9 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Adi Setiawan alias Sentul dan Tari Wiranjaya yang Terus jadi Bahan Pelajaran

Made Adnyana OlebyMade Adnyana Ole
July 26, 2024
inPersona
Adi Setiawan alias Sentul dan Tari Wiranjaya yang Terus jadi Bahan Pelajaran 

Adi Setiawan alias Sentul | Foto: tatkala/Rusdy

SUATU malam di Umah Pradja—sebuah kedai tempat nongkrong seniman dan anak muda di kota Singaraja—masuklah seorang lelaki muda. Ia seniman tari dan koreagrafer. Ia kerap dipanggil dengan nama Sentul, sebuah nama yang mengingatkan kita pada buah yang bentuknya bulat, kini sangat langka, dan rasanya sangatlah kecut.

Di Umah Pradja sedang ada pergelaran kecil musik keroncong. Namun, kami—saya dan Sentul—malah membicarakan tabuh dan Tari Wiranjaya. Ini bukan tanpa sebab.

Beberapa hari sebelumnya, di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) 2024, tepatnya akhir Juni, Sentul memicu kontroversi dalam duani seni tari di Bali, khususnya di Buleleng.

Sentul dan teman-temannya di ajang PKB saat itu menampilkan garapan Tari Wiranjaya, ciptaan Ketut Merdana. Dan, banyak seniman lain, bukan hanya seniman di Buleleng, tapi juga guru besar dari ISI Denpasar, mempertanyakan garapannya.

Sentul dianggap mengubah gerak tari, kostum dan tabuh Wiranjaya, bahkan ia dituding telah melakukan “perusakan” terhadap tari Wiranjaya dari bentuk “asli”-nya.

Tapi, semua tudingan itu dihadapi dengan kalem saja, bahkan kadang dihadapi dengan dengan ekspresi wajah yang terkesan bodoh-bodoh pintar. Klingas-klingus.

“Dengan garapan ini (yang kemudian menimbulkan kontroversi), saya ingin mempertanyakan, memberi renungan,” kata Sentul.

Renungan apa yang dimaksud Sentul? Ah, tunggu dulu. Mari saya perkenalkan dulu, siapa sesungguhnya Sentul ini.

***

Sentul memiliki nama asli Gede Adi Setiawan. Ia lahir di Desa Tukadmungga, Buleleng, 7 April 1999. Ia belajar menari sejak kecil.

“Saya senang dengan kesenian di umur lima tahun, tepatnya saat menginjak pendidikan TK,” kata Sentul.

Adi Setiawan alias Sentul (paling kiri) saat pertemuan untuk membicarakan Tari Wiranjaya yang kontroversial itu di Dinas Kebudayaan Buleleng | Foto: tatkala.co/Rusdy

Orang pertama yang mengenalkan kesenian kepada Sentul adalah kumpi-nya. Kumpi itu adalah ayah dari kakek.

“Setiap hari kumpi menyuruh saya menari, meski saya tak tahu agem dan cara menari,” ujarnya.

Yang penting, oleh kumpi, ia disuruh bergerak. Dan tentu saja kumpi terus memuji dia meski gerakan-gerakannya tak jelas.  

“Biasalah orang tua pasti mengatakan sudah bagus, sudah bagus, sudah bagus,” kata Sentul menceritakan tentang motivasi yang diberikan oleh kumpinya.

Ketika duduk di kelas 2 SD, Sentul didaftarkan ke Sanggar Santhi Budaya di Singaraja. Ia pun masuk sanggar tari bersama teman-temannya.

Sentul mengakui banyak ilmu yang ia dapatkan dalam bidang seni tari di Sanggar Santhi Budaya. “Saya diajarkan oleh Bli Gus Eka (Eka Prasetya, pimpinan Sanggar Santhi Budaya) dan Bli Dewal,” kata Sentul.

Rasa sakit sekaligus asyik karena ngotot belajar  dan kenangan lucu dalam bergaul ia dapatkan di sanggar itu. Hingga kemudian ia meneruskan pendidikannya ke jalur formal.

