17 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

“Batik Bisa Bicara Tentang Ekofeminisme” — Membidik Suara Alam Yogyakarta untuk Dunia Pendidikan

Luh Putu SendrataribyLuh Putu Sendratari
October 26, 2023
inEsai
“Batik Bisa Bicara Tentang Ekofeminisme” — Membidik Suara Alam Yogyakarta untuk Dunia Pendidikan

Batik Tulis Bahan Masuk pada Isu Ekofeminisme / Foto: Sendratari

BATIK berasal dari kata ambatik yang artinya adalah sebuah kain yang memiliki banyak titik. Akhiran dari kata batik yaitu tik artinya adalah titik atau ujung yang digunakan untuk membuat sebuah titik. .Jika mendengar kata batik tidak bisa lepas dari Yogyakarta – Batik identik dengan Yogya. Walaupun anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar karena batik bukan hanya dikenal dalam budaya masyarakat Yogya.

Sederetan nama daerah di Indonesia memiliki karya seni batik yang telah menjadi identitas masing-masing. Sebut saja Ponorogo (Jawa Tengah) dengan sebutan batik wengker; batik Cirebon yang populer dengan batik mega mendungnya; batik Yogyakarta dan Solo yang terkenal dengan batik Sogannya yang konon sangat digemari oleh Presiden Jokowi; batik Pekalongan yang memiliki ke khasan motif alam pesisirnya; batik Jepara yang terkenal dengan batik Kartini yang kaya dengan beragam motif flora dan fauna; batik Desa Sidomukti, Magetan yang terkenal dengan batik Pring Sedapur yang bermotifkan bambu dengan warna cerah; batik Betawi yang terkenal dengan warna-warna meriah dengan mengusung tradisi dan alam Jakarta; Batik Papua dengan motif Asmat, motif batik Cendrawasih yang menjadi ikon Papua yang terinspirasi dari keindahan burung Cendrawasih.

Daerah-daerah di Indonesia yang memproduksi batik sesungguhnya ikut berkontribusi atas munculnya gagasan hari batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober. Penetapan ini bisalah dipahami sebagai penguatan identitas ke-Indonesiaan berkekuatan hukum yang ditetapkan mulai tanggal 2 Oktober 2009 melalui Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 33 Tahun 2009. Seiring dengan keputusan ini, muncul pula pengakuan PBB (Unesco) atas batik sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity (Warisan Budaya Takbenda). Dengan demikian, batik Indonesia digolongkan bukan sebagai produk atau komoditas (tangible) melainkan sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang kaya akan simbolisme, dan aspek sosial dan spiritual ( https://lifestyle.kompas.com/read/2023/10/02/092621620/hari-batik-nasional-sejarah-pengertian-dan-keragaman-motif?page=2).

Ada tiga hal yang telah dipenuhi batik sebagai warisan budaya tak benda karena telah bermuatan 3 hal yakni tradisi lisan, praktik sosial dan keterampilan tradisional. Ketiga bisa menjadi pintu pembuka dalam mengkaitkan keberadaanya dengan kepentingan dunia pendidikan.

Mengapa Yogya,Pendidikan dan Batik?

Predikat Yogya sebagai kota pendidikan bukanlah pemberian atau bukan sesuatu yang turun dari langit, namun memiliki jejak historis yang amat panjang. Dikenalnya tradisi padepokan yang telah dilaksanakan dari sejak zaman kuno dari sejak abad pertama sampai tahun 1500 Masehi menjadi embrio dari terbangunnya iklim pendidikan. Saat itu, guru dengan sebutan pendeta menjadi sumber belajar yang utama. Berlanjut di tahun 1800-1900 Masehi, muncullah model pendidikan berbasis keraton. Keraton sebagai tempat berkumpulnya para kerabat dan rakyat mendapat sentuhan pendidikan etika, dan pembersihan batin.

Di abad itu pengaruh Belanda tergolong intensif, sehingga materi pelajaran yang diberikan di lingkungan keratonpun terkena pengaruh Belanda yakni pengetahuan bidang politik, pertanian, bahasa dan seni budaya. Jejak peninggalan Belanda di Yogyakarta masih bisa dilacak dari keberadaan SMPN 5 Yogyakarta dan SMAN 3 Yogyakarta. Kedua sekolah itulah menjadi saksi bahwa nafas pendidikan di kota ini bukan hal yang baru. Di tahun 1900 sampai detik-detik kemerdekaan Indonesia di Yogyakarta telah muncul organisasi Budi Utomo yang berpusat di Jakarta, namun berkembang sampai di Yogyakarta.

