6 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Agus Terburu-buru, Anies Khas Akademisi, Ahok Seperti Bukan Ahok

Made Surya HermawanbyMade Surya Hermawan
February 2, 2018
inOpini

Ist

174
SHARES

MENARIK untuk menelisik debat kandidat calon gubernur DKI Jakarta 2017-2022 lebih dalam. Yang mereka katakan sesungguhnya menggambarkan isi kepala, rekam jejak, dan mungkin juga pembenaran tentang rentetan masa lalu negatif masing-masing.

Namun, apapun itu, faktanya mereka sedang berjualan retorika. Entah retorika yang kelak akan terlaksana, ataupun hanya bualan yang tidak berujung. Kembali ke pepatah kuno, waktu. Iya, hanya waktu yang bisa menjawab muara dari semua retorika pada malam debat itu.

Berjualan untuk mendapat simpati pemilih. Layaknya pedagang di toko elektronik, tidak jarang menawarkan barang yang sesungguhnya tidak mereka miliki. Dengan harapan pembeli akan memilih barang lain jika tujuan utama tidak ada. Yang penting pembeli datang dulu. Ini terjadi karena persaingan pasar yang kian ketat. Pun yang terjadi pada debat yang disiarkan TV nasional, 13 Januari 2017, malam itu. Mirip.

Saya mulai dengan Agus. Agus, meskipun pendatang baru di dunia yang katanya licik ini, memerlihatkan kualitasnya sebagai salah satu mantan prajurit terbaik TNI. Bagi saya, dia mampu menjelaskan program dengan cukup baik walaupun pada awalnya terkesan cukup grogi. Juga sedikit malu. Tertangkap kamera beberapa kali Agus memperbaiki bagian bawah baju hitamnya. Gestur malu.

Gayanya mirip ayahnya. Gerakan tangan. Hanya saja pada beberapa segmen, Agus terkesan terburu-buru. Wajar saja, mungkin karena ini debat pertamanya. Namun saya salut, gaya bicara sembari tersenyum, itu susah dimiliki orang. Selain itu, mungkin juga dia ingin memerlihatkan tiga gelar doktornya dengan beberapa kali menggunakan istilah dengan bahasa Inggris. Jumlah pastinya saya lupa, yang jelas ada beberapa.

Sekarang pasangannya Agus, Silvy. Awalnya saya berpikir dia di sana hanya menemani Agus duduk, karena cuma Agus yang menjawab pertanyaan Ira Koesno. Waktu berlanjut, segmen berganti, Silvy pun berdiri dan berbicara. Gaya bicaranya lamban, ciri khas orator wanita. Seperti Megawati dan Ibu pasangan calon gubernurnya. Tentu dalam hal ini jangan disamakan dengan Najwa Shihab. Nanti jadi tidak sebanding.

Menurut saya dia berbicara sambil berpikir, belum berbicara mengalir. Mungkin berusaha mengimbangi Agus yang berapi-api. Silvy mencoba tenang, namun berlebihan. Penggunaan waktunya menjadi tidak efisien sehingga banyak pertanyaan yang tidak menemukan jawaban. Bahkan Anies sempat menyerang dengan kalimat “Jawaban Ibu menarik, namun tidak nyambung.”

Ahok-Djarot. Di awal saya melihat seperti bukan Ahok yang berdebat. Seperti menahan diri. Ada yang coba dia tahan, mungkin luapan emosinya. Ya, selama ini dia terkenal emosional. Hal ini mudah kentara karena kebiasaan orang sulit diubah. Sebelum kasus Pulau Seribu tentunya. Namun, Ahok tetap Ahok. Dia santai. Berbicara teknis. Tentu, menyampaikan yang sudah dia kerjakan. Ini keunggulan petahana. Di saat calon lain masih berbicara, dia sudah bekerja. Sekaligus menjadi kelemahan utama. Menjadi ladang serang calon lain.

Di tengah perjalanan debat, Ahok mulai menjadi Ahok. Seperti mesin diesel yang mulai panas. Mulai menyerang. Menyerang kanan-kiri. Dia menerapkan prinsip pertahanan terbaik itu menyerang. Mungkin karena sebelumnya dia diserang dari kanan-kiri pula. Dalam hal ini saya melihat Ahok belajar. Belajar menjadi pribadi yang lebih menahan diri.

Djarot juga tenang. Pun berbicara teknis. Wajar saja, dia mantan walikota. Hanya saja Djarot memang begitu sejak dulu. Tidak terkesan menahan diri seperti Ahok. Djarot melakukan blunder pada segmen ke-2. Dia seharusnya memberikan tanggapan, mengkritisi, atau mengadu program, bukan bertanya.

Bagi saya, itu cukup membuang kesempatan. Menyebabkan keunggulan programnya tidak muncul. Di situ Djarot keliru. Ini seharusnya dapat menjadi bahan serangan balik bagi pasangan calon lain. Tetapi Djarot patut bersyukur, lawannya tidak membahas hal tersebut lebih dalam. Hanya Agus yang sedikit menyindir.