Ia masuk SMKN 1 Sukasada dan memilih jurusan karawitan. Lalu setahun berikutnya, ia ikut Sanggar Seni Dwi Mekar. “Di sanggar itu saya banyak mendapatkan pengalaman dari Bli Jro Olit selaku pemilik sanggar,” cerita Sentul.

Tamat SMK, ia meneruksan kuliah di ISI Denpasar, dan masuk jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan. Namun, meski masuk jurusan Pendidikan Seni Pertunjukan, ia lebih banyak bergaul dengan mahasiswa jurusan Seni Tari, Pedalangan dan Karawitan.

Kesukaannya bergaul lintas jurusan, pikirannya menjadi lebih terbuka. Teman-teman satu angkatan dan kakak kelas, misalnya, kerap memberikan banyak ilmu dan cara berpikir tentang berkesenian, melestarikan dan mengembangkan.

“Pemikiran mereka sangat menjadi inspirasi saya hingga saya bawa sampai sekarang,” kata Sentul.

Di kampus ia bersama teman-temannya membuat Grup Vollos, yaitu perkumpulan mahasiswa kelas sendratasik B dan lelaki tangguh dari semua kalangan. Ada mahasiswa jurusan tari dan jurusan pedalangan.

Ia menyebut sejumlah temannya yang kerap memberi inspirasi. Antara lain Arsen, Ucup, Alit dari Tabanan, Deta asal Klungkung, Dibya Krinyi dari Gianyar, Dibya dari Punggul, Dek Po dari Denpasar, dan masih banyak lagi.

Setelah tamat ISI, Sentul mengaku tetap memegang cara-cara berpikir dan proses berkesenian sebagaimana ia dapatkan dalam diskusi dan pergaulan di ISI dengan teman-temannya itu.

Ada beberapa karya yang sempat ia garap, seperti Tari Baris Megat Sot bersama komposer Komang Lanang, Tari Baris Karang Kurung bersama Komang Trisna, Tari Wong Mina, beberapa fragmen tari, dan banyak tarian lagi.

Sentul sepertinya memang suka berdiskusi dan suka berorganisasi atau berkomunitas untuk mengembangkan pikiran-pikirannya dalam berkesenian.

“Dalam berkesenian ini saya, Ucup, dan Arsen menggagas sebuah ruang bertukar fikiran dan berkarya, dengan nama Jansmoni,” kata Sentul.

Tari Wiranjaya Duta Buleleng di PKB 2024 | Dokumentasi Panitia Duta Pementasan GKD, Dharma Pradangga

Di perkumpulan itu banyak hal ia dan teman-temannya lalui dan pikirkan yang mungkin di luar kapasitas mereka sebagai seniman. Lalu di rumahnya di Tukadmungga ia dan teman-temannya membangun perkumpulan juga yang dinamai Semeton Wirasa.

“Dalam perkumpulan ini banyak hal menarik yang saya temukan untuk merangsang saya melantunkan ide-ide dari teman-teman dan saya sendiri,” katanya.

Sekarang Sentul mencoba membuat sebuah pondok seni yang bernama Parasara. Pondok seni ini lebih banyak mendidik penari laki-laki karena, menurut dia, di Buleleng masih sangat sedikit penari laki laki.

***

Pada PKB 2024 di Taman Budaya Provinsi Bali, Sentul menjadi “tulang punggung” Sekaa Gong Darma Pradangga, Desa Tukadmungga, sebagai duta Kabupaten Buleleng, dalam Parade Gong Kebyar Dewasa. Saat itu, duta Buleleng mebarung bersama sekaa gong dari Kabupaten Gianyar. Salah satu garapan yang ditampilkan di PKB itu adalah Tari Wiranjaya.

Adi Setiawan alias Sentul dalam sebuah garapan tari | Foto: Dok. Adi Setiawan

Eh, ngomong-ngomong, bagaimana tentang Tari Wiranjaya di PKB yang kontroversial itu?