Melalui Kiai Haji Ahmad Dahlan berdirilah sekolah berbasis Muhammdyah Tahun 1912 yang dilanjutkan dengan pendirian Perguruan Taman Siswa di tahun 1922 oleh Ki Hajar Dewantara yang mengantarkan kita mengenal yang namanya Hari Pendidikan Nasional yang kita rayakan setiap tanggal 2 Mei, ternyata embrionya ada di Yogya, tak pelak peristiwa pendidikan yang telah menyejarah menjadi penguat atas predikat Yogyakarta sebagai kota pendidikan.

Kehadiran batikpun menyejarah dalam deru nafas kota Yogya. Lihatlah gambar di bawah ini tentang contoh aktivitas membatik yang dilakukan secara sederhana. Nilai karakter yang tersimpan dalam gambar berkitan dengan karakter ketekunan, kerja keras, cinta tanah air. Setidaknya ketiga komponen itu menjadi pondamen dalam menjaga keutuhan bangsa.
.

Gambar 01: Pengerjaan Batik secara Tradisional / Sumber: https://www.amesbostonhotel.com/seni-batik/ / Diakses Oktober 2023

Aktivitas membatik, yang secara sederhana diartikan sebagai kegiatan melukis titik-titik dalam selembar kain diakui sebagai aktivitas yang sudah dikenal oleh umat manusia sejak berabad-abad silam yang kalau dilacak oleh para histomania dikatakan berasal dari Sumaria. Tentu perjalanannya sampai di Indonesia melalui interaksi antar manusia yang melintas melalui mobilitas penduduk antar benua dan melalui aktivitas perdagangan.

Bertumbuhnya batik di Jawa Tengah/Yogyakarta pun tidak bisa lepas dari jejak sejarah yang ditinggalkan di Candi Ngrimbi dekat Jombang di mana terdapat relief tentang Raden Wijaya/pendiri Kerajaan Majapahit yang menggunakan batik motif Kawung. Akhirnya batik menjadi bagian dari kehidupan budaya masyarakat Jawa Tengah. Popularitas batik kiranya telah mampu membawa Yogya bisa bicara di level dunia. Saat ini, batik sudah melampaui batas negara dan kiranya sudah mendapat pengakuan sebagai unsur kebudayaan yang sudah mampu menembus batas gengsi tanpa melihat status orang.

Steriotyp batik identitik dengan ke desaan sudah tidak relevan lagi `karena dia sudah keluar dari steriotyp yang merendahkan tetapi justru saat ini sudah berdiri sebanding dengan unsur budaya lain. Setidaknya, itulah potret yang penulis temukan ketika beberapa hari yang lalu berkesempatan beranjang sana berkunjung ke Sekolah Pascasarjana (Graduate School ) Universitas Negeri Yogyakarta. Sebelum tiba di areal kampus, aroma batik sebenarnya sudah dilihat di sepanjang Malioboro. Batik bertebaran di mana mana, dari kelas emperan sampai kelas butik.

Orang-orang dari berbagai penjuru daerah datang ke Yogya selalu menyempatkan diri mencari pakaian batik. Misalnya, Putu Herry Suwitro dan Wayan Kardi dua orang Bali dalam rangka tugas dinas datang ke Yogya di sela-sela kegiatan ternyata tidak lupa menyisakan waktu memburu batik. Merambah Malioboro adalah lokasi yang ideal dan dipandang sebagai lokasi yang “aman” dalam memburu batik. Sejauh kaki melangkah menelusuri jalur pertokoan Maliboro dapat dikata batik menjadi nafas yang menghidupi masyarakat Yogya.

Para pedagang sangat tanggap menangkap selera pasar yang dapat memenuhi hasrat para konsumen dari berbagai kalangan, sehingga masyarakat bawah pun tidak sulit merasakan sensasi berbatik untuk sebuah rasa keindahan, kemewahan sebagaimana layaknya para bangsawan menggunakan batik sebagai penguat status sosialnya. Tak pelak, batik pun kini telah bergerak menjadi budaya pop dalam bentuk busana yang mulai digemari oleh anak-anak muda yang merasa batik telah mengakomodasi selera mereka – generasi Z dengan motif batik yang miliniel dengan warna yang sesuai dengan jiwa merdeka mereka.