Sekarang Anies-Sandi. Anies tidak asing bagi saya. Gaya bicaranya khas, gesturnya tenang. Pemilihan dan permainan diksi yang handal. Melahirkan kata-kata yang enak di telinga. Contoh: kami tidak memerangi orang miskin, kami memerangi kemiskinan. Permainan diksinya bermakna.

Itu memang keunggulan Anies dari dua pasangan lain. Tata bahasa terstruktur, khas akademisi. Wajar, dia mantan rektor. Dari sudut pandang retorika, saya menempatkan Anies di urutan pertama. Sayangnya, hal itu juga menjadi ladang serang. Terutama oleh Ahok. Terlalu teoritis bagi Ahok. Ciri khas dosen di kampus, tambah Ahok

Sandi menjadi peserta debat yang paling aman kemarin malam menurut saya. Datar saja. Sebagai pendatang baru, seperti Agus, dia dapat dikatakan cukup sukses untuk debat kemarin malam. Jawabannya cukup mengena. Pembawaannya santai. Tidak ingin kalah saing, dia sempat menyerang Djarot saat membahas topik lapangan pekerjaan dan kewirausahaan. Tentu dia cukup percaya diri, karena dia berlatar belakang pelaku usaha. Sandi dapat mengimbangi Anies. Anies akademisi, Sandi praktisi.

Kalau diperhatikan, ketiga pasangan calon memiliki gestur dan kesibukan berbeda ketika mendengarkan pasangan calon lain berbicara. Agus-Silvy sibuk berdiskusi dan menulis beberapa catatan kecil. Entah untuk memersiapkan jawaban atau sanggahan. Mungkin juga menyiapkan beberapa hal yang harus disampaikan. Yang jelas, mereka berdiskusi serius sembari memainkan beberapa kertas kecil yang saya duga isinya kata kunci.

Ahok-Djarot lebih asik memainkan ponsel pintar di atas meja mereka. Mungkin untuk akses internet mencari data sebagai bahan bicara. Sembari tertawa kecil. Dugaan saya, mereka menertawai hal yang dibicarakan pasangan calon lain yang mereka sudah lakukan atau sudah mereka dapatkan sanggahannya. Mereka terlihat santai, beberapa kali Djarot berbisik ke Ahok. Mengesankan mereka cukup dekat.

Hal berbeda terjadi pada Anies-Sandi. Pasangan ini serius mendengarkan jawaban pasangan calon lain. Beberapa kali Sandi tertangkap kamera menggelengkan kepala, tanda ketidaksetujuan dengan jawaban calon lain. Anies memerhatikan dengan serius, sembari memainkan bibir. Ya, ini ciri khas Anies. Simpulannya, dalam hal ini bagi saya Ahok-Djarot paling santai mengikuti debat.

Bukan debat kalau tidak saling serang. Bahkan pada bagian ini, debat akan menarik bagi para pemirsanya. Hal ini pun terjadi pada malam debat itu. Seru. Serangannya halus, menyindir, tentunya tentang kekurangan masa lalu. Bagi saya manusiawi, karena manusia tidak bisa mengritik masa depan.

Bantuan langsung sementara yang disampaikan Agus menjadi bahan pertama. Ahok menyampaikan bahwa program itu kurang mendidik. Dia pun berargumen besaran Rp. 400.000 per bulan kalau mau diberikan besarannya terlalu kecil.

“Kami memberikan lebih dari itu, hanya saja non-tunai”, kata Ahok.

Agus menepis, bahwa program ini amanat konstitusi. Pemerintah membantu rakyat miskin dan sifatnya hanya sementara.

Beberapa saat setelahnya, Anies mengambil momentum menyerang karena mendapatkan kesempatan menjawab paling akhir. Bagi Anies, kalau Agus menyiapkan ikannya, Ahok menyiapkan kailnya, Anies akan menyiapkan kolamnya. Pemikiran yang lebih luas karena kail tidak akan berguna kalau tidak ada ikan, dan ikan tidak akan hidup tanpa kolam. Anies membuat kolamnya. Katanya.

Tentang penggusuran. Ahok konsisten melakukan relokasi bagi penduduk yang tinggal di pinggir sungai untuk normalisasi sungai. Begitu pula yang tinggal di kolong jembatan. “Akan disiapkan rumah susun dulu, baru kemudian direlokasi”, kata Ahok.

Jawaban itu juga digunakan sebagai pertahanan oleh Ahok dari serangan dua pasangan calon lain yang mengangapnya tidak manusiawi. Anies agak malu-malu. Tidak tegas menyampaikan pro penggusuran atau tidak. Dia hanya menyatakan akan ada dialog dan musyawarah dengan warga. Hal ini berbahaya, jawaban Anies dalam hal ini abu-abu.

Kalau Agus, jelas, kontra penggusuran. Bagi dia tidak manusiawi menggusur penduduk yang sudah beberapa garis keturunan tinggal di tempat itu. Jawaban ini langsung menjadi ladang serang empuk oleh Ahok. Dia bilang akan jauh lebih tidak manusiawi ketika membiarkan rakyat salah (tinggal di tempat yang tidak semestinya) hanya karena kebutuhan pilkada.

