26 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Ngobral di Ngobrol Seni: Ketika Yudane, Tan Lioe Ie, Putrayasa dan Kun Adnyana Bicara Seni

Geg Ary SuharsanibyGeg Ary Suharsani
February 5, 2024
inKhas
Ngobral di Ngobrol Seni: Ketika Yudane, Tan Lioe Ie, Putrayasa dan Kun Adnyana Bicara Seni

Wayan Jengki Sunarta (moderator), Tan Lioe Ie, Wayan Gde Yudane, Ketut Putrayasa, Kun Adnyana | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

SABTU, 27 Januari 2024 bagi saya menjadi malam minggu yang tak biasa. Pikiran itu melintas sebelum acara dimulai. Dalam hati saya menduga-duga seperti apa acara Ngobrol Seni yang diadakan oleh Katuda Outsider Art di Dalam Rumah Community Hub, akan berlangsung? Apakah akan berjalan seru, karena empat narasumber yang tidak perlu diragukan lagi kemampuannya? Ataukah akan berlangsung pasif, karena hadirin segan mengajukan pendapat?

Sebelum pertanyaan itu terjawab, saya justru dihadapkan pada kenyataan yang lain: hujan lebat mengguyur kota Denpasar! Bukan hanya sekadar lebat, kali ini dilengkapi dengan petir guntur yang sambar menyambar saling bersahutan. Saya yang saat itu bersiap untuk berangkat ke lokasi acara akhirnya harus menunda sejenak, duduk manis di beranda rumah sambil memperhatikan got depan rumah, gelagapan menerima serbuan air yang terlihat begitu liar dan haus penyaluran.

Satu pertanyaan melintas lagi di kepala saya, apakah narasumber akan tetap hadir? Apakah akan ada orang yang datang jika hujan lebat berkawan petir itu akan terus berlangsung? Saat intensitas petir mulai berkurang, usai mengenakan mantel hujan, saya berangkat menuju DR, sapaan akrab untuk Dalam Rumah. Setelah melewati banjir di beberapa bagian jalan dan kendaraan yang merayap pelan, akhirnya saya tiba di lokasi. Ternyata parkiran DR penuh, dari luar saya mendengar riuh suara percakapan.

Penyair April Artison dan pelukis Made Budhiana | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Dwitra J Ariana, Iwan Darmawan dan Rudi Waisnawa di tengah acara diskusi | Foto: Phlayasa Sukmakarsa

Memasuki areal outdoor DR, saya melihat tiga narasumber sudah datang, yaitu I Wayan Gde Yudane, Tan Lioe Ie dan I Ketut Putrayasa. Masih di meja yang sama, terlihat Pranita Dewi yang malam itu menjadi pengisi acara serta Wayan ‘Jengki’ Sunarta, sang moderator. Di sekitar mereka sudah hadir pula beberapa peserta diskusi, bahkan saat itu sepertinya mereka telah mulai melakukan diskusi, padahal acara belum pula dimulai.

Hujan masih mengguyur, satu lagi narasumber yaitu Wayan ‘Kun’ Adnyana, belum hadir. Kami masih menanti, namun tak lama kemudian, sebuah mobil SUV berwarna hitam, berhenti di depan DR, kemudian turunlah Kun, yang malam itu mengenakan topi hitam dan menenteng tumbler berwarna abu-abu. Lengkap sudah seluruh narasumber. 

Made Ariani dari DR pun membuka acara. Dia mempersilakan Gede Mas Saputra selaku pemilik DR dan Ari Antoni dari Katuda Outsider Art selaku penyelenggara acara untuk memberikan sambutan kepada para hadirin. Tak perlu berlama-lama, Ariani kemudian menyerahkan jalannya acara kepada Jengki.

Pukul 20.08 WITA, Jengki dan seluruh narasumber telah duduk di hadapan para peserta diskusi. Tiap narasumber menyampaikan pandangan mereka tentang seni dengan fokus yang berbeda sesuai dengan kompetensi masing-masing.

Jujur, bagi saya Jengki selaku moderator cukup cerdik dalam menggerakkan arah diskusi. Saat mempersilakan Tan Lioe Ie berbicara, Jengki mengarahkan pada bagaimana akar kultur pada sebuah karya seni. Lioe Ie kemudian menjawab dengan memberikan contoh pada salah satu karyanya yang lekat dengan budaya Tionghoa. Sastrawan ini mencontohkan salah satu puisinya yang berjudul Nenek, dan membacakan puisi tersebut. Puisi ini sekaligus juga untuk memberikan tanggapan atas pandangan dari Tommy F. Awuy, yang juga hadir malam itu.

Menyambung perihal akar kultur dalam satu karya seni, Gde Yudane, sebagai seorang komposer, menampilkan karya terbarunya, berkolaborasi dengan Pranita Dewi. Setelah mempersiapkan laptop dan menyesuaikan sound system, musik mengalun dan Pranita tampil membacakan puisi dalam bahasa Inggris. Hadirin hanyut dalam bauran alunan musik dan suara Pranita.