Setidaknya, itulah yang informasikan oleh Mbak Marita tenaga kependidikan Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta: “batik sekarang sudah tidak lagi untuk orang-orang tua, generasi muda sudah tidak gengsi memakai batik, mereka suka karena warnanya tidak kusam, motifnya sesuai selera mereka”. Seorang pemuda Yogya, wakil generasi Z bernama Andre yang penulis temui mengatakan: “kini batik sudah ikut jadi milik generasi Z, ada batik motif bola dengan logo Barcelona – itu milenial banget”

Gambar : 02 Berbincang Bersama Andre tentang Batik Yogya / Sumber: Desak Made Darmawati, Oktober 2023

Batik dijadikan sebagai penguat identitas Nasional ketika berhadapan dengan bangsa lain diakui oleh Dr. Gede Ari Yudasmara, dosen Undiksha sebagai hal yang sudah biasa dia lakukan. Dan, dia merasa sangat Indonesia ketika memakai kemeja batik. Kiranya tidak cukup mendudukkan batik hanya sebatas warisan budaya tak benda yang diproduksi, dikembangkan motifnya, bahan dasarnya untuk pelengkap gaya hidup, dijadikan alat penguat identitas, namun tidak dilembagakan dalam koridor dunia pendidikan.

Artinya batik sebagai ikon Yogyakarta yang keduanya menyejarah dalam lintas waktu dan peristiwa harusnya terintegrasi dalam nafas pendidikan. Batik bisa dijadikan sumber belajar, bukan sebatas di Yogyakarta, namun di berbagai wilayah di Indonesia baik yang sudah kenal batik maupun yang masih asing. Pengungkapan sisi lain dari keberadaan batik menjadi hal menarik untuk dijadikan sumber belajar. Dari awal kehadiran batik sudah berbicara tentang keselarasan kehidupan alam dengan manusia melalui bahan dasar maupun motif-motifnya. Hal inilah bahan dasar untuk masuk ke pemahaman ekofeminisme karena batik menyimpan pesan tentang keselarasan hubungan manusia dengan alam yang diwakili dengan motif yang bernuansa alam yang secara semiotik mengirim keindahan.

Batik bisa mewakili konsep ekofeminisme alam yang memanggil manusia untuk melakukan perawatan terhadap segala unsur alam (flora, fauna, bebatuan, karang, air dll) sebagaimana pensifatan feminin. Dalam konteks inilah batik layak dihadirkan sebagai sumber belajar ditengah-tengah kerisauan manusia tentang fenomena kerusakan alam semesta. Bahan untuk masuk ke isu feminisme melalui batik dapat dimulai dari koleksi batik tulis yang sangat kaya dengan motif yang bersuara alam. Gambar 03 diambil dari pajangan pada loby Gedung Pasca sarjana UNY (Universitas Negeri Yogyakarta) yang bisa menjadi contoh bahan sumber belajar tentang isu ekofeminisme.

.

Gambar 03 dan 04: Batik Tulis Bahan Masuk pada Isu Ekofeminisme / Sumber : Sendratari, Oktober 2023

Caranya bagaimana? Pengintegrasian batik sebagai sumber belajar di jenjang SD sampai Perguruan Tinggi bisa dilakukan. Model pembelajaran yang digunakan pun bisa bermacam-macam sesuai tujuan pembelajarannya. Saat ini gema kurikulum merdeka telah menjadi bagian dari perubahan politis dalam dunia pendidikan. Kreativitas belajar dan mengajar diarahkan kepada kemandirian murid di satu sisi, kecerdasan multidimensi yang dituntut bagi para guru.

Belajar tentang batik menjadi opsi dalam pembelajaran di era Merdeka Belajar. Menjadi Pelajar Pancasila yang berpijak pada 6 ciri (beriman, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, bernalar kritis dan kreatif) bisa dicapai melalui Batik. Setidaknya model pembelajaran berbasis projek menjadi pilihan yang bisa dicobakan. Model pembelajaran berbasis masalah juga bisa dilakukan lewat batik. Ketika batik dilihat dalam perkembangan tentang munculnya pabrik batik. Pembentukan karakter siswa sebagaimana misi pemerintah lewat rancangan grand design pendidikan karakter pun bisa dicobakan dengan memakai batik sebagai sumber belajar.

