GEMA Kreasi Kumara Çanti Gotraja menjadi event dua tahunan yang diinisiasi oleh Sekaa Truna Truni Kumara Çanti Gotraja, Banjar Tengah, Desa Peliatan, Kecamatan Ubud, Gianyar. Sekilas, kegiatan Gema Kreasi ini menjadi ajang berekspresi, penuangan ide dan kreatifitas dari muda-mudi Sekaa Truna Kumara Çanti Gotraja.
Selain itu, Gema Kreasi juga menjadi penanda pergantian kepengurusan organisasi yang lama menuju kepengurusan organisasi yang baru.
Tahun ini, Gema Kreasi II 2025 menjadi sedikit berbeda. Kegiatan ini dimeriahkan dengan gagasan kegiatan budaya, seperti diskusi dan pementasan yang mengangkat warisan budaya lokal yaitu Legong dan Tabuh Palegongan Gaya Peliatan.
Legong dan Tabuh Palegongan khas Peliatan ini merupakan salah satu kekayaan utama yang dimiliki oleh Desa Peliatan.
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2025 yang bertempat di Agung Rai Museum Art (ARMA), Peliatan, Ubud.

Rapat Besar Persiapan Gema Kreasi II 2025 ST. Kumara Çanti Gotraja | Foto: Cok Alit
Mengapa Legong Keraton Gaya Peliatan? Apa istimewanya dari kesenian yang lain? Mengapa ada label “Peliatan” dalam kesenian itu?
Begitulah beberapa jenis pertanyaan yang muncul ketika kegiatan ini dirancang. Untuk menjawab itu, salah satu anak dari Alm. A. A. Gde Mandera yaitu A. A. Gde Oka Dalem pernah bercerita mengenai sejarah tari legong.
“Munculnya Legong itu diperkirakan pada abad ke – 19, pada masa pemerintahan I Dewa Agung Made Karna dalam Babad Dalem Sukawati. Beliau mangipi melihat bidadari menari di sorga yang kemudian segera memerintahkan Bendesa Ketewel untuk membuat beberapa topeng yang mencerminkan bidadari dari mimpi itu, sampai sekarang tersimpan di Pura Payogan Agung Ketewel.” ungkapnya.
Oka Dalem menuturkan, setelah lama berselang, I Gusti Ngurah Djelantik menggubah topeng dedari itu menjadi Tari Nandir yang dibawakan oleh laki-laki tanpa menggunakan topeng. “Lini masa berlanjut pada pemerintahan I Dewa Agung Manggis dari Raja Gianyar memerintahkan I Dewa Rai Perit untuk menata tari yang saat ini lumrah disebut dengan Legong yang ditarikan oleh anak-anak perempuan mulai dari umur 10 tahun.” tambahnya.
Munculnya label “Peliatan” pada tari Legong yang berkembang adalah salah satu pengaruh dari sosok maestro Desa Peliatan yaitu Alm. A. A. Gde Mandera dan Alm. Gusti Made Sengog.
Menurut cerita yang berkembang yang masih diingat oleh beberapa orang, nafas-nafas dan agem dari Tari Legong disesuaikan ulang oleh Alm. A. A. Gde Mandera dan Alm. Gusti Made Sengog sehingga melahirkan ciri khas gerakan, dan lambat laun menjadi Legong Keraton khas atau gaya Peliatan.

Gusti Made Sengog melatih Tari Legong | Dokumen: A. A. Gde Oka Dalem
Legong Keraton Gaya Peliatan menjadi salah satu pertunjukkan yang dibawakan pada L’Exposition Coloniale Internationale De Paris (Paris Expo) tahun 1931. Peristiwa kebudayaan ini menjadi salah satu yang mempengaruhi popularitas Bali sebagai destinasi wisata dunia dikemudian hari.
Setelah itu, masih banyak lagi serangkaian tour Internasional yang dilakukan oleh Alm. A.A. Gde Mandera dan para seniman tabuh Peliatan lainnya seperti Alm. I Gusti Kompyang, Alm. I Made Lebah, Alm. I Luwus serta masih banyak lagi yang belum terdata dengan baik.
Melalui serangkaian peristiwa masa lampau ini menjadi motivasi semangat muda-mudi ST. Kumara Çanti Gotraja (KCG) untuk ikut berkontribusi menyediakan wadah pertemuan antar para tokoh seniman khususnya seniman Tari Legong dan Tabuh Palegongan era ini dengan masyarakat umum baik yang muda maupun yang sudah dewasa di kawasan Desa Peliatan dan sekitarnya.
Kegiatan Diskusi Panel Legong dan Tabuh Palegongan Gaya Peliatan akan diisi oleh tokoh seniman senior Tari Legong dan Tabuh Palegongan era ini. Diantaranya ialah, A.A. Gde Oka Dalem, A.A. Arimas, Desak Putu Widi Kencanawati, A.A. Raka Astuti, Ni Made Puspa Nurini, Luh Mas Sriati, Ni Nyoman Sulasih, A.A. Sri Utari sebagai narasumber Tari Legong dan Tjokorda Bagus Wiranata beserta Gusti Ngurah Sukra sebagai narasumber Tabuh Palegongan Gaya Peliatan.
Sekali lagi, kegiatan ini akan dilaksanakan pada hari Sabtu, 8 Maret 2025 yang bertempat di Agung Rai Museum Art (ARMA).
Kegiatan ini tentu saja akan mengundang berbagai pihak baik dalam wadah instansi pemerintah negeri, swasta, kelompok masyarakat, dan kalangan umum se-Desa Peliatan dan sekitarnya.
Menuju hari H pelaksanaan kegiatan Diskusi Panel Tari Legong dan Tabuh Palegongan Gaya Peliatan, beberapa muda-mudi ST. Kumara Çanti Gotraja telah meng-create sebuah video singkat yang dikemas dengan apik, menunjukkan keanggunan dan kemewahan Tari Legong dalam kesederhanaan dengan pesan yang tersirat.

Kreator Video “Legong” dalam Kegiatan Diskusi Panel | Foto: Cok Alit
Salah satu pengurus ST. Kumara Çanti Gotraja yaitu I Gede Werdi Putra Kesumayasa menyampaikan bahwa kegiatan yang bertautkan budaya ini merupakan bentuk penghormatan kita bagi para leluhur di generasi sebelumnya.
“Bukan dulu, bukan nanti, tetapi sekaranglah waktu yang tepat untuk kita berkontribusi bagi Desa, utamanya untuk para leluhur kita. Kalau bukan karena jasa beliau terdahulu, tidak mungkin Peliatan akan harum namanya sekarang,” katanya. [T]
IMASU | su, pwa, kulantir, i çaka 1946
Penulis: I Made Suastika
Editor: Adnyana Ole
- BACA JUGA: