Sebulan penuh, rangkaian Bulan Bahasa Bali IV Tahun 2020 secara resmi ditutup oleh Gubernur Bali Wayan Koster di Gedung Ksirarnawa Taman Budaya Provinsi Bali, Senin (28/2/2022). Setelah melihat suksesnya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa, Gubernur Koster instruksikan Bulan Bahasa Bali tahun depan juga diselenggarakan di lembaga pendidikan mulai sekolah hingga perguruan tinggi.
Penutupan Bulan Bahasa Bali juga langsung melaunching tema Bulan Bahasa Bali tahun 2023 yakni Segara Kerthi; Campuhan Sarwa Prani. Gubernur Koster menyebut Bulan Bahasa Bali merupakan program Pemprov Bali yang memberikan ruang untuk pelestarian serta menumbuhkembangkan aksara, sastra dan bahasa Bali di tengah masyarakat. “Saya melihat antusias masyarakat kini melaksanakan Bulan Bahasa Bali. Di wewidangan banjar, desa, kabupaten/kota, semua menyelenggarakan Bulan Bahasa Bali. Ini menjadi wujud bahwa masyarakat Bali masih tetap ingat dengan warisan leluhur. Ten dados lek mebasa Bali (tidak boleh malu berbahasa Bali),” ujarnya.
Gubernur Koster melanjutkan, pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat desa dan desa adat sudah mendapatkan respon positif dari masyarakat. Dirinya mengaku mendapat laporan bahwa dari 1.493 desa adat di Bali, 1.219 desa yang melaksanakan Bulan Bahasa Bali dan sudah melaporkan. “Sisanya melaksanakan tapi belum melaporkan. Ada yang melaksanakan dengan mandiri, ada yang bersinergi dengan desa dinas, ada juga yang bersinergi dengan desa adat. Saya kira ini bagus sekali,” ungkap Gubernur asal Desa Sembiran, Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng ini.
Untuk itu, Gubernur Koster meminta agar pelaksanaan Bulan Bahasa Bali juga diperluas dengan diselenggarakan di lembaga pendidikan mulai PAUD hingga perguruan tinggi. Ini bertujuan agar para generasi makin paham dan mengenal aksara, sastra dan bahasa Bali. “Bulan Bahasa Bali ini belum dilaksanakan di perguruan tinggi. Maka saya minta Pak Kadis agar perguruan tinggi secara mandiri harus melaksanakan Bulan Bahasa Bali,” pinta politisi yang menjabat Ketua DPD PDIP Bali tersebut.
Sementara itu, saat ini Pemprov Bali juga menggunakan teknologi sebagai sarana pelestarian aksara, sastra, dan bahasa Bali dengan memproduksi keyboard berbahasa Bali yang akan diserahkan lembaga-lembaga pendidikan dasar hingga menengah. “Tahun ini diharapkan laboratorium keyboard aksara Bali, satu sekolah satu laboratorium, yang diadakan melalui dana BOS. Saya telah menugaskan Kadis Pendidikan Bali yang berkoordinasi dengan kabupaten/kota agar menggunakan keyboard aksara Bali. Ini merupakan yang pertama di Indonesia dan mendapatkan respon bagus dari Menko PMK, dan kemudian akan dijadikan contoh untuk diterapkan di daerah lain,” terang Gubernur Koster.
Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali, Prof Dr I Gede Arya Sugiartha menambahkan, sejatinya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali di tingkat provinsi sebagai motor penggerak dan barometernya. Namun guyubnya pelaksanaan Bulan Bahasa Bali ini diharapkan membumi di masyarakat desa adat. Terkait permintaan untuk menggetoktularkan Bulan Bahasa Bali di lembaga-lembaga pendidikan tahun depan mengaku akan mengawasi pelaksanaannya.
“Lomba-lombanya nanti kita akan awasi betul. Di semua jenjang, PAUD hingga perguruan tinggi. Kegiatannya bisa bervariasi seperti latihan menulis aksara, membaca, mesatua, dengan tujuan agar anak-anak bisa mengenal,” imbuh mantan Rektor ISI Denpasar ini.
Serangkaian Bulan Bahasa Bali diserahkan pula penghargaan Bali Kerthi Nugraha Mahottama kepada penekun aksara, sastra maupun bahasa Bali. Tahun ini penghargaan diberikan kepada I Made Degung asal Bebandem, Karangasem dan Nengah Medera asal Selemadeg Barat, Tabanan. Tim penilai yang diketuai oleh Ketua Sumarta mengatakan, pemberian penghargaan didasarkan pada prestasi, kontribusi, dedikasi, dan moralitas. I Made Degung memiliki sejumlah karya di antaranya kekawin, geguritan serta merupakan penekun usadha Bali, kosala kosali, penekun sastra serta seorang penari gambuh.
Sedangkan Nengah Medera memiliki peran penting sebagai inisiator dan penggagas berbagai lembaga pelestarian bahasa, aksara, dan sastra Bali seperti Widya Sabha yang menyelenggarakan Utsawa Dharmagita. Bahkan kini Utsawa Dharmagita dilaksanakan tingkat nasional. Made Medera juga menggagas penerbitan lontar kekawin yang diubah menjadi buku dengan terjemahan berbahasa Bali serta bagian dari tim penyusun kamus Bahasa Bali. [T][Ado/*]