WISATA kebugaran atau wellness tourism menjadi jenis wisata yang sangat potensial dikembangkan untuk meningkatkan loyalitas wisatawan berkunjung ke Bali. Kearifan local Bali seperti pewacakan, mandi kembang hingga minum loloh menjadi kekuatan wellness tourism di Bali sehingga banyak usaha spa yang memiliki pelanggan setia baik dari kalangan rakyat jelata hingga public figure.
Ida Ayu Rusmini dari Usadha Puri Damai, seorang penyelenggara jasa wellness tourism berbagi pengalamannya pada focus group discussion (FGD) bertajuk “Development of Spa & Wellness Tourism in Bali” di Kampus Unud, Jalan Sudirman Denpasar, Sabtu (11/ 11).
Dijelaskan, public figure yang menjadi pelanggan paket wellness tourism yang ditawarkan Usadha Puri Damai mulai dari perdana Menteri negara sahabat hingga actor film Hollywood.
“Mereka sangat menikmati kegiatan pewacakan, atau melukat di pantai dan mereka mengakui dirinya menjadi lebig tenang,” ujar Ida Ayu Rusmini.
Wellness tourism yang ditawarkan Usadha Puri Damai berdurasi sekitar 10 hari, seluruh wisatawan yang berkenan mengikutinya akan disambut dan ditreatment dengan sistem pengobatan tradisional Bali dan juga dipadukan dengan kegiatan meditasi dan yoga.
Wisatawan, lanjut Ida Ayu Rusmini, akan diobservasi melalui penerawangan/pewacakan menggunakan intuisi, dan selanjutnya diobati dengan menarik kekuatan yang ada dialam (bhuana agung) ke tubuh manusia (bhuana alit). “98% wisatawan merasakan kepuasan pengalaman mengikuti upacara pemebersihan diri dan jiwa ala Bali yang kami tawarkan. Inilah kekuatan utama wellness tourism di Bali” tuturnya
.
Ketua Pusat Unggulan Pariwisata (PUPAR) Unud Dr. Agung Suryawan Wiranatha menjelaskan FGD tersebut diikuti 25 peserta orang terdiri dari pelaku, akademisi dan manajemen hotel. Kegiatan ini Kerjasama Unud dengan Universite Bretagne Sud, Prancis melalui skim dana hibah penelitian luar negeri atau UNISERF (Udayana University International Senior Researcher Fellowship).
UNISERF ini Kerjasama peneliti PUPAR Unud Prof. Dr.Ir. I Gusti Ayu Oka Suryawardani, M.Mgt.,Ph.D. dan Guru Besar Universite Bretagne Sud, Prancis Prof. Christine PETR. Dijelaskan, UNISERF dengan tema wellness tourism ini ditujukan untuk meningkatkan diversifikasi dan kualitas daya tarik wisata di Bali sehingga pariwisata Bali dapat memberikan pengalaman yang lebih baik dan berkesan bagi wisatawan.
FGD yang dipandu peneliti pariwisata Dr. Irma Rahyuda, A.Par, M.M., M.Par. M.Rech dihadiri pula Spa Director The Westin Resort Nusa NLP. Sushantini; Guru Besar Unud Prof. Dr. rer.net. Drs. I Made Agus Gelgel Wirasuta, Apt., M.Si.; The owner Puri Bagus Jati Health & Wellbeing Retreat), Rahma Susanti (Jumeirah Hotel), Yunan Sumiati & Yvonne Angraini (Fivelements Retreat Bali), Yanti Rosita Spa Director The St. Regis Hotel), Ni Kadek Eka Citrawati dan Mamik (Bali Alus), Ranti (PT Jagat Makmur); Putu Ekayani (Balai Besar POM Denpasar), Ngakan Triariawan (Dispar Badung), Ida Ayu Candrawati (Dispar Bali), Agung sri Gayatri dan Ni Putu Aris C. (Dispar Gianyar) serta sejumlah peneliti PUPAR Unud.
Sushantini mengakui apapun terkait Bali pasti memiliki branding yang kuat di benak wisatawan. Bali memiliki positioning khusus karena wisatawan akan mampu membedakan pengalam berwisata termasuk menikmati Spa di Bali ketimbang negara lain seperti Thailand dan India. Sementara pelaku bisnis Spa lainnya Yunan Sumiati menambahkan bahwa wisatawan menikmati spa tidak tergantung pada brand terkenal tetapi mereka mencari menikmati produk lokal untuk perawatan wajah, kulit dan badan ataupun sekedar melepas Lelah.
Kendati demikian, Putu Ekayani mengingatkan pengelola spa harus mengurus perizinan untuk pemanfaatan dan distribusi produk spa sebagai upaya perlindungan konsumen dan peningkatan nilai tambah produknya.
“Jangan khawatir BBPOM memiliki program khusus yakni keringanan fasilitas dalam proses pengajuan ijin seperti potongan harga untuk uji laboratorium,” tuturnya. Dia mendukung pengembangan dan pemanfaatan produk lokal dalam meningkatkan kualitas wellness tourism di Bali.
Kalangan pemerintah daerah baik pemerintah kabupaten dan provinsi di Bali juga menyatakan kegembiraannya atas berkembangnya bisnis Spa pada destinasi wisata Utama di Indonesia ini. Spa banyak yang dikelola dalam satu manajemen dengan hotel sehingga spa sudah menjadi kebutuhan penting dalam melayani wisatawan. “ Hingga September 2023 ada 376 Spa di Kabypaten Badung yang sebagian besar dibuka di hotel berbintang,” tegas Triariawan dari Dispar Badung.
Sementara Bagus Sudibya menuturkan pelaku wellness tourism dituntut memiliki pengetahuan lebih terkait penggunaan bahan-bahan lokal untuk Kesehatan dan kecantikan. “Peningkatan ketrampilan melakukan treatment dan memberikan penjelasan terkait makna yang terkandung di dalammnya menjadi penting,” tegasnya.
Bagus Sudibya menyatakan pihaknya mengundang ahli wellness tourism dari luar negeri untuk meningkatkan kemampuan karyawannya. Semntara itu Prof. Gelgel Wirasuta mengajak pelaku wisata wellness tourim untuk Bersatu membuat brand khusus tentang wellness tourism di Bali. Kadek Citrawati setuju. Dengan harapan itu, hanya saja dia mengajukan syarat agar stakeholder wellness tourism di Bali mengutamakan pemanfaatan produk lokal. “Mari kita mengembangkan wellness tourism dengan bangga memanfaatkan produk spa yang diproduksi di Bali,” pungkasnya. [T][Ado/*]