Catatan: Artikel ini adalah juara harapan kedua dalam Lomba Menulis Artikel Nasional Dharma Wanita Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam rangka memperingati Hari Kartini 2022
SAYA MAHASISWI Pendidikan Teknik Informatika tingkat akhir di sebuah kampus negeri di Singaraja, Bali. Selama saya belajar di kampus, sebagai seorang perempuan, tak jarang saya mendapat ujaran yang bernada “meremehkan”—misoginis.
Saya selalu dibanding-bandingkan dengan teman-teman laki-laki saya. Katanya, dalam bidang IT, paling mentok perempuan hanya bisa membuat poster atau paflet—yang lebih menyedihkan, “Paling-paling kamu hanya bisa membuat power point”.
Padahal, ada banyak perempuan yang bekerja dalam—dan mempelopori—teknologi informasi, tetapi dipersulit oleh berbagai norma dan kebijakan patriarkis, dan dihilangkan dari sejarah.
Kita tahu perempuan-perempuan pelopor teknologi seperti Ada Lovelace, pencipta program komputer pertama di abad ke-19; Hedy Lamarr, penemu teknologi frequency hopping pada zaman Perang Dunia yang digunakan sebagai dasar teknologi bluetooth; Katherine Johnson yang menangani berbagai kalkulasi rumit NASA dan banyak perempuan “human computer” lainnya.
Saat ini bidang IT memang didominasi laki-laki, hanya segelintir perempuan yang terlihat. Namun, sebagaimana digambarkan dalam buku dan film Hidden Figures, mayoritas programer komputer dulu adalah perempuan—bahkan (Light, 1999) istilah “komputer” pada zaman dahulu merujuk ke ratusan, ribuan perempuan komputer hidup ini.
Saya tidak kaget akan hal itu. Sebab peradaban kita ini seakan memang hanya “dunia lelaki”—yang mengubahnya masih memerlukan beberapa kali revolusi lagi. Perempuan, dalam hal apapun, seakan masih dianggap sebagai manusia “nomor dua” setelah laki-laki—termasuk dalam hal literasi digital.
Pada Kamis, 20 Mei 2021, Kementerian Komunikasi dan Informatika meluncurkan Program Literasi Digital Nasional dengan tema “Indonesia Makin Cakap Digital 2021” di Hall Basket Senayan.
Sepengetahuan saya, program ini meluncurkan empat kerangka yaitu, Digital Skills, Digital Safety, Digital Ethics, dan Digital Culture, serta tiga kerangka dalam menyusun program untuk tiga komponen masyarakat: Digital Society, Digital Economy, dan Digital Government.
Lalu, perempuan bisa apa?
Adanya program “Literasi Digital Nasional” ini merupakan kesempatan bagus bagi perempuan untuk tampil dan berperan dalam menyukseskannya. Perjalanan sejarah menunjukkan banyak tokoh perempuan yang tampil dalam mewujudkan perubahan, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat.
Namun, persoalannya adalah bagaimana proses evolusi tokoh perempuan ini bisa terus berjalan dan melahirkan kaderisasi (regenerasi) yang lebih produktif, inovatif, dan memilki mentalitas kepemimpinan.
Hal yang perlu diperhatikan bahwa bergulirnya isu literasi digital menjadi tantangan bagi perempuan untuk tampil dan mengambil perannya. Di samping merekonstruksi kekuatan dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap potensi kaum perempuan perlu diperhatikan pula adanya sistem penunjang yang memberikan ruang dan peluang bagi perempuan.
Peran perempuan dalam literasi digital perlu disiapkan sejak dini dan berproses secara evolutif produktif. Oleh sebab itu, di tengah masyarakat patriarki, mentalitas dan konsistensi perjuangan merupakan variabel yang harus diperhatikan dalam mewujudkan kepercayaan dan legitimasi masyarakat terhadap potensi perempuan.
Dalam konteks praksisnya, kepercayaan merupakan hal fundamental yang harus dibangun untuk “merebut hati masyarakat”. Hal tersebut tidak terlepas dari variabel interpersonal perempuan agar bisa meraih kepercayaan publik yang secara masif dan mampu menunjukkan trend meningkat.
Program literasi digital yang sedang berlangsung saat ini merupakan ajang uji kapasitas, kapabilitas dan mentalitas perempuan untuk tampil. Melalui momentum ini dapat dilihat sejauh mana pengharapan masyarakat terhadap peranan kaum perempuan dalam pembangunan nasional.
Masyarakat akan memberikan kepercayaan pada kaum perempuan yang mengedepankan profesionalisme, etika, dan konsistensi perjuangan, serta membawa visi yang menjadi harapan semua pihak.[T]