JIKA di atas meja belajar anda terdapat dua buah benda yaitu gadget dan buku, manakah yang akan anda pilih?
Saya percaya, demi sinetron kesukaan ibu-ibu di tivi, kebanyakan dari anda akan memilih untuk berbohong dalam menjawab pertanyaan ini. Dan saya yakin, demi orang tua yang memukuli guru di sekolah, kebanyakan dari anda akan memilih: buku, dan mencoba untuk tidak mengatakan: gadget, walaupun sebenarnya anda lebih condong untuk memilih: gadget.
Namun dalam hal ini, anda tidak usah munafik atau menjadi orang yang bijak apalagi sok bijak untuk menjawab pertanyaan ini, dan jawablah dengan jujur sebagaimana juga saya yang akan menjawab dengan jujur: saya memilih gadget.
Jika boleh berkata jujur, saya katakan kepada anda bahwa buku itu adalah barang kuno. Untuk apa membaca buku jika sudah ada yang lebih canggih yang bisa memenuhi semua yang anda perlukan dan lebih praktis? Bukankah hal itu akan menekan pengeluaran anda.
Dengan menggunakan gadget anda bebas, sebebas-bebasnya untuk mencari apa yang anda inginkan. Jadi saya harap silahkan buang buku anda, atau jika ada yang berkeinginan untuk membeli buku, lupakan saja keinginan itu. Lebih baik tabung saja uangnya, dan setelah banyak belilah gadget yang paling canggih. Sangat simpel memang.
Perkataan saya ini mungkin ada benarnya. Coba anda bayangkan, jika anda tidak punya pekerjaan, lalu anda ingin mencari hiburan, kemudian anda mengambil sebuah buku untuk di baca, apa yang akan anda rasakan? Apakah anda akan terhibur?
Sebagian besar dari anda pasti akan mengantuk, menguap, lalu tidur. Tetapi, coba anda bayangkan bagaimana rasanya jika saat tidak ada pekerjaan anda mengambil gadget, lalu membuka facebook, instagram, youtube, searching di google, bermain game apalagi game kesukaan, sudah pasti akan ada sensasi yang berbeda daripada sekadar membaca buku: rasa kantuk akan hilang, dan anda tidak akan merasa bosan, apalagi sampai ketiduran. Sampai tengah malampun mata anda akan tetap melek.
Contoh lain misalnya untuk anak sekolahan yang diberikan tugas oleh gurunya, dan ia baru ingat ada tugas H-1 malam sebelum tugas itu dikumpul, dan misalkan saja tugas tersebut mencari biodata WS Rendra. Kalau dulu sebelum ada gadget yang super canggih dan masih mengandalkan buku, dan parahnya lagi di buku yang anda miliki tidak ada biodatanya WS Rendra, pasti anda akan kelabakan, dan mungkin saja besoknya anda akan memilih untuk tidak datang ke sekolah dengan alasan sakit.
Tetapi sekarang, masalah mencari biodata WS Rendra adalah masalah kecil yang tidak perlu dibesar-besarkan berkat makhluk canggih yang bernama gadget. Dalam hitungan menit, bahkan detik anda akan mendapatkan yang selengkap-lengkapnya. Itu hanya contoh kecil saja, dan contoh besarnya silahkan anda pikirkan sendiri.
Jadi bagaimana? Anda akan tetap setia pada buku yang kuno, atau beralih pada gadget yang super canggih dan mempermudah hidup anda?
Himbauan juga untuk para orang tua, jika anak anda meminta uang untuk membeli buku, lebih baik jangan diberikan uang. Berikanlah dia gadget yang super canggih lengkap dengan kuota internetnya. Jika ia membaca buku, maka perkembangannya akan lambat, karena setiap akan mencari informasi baru, ia harus membeli buku baru lagi, dan mustahil rasanya satu buku bisa menampung semua informasi yang diperlukan, sehingga hal itu akan merepotkan dan sama artinya dengan mengajarkan anak untuk menjadi boros.
Untuk menampung buku diperlukan tempat yang lebih luas daripada tempat untuk menaruh gadget dan ini juga sangat meyusahkan untuk anda yang memiliki rumah sempit. Gadget bisa dibawa ke mana-mana dan praktis, bisa dibuka di mana saja, baik ditempat ramai maupun sepi, tempat gelap maupun terang, tempat sepi maupun ramai, bahkan sambil berkendara anda bisa menggunakannya asal keselamatan anda tetap terjaga.
Sementara buku, sulit untuk dibawa ke mana-mana, apalagi buku yang tebal dan lebar, tentu akan merepotkan sekali.
Oleh karena itu, dengan sedikit alasan dari sekian banyak alasan yang ada, maka sudah saatnya sekarang ikuti anjuran saya: buang bukumu, ambil gadget-mu. Jangan anda hiraukan para penulis yang menangis karena bukunya tidak laku di pasaran.
Biarkan toko-toko buku bangkrut karena tidak ada yang membeli buku, dan mari sama-sama datang ke perpustakaan untuk melihat bagaimana para laba-laba membuat sarangnya di antara rak-rak buku, sambil bermain gadget. (T)