“Sebelum pentas di PKB, kita melakukan proses latihan. Nah, sejak proses latihan Tari Wiranjaya itu saya merasa ada hal-hal yang perlu dipertanyakan terkait Tari Wiranjaya itu,” kata Sentul.

Saat latihan, kata Sentul, ketika para penari diminta mencoba menarikan Tari Wiranjaya, ada sejumlah gerak dari beberapa penari berbeda-beda. Sehingga ia merundingkan kembali, gerakan mana yang dipakai.

Setelah disepakati, penggarap menambah bayu gerak atau penegasan gerak tanpa menghilangkan maksud atau makna dari gerak itu. Sehingga terbentuk Tari Wiranjaya yang dipentaskan sekaa gong kebyar dewasa Dharma Pradangga Tukadmungga itu di PKB.

“Memang sedikit agak berbeda dari segi pandangan dan pola lantainya, karena satu sisi tari yang sejatinya tari duet harus dijadikan tari kelompok atau lebih dari dua penari,” kata Sentul.

Lalu berlanjut pada proses ngadungang atau menyingkronkan tari dan gending atau tabuhnya, hingga menjadi satu keutuhan.

“Pada setiap usai latihan saya selalu berpikir tentang betapa hebatnya penglingsir dahulu dalam membuat karya karena banyak sekali gerak gerak maknawi yang menurut saya sangat unik,” ujar Sentul.

Adi Setiawan alias Sentul menunjukkan foto-foto Tari Wiranjaya saat pertemuan untuk membicarakan Tari Wiranjaya yang kontroversial itu di Dinas Kebudayaan Buleleng | Foto: tatkala.co/Rusdy

Sebagaimana diketahui, di media sosial, Tari Wiranjaya garapan Sentul itu mendapat respon beragam dari seniman. Ada yang menganggap Tari Wiranjaya yang digarap Sentul berbeda dengan Tari Wiranjaya asli, terutama kostum dan gelungan. Bahkan, ada yang menyebut Tari Wianjaya garapan Sentul itu sebagai Wiranjaya Thailand, karena gelungannya mirip dengan gelungan atau penghias kepala yang biasa digunakan dalam tari-tarian atau pakaian tradisional di Thailand.

“Dengan adanya kritikan, masukan, dan komentar-komentar itu, saya harap semua ini direnungkan kembali, mana sesungguhnya tari-tarian asli, dan mana sebenarnya hal-hal yang tak boleh diubah. Saya sendiri, sebagai seniman ingin tahu semua itu dengan sejelas-jelaskan agar kami sebagai seniman-seniman muda tak dianggap salah di kemudian hari,” kata Sentul.

Semua hal yang dialami Sentul itu ia anggap sebagai bagian dari suka duka sebagai seniman tradisional di Bali.

Sukanya, kata Sentul, banyak hal menarik yang dialami saat berproses dalam berkesenian, misalnya bagaimana berkaya dengan baik, menikmati proses latihan hingga menjadi rangsangan untuk diri sendiri menikmati hidup.

Dukanya, kata Sentul, ya, itu tadi,  banyak hal yang terkadang tidak sesuai dengan jalan pikiran kita, sehingga ada beberapa hal sering menjadi perdebatan yang akhirnya bisa menimbulkan konflik antarteman.

Khusus masalah Tari Wiranjaya itu, bagi Sentul, akan terus ia jadikan bahan renungan dan pelajaran. Bahwa ada hal yang belum disepakati secara jelas, apakah pelestarian berarti sesuatu yang kaku, dan apakah pengembangan dengan mengikuti gerak zaman selalu dianggap sebagai sesuatu yang salah.