Tan Lio Ie dan Wayan Westa | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Masing-masing narasumber diberikan waktu selama 10 menit untuk pemaparan oleh Jengki, karena Jengki akan memberikan lebih lama waktu untuk berdiskusi. Mic beralih ke Putrayasa yang merupakan seorang perupa yang produktif dan aktif menyampaikan kritik sosial melalui karya instalasinya. Salah satu pernyataan Putrayasa yang masih saya ingat adalah tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan kata-kata dan bahasa.

Kun Adnyana, sebagai seorang akademisi sekaligus seniman, merupakan narasumber yang lengkap menurut saya. Dan memang benar, melalui tanggapan-tanggapan yang tegas dan jelas, pandangannya malam itu menjadi pandangan yang merangkum seluruh pendapat dari tiga narasumber.

Saya sendiri menyimpulkan bahwa pada diskusi ini Kun justru melihat apa saja yang diperlukan oleh dunia seni dan apa yang bisa diberikan oleh institusi seni untuk menjawab hal-hal yang diperlukan oleh dunia seni. Kun merangkum dan mencatat celah tersebut.

Pranita Dewi | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Heri Windi Anggara | Foto: Phalayasa Suksmakarsa

Jeda sejenak sebelum acara diskusi, Heri Windi Anggara menampilkan musikalisasi puisi berjudul “Ngigau” karya Frans Nadjira dan “Melodia” karya Umbu Landu Paranggi. Heri tampil begitu apik. Dia terlihat menyatu dengan kedua puisi tersebut. Sangat menghayati.

Malam makin larut, Jengki sang nahkoda diskusi makin merajarela. Dia memanggil satu persatu nama hadirin dan mempersilakan untuk menyampaikan apapun yang ada dipikiran terkait seni. Suasana makin hangat. Ruangan yang penuh oleh hadirin membuat acara ngobrol makin seru, karena tak jarang terdengar suara tepuk tangan saat salah seorang yang dipanggil namanya menyampaikan pendapat.

Seperti halnya saat Ketut Yuliarsa menyampaikan pendapatnya, terkait penyerahan kepada tiap individu serta saat Made Budhiana menyampaikan tentang pada ngobrol seni kita bisa ngobral seni, menyampaikan semua hal tentang seni.

Tommy F. Awuy | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Geg Ary Suharsani (penulis, pegang mik) | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Kun Adnyana dan Iwan Darmawan | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Tepuk tangan hadirin pun tak kalah ramai saat seorang laki-laki bertopi, yang jujur tidak familiar bagi saya, menyampaikan apresiasi untuk Kun Adnyana, karena sebagai seorang rektor bersedia turun berdiskusi secara santai di ruang yang jauh dari kesan formal. Dan anak muda itu berharap agar diskusi semacam ini bisa juga dilakukan di kampus.

Hujan telah lama reda, kursi-kursi di ruang outdoor DR telah penuh sedari tadi. Pendapat-pendapat yang disampaikan oleh peserta diskusi ditanggapi dengan pas oleh narasumber. Pendapat yang tak kalah menarik hadir juga dari Mira Astra yang mempertanyakan sejauh mana keseniman bermanfaat bagi sekitar, serta pendapat dari Pranita yang memandang bahwa kadang seorang penulis terlalu cepat menggunakan senjata terakhir dalam tata bahasa pada satu karya mereka.

Wayan Gde Yudane dan Ketut Putrayasa | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Kun Adnyana | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Waktu menyentuh pukul 23.20 WITA, lewat satu jam dari jadwal diskusi. Namun terlihat para peserta dan narasumber masih memiliki amunisi untuk mengobrolkan pendapat dan pandangan mereka. Made Ariani memberikan kode pada Jengki untuk menutup obrolan malam itu. Jengki pun mengiyakan, dia menutup acara, namun tetap mempersilakan para hadirin untuk melakukan diskusi setelah diskusi.

Tepuk tangan yang meriah dan foto bersama nan sumringah menutup Ngobrol Seni malam itu. Saya melihat, ada semacam kerinduan untuk saling melepas pendapat dalam ruang diskusi non formal semacam ini. Tanpa batasan apa-apa, tak harus jaga image, tanpa harus memusingkan apa hasil obrolan kami malam itu. Semua ngobrol dan ngobral dengan lepasnya, selepas tawa seluruh hadirin.

Namun saya yakin, seluruh narasumber dan juga hadirin, pulang dengan membawa bekal dan kesimpulan untuk karya mereka ke depannya. Apa yang harus mereka lakukan, kekosongan apa yang harus mereka isi.

Meminjam tanggapan dari Yuliarsa: kita serahkan pada para analytical mind, memformatnya untuk kepentingan masing-masing. [T]

Foto bersama narasumber dan peserta diskusi | Foto: Phalayasa Sukmakarsa

Tags: apresiasi senidiskusi seniKetut PutrayasaProf. Kun AdnyanaSeniTan Lioe IeWayan Gde Yudane
Previous Post

77 Tahun HMI: Membaca Kembali Pemikiran Lafran Pane

Next Post

Menunggu Karisma Pariwisata dari KEN 2024

Geg Ary Suharsani

Geg Ary Suharsani

penulis karya jurnalistik dan sastra

Next Post
Efek “Frugal Living” dalam Pariwisata

Menunggu Karisma Pariwisata dari KEN 2024

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co