis fiksi yang diolah dari kisah-kisah nyata. Tinggal di Bali

Next Post

“Wahai Sekolah, Kini Aku Takut Padamu!”

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Film “Mungkin Kita Perlu Waktu” Tayang 15 Mei 2025 di Bioskop

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

by Bayu Wira Handyan
May 28, 2025
0
Sunyi yang Melawan dan Hal-hal yang Kita Bayangkan tentang Hidup : Film “All We Imagine as Light”

DI kota-kota besar, suara-suara yang keras justru sering kali menutupi yang penting. Mesin-mesin bekerja, kendaraan berseliweran, klakson bersahutan, layar-layar menyala...

Read more

Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

by Hartanto
May 28, 2025
0
Karya-karya ‘Eka Warna’ Dollar Astawa

SALAH satu penggayaan dalam seni rupa yang menarik bagi saya adalah gaya Abstraksionisme. Gaya ini bukan sekadar penolakan terhadap gambaran...

Read more

Waktu Terbaik Mengasuh dan Mengasah Kemampuan Anak: Catatan dari Kakawin Nītiśāstra

by Putu Eka Guna Yasa
May 28, 2025
0
Pawisik Durga, Galungan, dan Cinta Kasih

DI mata orang tua, seorang anak tetaplah anak kecil yang akan disayanginya sepanjang usia. Dalam kondisi apa pun, orang tua...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025
Panggung

Sulaman Sejarah dan Alam dalam Peed Aya Duta Buleleng untuk PKB 2025

LANGIT Singaraja masih menitikkan gerimis, Selasa 27 Mei 2025, ketika seniman-seniman muda itu mempersiapkan garapan seni untuk ditampilkan pada pembukaan...

by Komang Puja Savitri
May 28, 2025
Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud
Pameran

Memperingati Seratus Tahun Walter Spies dengan Pameran ROOTS di ARMA Museum Ubud

SERATUS tahun yang lalu, pelukis Jerman kelahiran Moskow, Walter Spies, mengunjungi Bali untuk pertama kalinya. Tak lama kemudian, Bali menjadi...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space
Pameran

Pameran “Jaruh” I Komang Martha Sedana di TAT Art Space

ANAK-ANAK muda, utamanya pecinta seni yang masih berstatus mahasiswa seni sudah tak sabar menunggu pembukaan pameran bertajuk “Secret Energy Xchange”...

by Nyoman Budarsana
May 27, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co