Ada beberapa tahapan kerja dalam melakukannya aktivitas projek dalam pembelajaranya untuk anak didik yakni : 1) Pilih Fenomena tentang Batik; 2) susun pertanyaan dan daftar tindakan; 3) Discovery, buat pertanyaan pelajaran yang dapat diambil beserta tindakannya; 4) Rumuskan dream (mimpi) lewat pertanyaan dan design tindakan merealisasi mimpi; 5) Atur eksekusi (delivery).

Tahapan belajar berbasis proyek setidaknya akan membiasakan diri bagi anak untuk memupuk kemandirian dan membangun kepuasan belajar. Sementara di pihak guru ada dorongan adaptif dan kreatif untuk merancang dan mengevaluasi beragam proyek yang memberi pengalaman hidup bagi siswa. Pelajaran bisa diawali lewat meminta siswa menonton tayangan youtube berikut tentang batik.

  • https://www.youtube.com/watch?v=5J1nVkN-oXA&t=43s ;
  • https://www.youtube.com/watch?v=r55cvnY20dE ;
  • https://www.youtube.com/watch?v=WUBqVQvh_gY ;

Belajar lewat Batik = Berbuah Pengetahuan Lintas Kultur dan Membangun Inspirasi.

Tags: batikYogyakarta
Previous Post

Lulus Tetapi Tidak Naik Kelas

Next Post

Wayang dan Elektron: Metafora Keseimbangan dan Spektrum Energi Dalam Wayang Kayonan

Luh Putu Sendratari

Luh Putu Sendratari

Prof. Dr. Luh Putu Sendratari, M.Hum., guru besar bidang kajian budaya Undiksha Singaraja

Next Post
Kepopuleran Pengundang Leak Dalam Wayang Calonarang

Wayang dan Elektron: Metafora Keseimbangan dan Spektrum Energi Dalam Wayang Kayonan

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Ulun Pangkung Menjadi Favorit: Penilaian Sensorik, Afektif, atau Intelektual?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Rasa yang Tidak Pernah Usai

by Pranita Dewi
May 17, 2025
0
Rasa yang Tidak Pernah Usai

TIDAK ada yang benar-benar selesai dari sebuah suapan terakhir. Kadang, bukan rasa yang tinggal—tapi seseorang. Malam itu, 14 Mei 2025,...

Read more

Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

by Gading Ganesha
May 17, 2025
0
Mencari Bali Menemukan Diri — Ulasan Buku “Dari Sudut Bali” Karya Abdul Karim Abraham

PULAU Bali milik siapa? Apa syarat disebut orang Bali? Semakin saya pikirkan, semakin ragu. Di tengah era yang begitu terbuka,...

Read more

‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

by Hartanto
May 16, 2025
0
‘Narasi Naïve Visual’ Ni Komang Atmi Kristia Dewi

KARYA instalasi Ni Komang Atmi Kristia Dewi yang bertajuk ; ‘Neomesolitikum’.  menggunakan beberapa bahan, seperti  gerabah, cermin, batu pantai, dan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

Mosphit Skena Segera Tiba, yang Ngaku-Ngaku Anak Skena Wajib Hadir!

May 7, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar
Panggung

Literasi Film untuk Keluarga: Anak-anak Menonton Sekaligus Belajar

AMFLITEATER Mall Living World, Denpasar, ramai dipenuhi pengunjung. Sabtu, 10 Mei 2025 pukul 17.40, Tempat duduk amfliteater yang bertingkat itu...

by Hizkia Adi Wicaksnono
May 16, 2025
Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa 
Kuliner

Sariasih dan Manisnya Jaja Sengait Gula Pedawa

ADA beberapa buah tangan yang bisa kalian bawa pulang untuk dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke Singaraja Bali. Salah satunya adalah...

by I Gede Teddy Setiadi
May 16, 2025
45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati
Kuliner

45 Tahun Rasa itu Tak Mati-mati: Ini Kisah Siobak Seririt Penakluk Hati

SIANG itu, langit Seririt menumpahkan rintik hujan tanpa henti. Tiba-tiba, ibu saya melontarkan keinginan yang tak terbantahkan. ”Mang, rasanya enak...

by Komang Puja Savitri
May 14, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

Ambulan dan Obor Api | Cerpen Sonhaji Abdullah

May 11, 2025
Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

Bob & Ciko | Dongeng Masa Kini

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co