Ada lagi, Anies mengungkit kontrak politik Ahok lima tahun lalu yang baginya janji semu, bahkan palsu. Ya, walaupun saat itu bukan Ahok-Djarot tetapi Jokowi-Ahok. Ahok menyerang balik dengan memermasalahkan penolakan kurikulum anti-narkoba. Ketika itu, Anies sebagai mendikbud. Padahal dalam debat itu, Anies dengan tegas menyatakan perang melawan narkoba.

Agus dan Anies juga secara bersama menyerang Ahok tentang kalahnya Pemda DKI Jakarta oleh masyarakat Bukit Duri di PTUN yang mengindikasikan Pemda DKI Jakarta (di bawah Ahok) melanggar hukum dalam melakukan penggusuran/relokasi.

Di sisi lain, saya membaca sesuatu yang janggal pada sesi terakhir debat itu. Ketika Agus dan Anies dengan tegas menyatakan bahwa mereka akan bekerja tuntas selama 5 tahun di Jakarta apabila terpilih sebagai gubernur dan tidak akan maju pada pemilihan presiden-wakil presiden 2019, Ahok justru diam. Dia memilih memberikan Djarot menjawab.

Walau Djarot menggunakan kata ganti “kami” (dia dan Ahok) siap bekerja tuntas, saya menduga Ahok sengaja melakukannya. Ini tetap misterius. Padahal bagi saya, statemen itu penting untuk meyakinkan pemilih, namun kenapa Ahok memberikan kesempatan pada Djarot untuk menjawabnya. Kita tunggu saja di 2019. (T)

Tags: Agus Harimurti YudhoyonoAhokAnies BaswedanDKI JakartaPilkada
Previous Post

Puisi yang Gagal Membuat Pembacanya Bahagia – Ulasan Buku Puisi Andy Sri Wahyudi

Next Post

Bintang Hujan yang Mekar Seperti Bunga Lily

Made Surya Hermawan

Made Surya Hermawan

Lahir di Denpasar, 7 Oktober 1993, tinggal di Kuta, Bali. Lulusan Jurusan Pendidikan Biologi Undiksha, Singaraja, 2015. Gemar mendengar cerita politik dan senang berorganisasi. Setleah menamatkan studi pascasarjana di Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang, ia mengabdikan ilmunya dengan jadi guru.

Next Post

Bintang Hujan yang Mekar Seperti Bunga Lily

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Covid-19 dalam Alam Pikir Religi Nusantara – Catatan Harian Sugi Lanus

    Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ini Sumbangan Ketut Bimbo pada Bahasa Bali | Ada 19 Paribasa Bali dalam Album “Mebalih Wayang”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Tidak Ada Definisi untuk Anak Pertama Saya

by Dewa Rhadea
June 4, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

KADANG saya mencoba menjelaskan kepada orang-orang seperti apa anak pertama saya. Tapi jujur saja, saya tidak tahu bagaimana harus mendefinisikannya....

Read more

The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

by Wulan Dewi Saraswati
June 4, 2025
0
The Voices After Cak!: Keriuhan di Balik-balik Tubuh yang Diguncang

MALAM di taman kuliner Ubud Food Festival sangat menggiurkan. Beberapa orang sudah siap duduk di deretan kursi depan, dan beberapa...

Read more

Susu dan Tinggi Badan Anak

by Gede Eka Subiarta
June 3, 2025
0
Puasa Sehat Ramadan: Menu Apa yang Sebaiknya Dipilih Saat Sahur dan Berbuka?

KALSIUM merupakan mineral utama yang diperlukan untuk pertumbuhan tulang kita, tepatnya untuk pertumbuhan tinggi badan. Kandungan kalsium tertinggi ada pada...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali
Khas

Buku “Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali” Memperkaya Perspektif Kajian Sastra di Bali

BUKU Identitas Lintas Budaya: Jejak Jepang dalam Teks Sastrawan Bali karya Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra, M.Litt., memperkaya perspektif kajian sastra,...

by tatkala
June 5, 2025
Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas
Khas

Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

“Kami tahu, tak ada kata maaf yang bisa menghapus kesalahan kami, tak ada air mata yang bisa membasuh keburukan kami,...

by Komang Sujana
June 5, 2025
Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025
Panggung

Kopernik dan Jejak Timor di Ubud Food Festival 2025

“Hey, do you sell this sauce? How much is it?” tanya seorang turis perempuan, menunjuk botol sambal di meja. “It’s...

by Dede Putra Wiguna
June 5, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [18]: Bau Gosong di “Pantry” Fakultas

June 5, 2025
Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

Lengkingan Gagak Hitam | Cerpen Mas Ruscitadewi

May 31, 2025
Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

Puisi-puisi Eddy Pranata PNP | Stasiun, Lorong, Diam

May 31, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [17]: Wanita Tua dari Jalur Kereta

May 29, 2025
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co