“Saya tetap menganggap ini pelajaran bagi seniman, terutama bagi saya. Namun, yang jelas, saya akan berkarya terus,” ujar Sentul, eh. Adi Setiawan. [T]

“Wiranjaya Thailand” dan Ketidakkonsistenan Kita: Catatan Terkait Ribut-ribut Tari Wiranjaya Duta Buleleng di PKB
Gede Candra Gupta, Andalkan Logat Buleleng, Juara Lomba Bebanyolan di Bulan Bahasa Bali 2024
Nyoman Arya Suriawan, Generasi Penerus Gde Manik
Tags: bulelengDesa Tukadmunggagong kebyargong kebyar dewasaPesta Kesenian BaliPesta Kesenian Bali 2024polemik tari wiranjayatari wiranjaya
Previous Post

Lansia dan Banjar

Next Post

Ubud Village Jazz Festival: Seratus Persen Panggung untuk Musik Jazz

Made Adnyana Ole

Made Adnyana Ole

Suka menonton, suka menulis, suka ngobrol. Tinggal di Singaraja

Next Post
Ubud Village Jazz Festival: Seratus Persen Panggung untuk Musik Jazz

Ubud Village Jazz Festival: Seratus Persen Panggung untuk Musik Jazz

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • ”Married by Accident” Bukan Pernikahan Manis Cinderella

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Duel Sengit Covid-19 vs COVID-19 – [Tentang Bahasa]

    11 shares
    Share 11 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

ORANG BALI AKAN LAHIR KEMBALI DI BALI?

by Sugi Lanus
May 8, 2025
0
PANTANGAN MENGKONSUMSI ALKOHOL DALAM HINDU

— Catatan Harian Sugi Lanus, 8 Mei 2025 ORANG Bali percaya bahkan melakoni keyakinan bahwa nenek-kakek buyut moyang lahir kembali...

Read more

Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

by Teguh Wahyu Pranata,
May 7, 2025
0
Di Balik Embun dan Senjakala Pertanian Bali: Dilema Generasi dan Jejak Penanam Terakhir

PAGI-pagi sekali, pada pertengahan April menjelang Hari Raya Galungan, saya bersama Bapak dan Paman melakukan sesuatu yang bagi saya sangat...

Read more

HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

by Sugi Lanus
May 7, 2025
0
HINDU MEMBACA KALIMAT SYAHADAT

— Catatan Harian Sugi Lanus, 18-19 Juni 2011 SAYA mendapat kesempatan tak terduga membaca lontar koleksi keluarga warga Sasak Daya (Utara) di perbatasan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

Bimo Seno dan Dolog Gelar Pertandingan Tenis Lapangan di Denpasar

April 27, 2025
Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

Kebersamaan di Desa Wanagiri dalam Aksi Sosial Multisektor Paras.IDN dalam PASSION Vol.2 Bali

April 23, 2025
Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

Menghidupkan Warisan Leluhur, I Gusti Anom Gumanti Pimpin Tradisi Ngelawar di Banjar Temacun Kuta

April 22, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra
Panggung

“Jalan Suara”, Musikalisasi Puisi Yayasan Kesenian Sadewa Bali dan Komunitas Disabilitas Tunanetra

SEPERTI biasa, Heri Windi Anggara, pemusik yang selama ini tekun mengembangkan seni musikalisasi puisi atau musik puisi, tak pernah ragu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman
Khas

Mengenang Perupa I Gusti Made Peredi dan Karya-karyanya yang Membingkai Zaman

TAK salah jika Pemerintah Kota Denpasar dan Pemerintah Provinsi Bali menganugerahkan penghargaan kepada Almarhum I Gusti Made Peredi, salah satu...

by Nyoman Budarsana
May 6, 2025
“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng
Khas

“Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

DULU, pada setiap Manis Galungan (sehari setelah Hari Raya Galungan) atau Manis Kuningan (sehari setelah Hari Raya Kuningan) identik dengan...

by Komang Yudistia
May 6, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [14]: Ayam Kampus Bersimbah Darah

May 8, 2025
Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

Perempuan di Mata Mak Kaeh | Cerpen Khairul A. El Maliky

May 4, 2025
Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

Puisi-puisi Gimien Artekjursi | Tentang Harimau Jawa

May 4, 2025
Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

Poleng | Cerpen Sri Romdhoni Warta Kuncoro

May 3, 2025
Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

Puisi-puisi Muhammad Rafi’ Hanif | Kenang-Kenangan Seorang Mahasiswa

May 3, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co