DINAS Kebudayaan Provinsi Bali melalui Penyuluh Bahasa Bali melakukan konservasi dan identifikasi lontar milik masyarakat di Kabupaten Klungkung. Konservasi lontar itu dilaksanakan serangkaian dengan Bulan Bahasa Bali (BBB) VII yang dipusatkan di Desa Nyalian, Kecamatan Banjarangkan dan di Banjar Tiing Jajang, Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida.
Menariknya, pada kegiatan konservasi dan identifikasi Tim Penyuluh Bahasa Bali menemukan lontar yang unik yaitu tutur Aji Mas Ganda Purantaka Petak. “Lontar ini yang ditemukan di Griya Sakti Desa Nyalian ini berisi tentang tujuan hidup kemoksan,” kata Koordinator Penyuluh Bahasa Bali Kabupaten Klungkung, I Wayan Arta Diptha, Selasa 4 Pebruari 2025.
Lontar tersebut merupakan milik Ida Bagus Alit Putra Parwata merupakan Semeton Gria Sakti Nyalian yang beralamat di Banjar Kelodan, Desa Nyalian, Kabupaten Klungkung. “Lontar itu
disimpan di Gedong penyimpanan lokasinya di Merajan Griya, sehingga jarang dibuka dan dibersihkan, lontar itu juga jarang diambil dan dibaca, sehingga keberadaannya sebagian yang rusak,” ungkapnya.
Pada kesempatan itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali melakukan konserbasi lontar sebanyak 31 cakep lontar yang dimiliki Ida Bagus Alit Putra Parwata. “Kami hanya bisa mengidentifikasi sebanyak 9 cakep lontar yang ada. Artinya, sebanyak 22 lontar yang belum kami bisa diidentifikasi karena dalam keadaan rusak,” papar Arta Diptha didampingi tim penyuluh lainnya.
Konservasi lontar di Nyalian-Klungkung | Foto: Ist
Sebanyak 22 cakep lontar itu keberadaannya sudah banyak yang rusak. Artinya, lontar ini sebelumnya tidak mendapatkan perawatan yang baik. Antara lontar satu dengan lainnya tidak utuh. Sebagian lontar rusak dimakan rayap, dan beberapa karena tak mendapat perawatan. Selain itu, ada pula lontar yang tidak lengkap karena ada yang hilang. “Lontar yang tidak lengkap atau helainya tidak nyambung, sehingga kami sangat susah mengindentifikasi,” jelasnya.
Sementara untuk konservasi di Desa Sakti, Kecamatan Nusa Penida milik I Ketut Tangkas, kelahiran, Tiing Jajang, 31 Desember 1972 itu mengkonservasi sebanyak 31 cakep lontar. “Kami bersyukur, semua lontar yang dimiliki warga, I Ketut Tangkas ini bisa kami indentifikasi dengan baik. Isi jenis lontar itu sangat beragam, mulai dari lontar tentang tutur, usada, dan tenung yang jarang dimiliki warga,” paparnya.
Pada kesempatan itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali memberikan tips-tips dalam merawat lontar yang baik, seperti menyimpan lontar di tempat yang kering, dan lebih sering dibuka dan dibaca. Tujuannya, agar lontar tersebut tidak rusak baik di tempat penyimpanan atau pada saat dibaca. “Awalnya, konservasi lontar hanya di Desa Nyalian, tetapi jumlahnya sedikit maka menambah di Nusa Penida lagi,” paparnya.
Konservasi lontar di Nusa Penida | Foto: Ist
Karena itu, Tim Penyuluh Bahasa Bali ini membagi diri menjadi dua kelompok, sehingga bisa menyelesaikan dalam waktu telah disepakati. Untuk konservasi lontar di Desa Nyalian, Tim Bahasa Bali mengkonservasi lontar milik Ida Bagus Alit Putra Parwata merupakan Semeton Gria Sakti Nyalian. Konservasi dan identivikasi di griya ini melibatkan sebanyak 18 orang penyuluh dan 14 orang Penyuluh Bahasa Bali di Nusa Penida.
Kedua pemilik lontar ini, yakni Ida Bagus Alit Putra Parwata dan I Ketut Tangkas menyampaikan terima kasih kepada Dinas Kebudayaan Provinsi Bali dan Penyuluh Bahasa Bali yang melakukan pembersihan lontar, serta identifikasi, sehingga warisan leluhurnya lestari. “Kami selaku masyarakat berharap kepada Penyuluh Bahasa Bali, agar kedepannya tetap intens merawat lontar-lontar milik warga mengingat lontar ini merupakan warisan leluhur yang adiluhung,” harap Ida Bagus Alit Putra Parwata. [T]
Reporter/Penulis: Budarsana
Editor: Adnyana Ole