Dosen dan peneliti dari Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional—dikenal dengan sebutan singkat IPB Internasional—turun kebun di Desa Petiga, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali.
Turun kebun maksudnya, mereka turun ke kebun-kebun tanaman hias di Desa Petiga sejak awal tahun 2022. Mereka tentu saja tak ikut berkebun, tapi mereka membantu untuk “menghias” atau menciptakan kemajuan dengan memberi sejumlah bantuan, terutama bantuan di bidang tekhnologi untuk meningkatkan produksi sekaligus pemasaran tanaman hias di desa itu.
Ceritanya begini. IPB Internasional yang kampusnya berada di Denpasar, Bali, berhasil memenangkan dana hibah kegiatan pengabdian kepada masyarakat dari Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi dengan skim penerapan IPTEK pengembangan kewilayahan (PIPK) yang merupakan salah satu bagian dari Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu darma pengabdian.
PIPK ini didanai oleh yang didanai oleh DIPA Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Direktorat Jendral Pendidikan Vokasi, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Kegiatan PIPK ini dilaksanakan di Desa Petiga Marga Tabanan dan berjudul PIPK pada Petani Tanaman Hiasa Di Desa Petiga.
Kegiatan PIPK diawali dengan melakukan audensi atau penjajakan dengan Kepala Desa Petiga I Wayan Sugita, petani tanaman hias, dan tokoh masyarakat ke Desa Petiga, Sabtu 8 Januari 2022.
Kelompok Wanita Tani di Desa Petiga
Audensi ini menghasilkan temuan yakni sejumlah kendala yang dihadapi oleh petani tanaman hias, dan itu menjadi dasar pemilihan Desa Petiga sebagai lokasi PIPK.
“Kegiatan ini dilaksanakan selama 8 bulan, mulai Mei hingga Desember 2022 dengan melibatkan 4 kelompok mitra, yaitu Kelompok tani tanaman hiasa Guna Sari, KSU Guna Sari, KWT Mekasr Sari, dan Simantri Sekar Pasti Wangi,” kata Dr. I Wayan Eka Mahendra, S.Pd., M.Pd. yang menjadi ketua tim pelaksana kegiatan di Desa Petiga.
Eka Mahendra adalah dosen prodi S2 Terapana Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata (TP3) yang juga Kepala LP2M IPB Internasional.
Eka Mahendra bekerja bersama anggota tim pelaksana lainnya, yakni Dr. I Made Darsana, S.E., M.M. (IPB Internasional), I Gede Nyoman Suta Waisnawa, S.ST., M.T. (Politeknik Negeri Bali), Dr. I Made Citra Wibawa, S.Pd., M.Pd. (Undiksha), dan N. Putri Sumaryani, S.P., M.Ma. (UPMI).
Eka Mahendra mengatakan, kegiatan yang dilaksanakan memperoleh dana dari pemerintah pusat sebesar Rp. 180 .045.000,- dengan melibatkan melibatkan 4 mahasiswa jurusan DIV Manajemen Perhotelan dan 2 Mahasiswa jurusan Teknik Mesin Politekni Negeri Bali
Menghias Produktivas Tanaman Hias
Desa Petiga memang sejak lama dikenal sebagai sentra produksi tanaman hias di Bali. Tanaman hias dari Desa Petiga sudah menghiasi banyak hotel-hotel berbintang di Bali. Namun nasib dan pendapatan petani tanaman hias tak kunjung maju, sehingga perlu “dihias” dengan sejumlah program agar nasib petani tanaman hias di Desa Petiga menjadi makin maju sejahtera.
Produksi tanaman hias di Desa Petiga diawali oleh seorang guru bernama I Made Jendra, S.Pd., pada awal tahun 1990. Tiga tahun berjalan seiring kemajuan industri pariwata di Bali, banyak anggota masyarakat yang mengikuti jejak Jendra, membuat tanaman hias sebagai pekerjaan sampingan.
Pada tahun 2005 terbentulah kelompok tani tanaman hias Guna Sari atas saran dari Kadis Pertanian Kabupaten Tabanan dan Dirjen Holtikultura RI. Kelompok ini beranggotakan 173 orang dan diketua oleh I Made Sutarta.
Sekitar 90% masyarakat Desa Petiga bekerja sebagai petani dan didominasi oleh petani tanaman hias. Luas rata-rata lahan usaha tani adalah 0,19 Ha dengan range antara 0,02 sampai 0,70 Ha. Rata-rata umur petani adalah 44,90 tahun dengan range antara 33 sampai 58 tahun.
Pendidikan formal yang dimiliki petani rata-rata 11,29 tahun dengan range antara 6 sampai 16 tahun. Pengalaman berusaha tani memiliki rata-rata 15,51 tahun dengan range antara 3 sampai 22 tahun, serta tanggungan rumah tangga petani rata-rata sebanyak 4,22 jiwa dengan range antara 1 sampai 7 jiwa.
Produk Tanaman Hias Kelompok Tani Guna Sari Desa Petiga
Rata-rata keuntungan yang diperoleh petani setiap bulannya dari hasil penjualan tanaman hias adalah 5.370.000.
Hasil yang diperoleh petani hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari, jarang bisa digunakan untuk investasi (saving), seperti untuk tabungan dan asuransi. Petani berharap usaha produktifnya berkembang menjadi lebih besar, meskipun berhadapan dengan banyak permasalahan yang muncul.
Eka Mahendra memaparkan, berdasarkan analisi SWOT diperoleh sejumlah hal dalam pengembangan tanaman hias selama ini di Desa Petiga.
Kekuatan (S), yakni kebijakan pemerintah, adanya kelompok tani, dukungan infrastruktur, dukungan masyarakat, kecocokan tanah dan iklim, kemampuan SDM, kualitas produk, dan harga jual yang bersaing.
Kelemahannya (W), yakni lokasi desa yang jauh dari pusat konsumen, tidak adanya tempat display tanaman di depan rumah (tlajakan), lingkungan kumuh karena sampah plastik menumpuk, kurangnya koordinasi, kurangnya informasi pasar, kesulitan mencari pupuk kandang dan harganya relatif mahal, kurangnya promosi, minimnya terapan teknologi tepat guna, dan lemahnya kemampuan manajemen dan kewirausahaan.
Peluang (O), yakni pasar yang semakin terbuka luas, akses informasi yang tersedia, kemungkinan mengembangkan varietas baru, peluang untuk menjalin kemitraan, kemungkinan mengadakan pameran, kontinuitas produksi, dan adanya kemudahan kredit.
Ancaman (T), yakni muncul tanaman hias baru yang lebih popular yang datang dari luar daerah dan beberapa petani dari luar desa membuat stand display di pinggir jalan sehingga lebih mudah dijangkau oleh konsumen.
Berdasarkan analisis itulah kegiatan PIKP ini dimulai. Kegiatan diawali dengan FGD bersama kelompok mitra dan tokoh masyarakat tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Ada lima poin pelaksaan kegiatan PIPK yang dilakukan dalam menunjang produktivitas petani tanaman hias. Melalui metode PALS (participatory action learning system), metode Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG), metode persuasif dan metode edukatif.
Rapat program PIPK di Desa Petiga
Menurut Eka Mahendra, program PIPK berupaya mengatasi permasalah para petani dengan melaksanakan kegiatan berupa pengadaan greenhouse untuk penataan stok produksi, pengadaan alat-alat produksi, pelatihan dan pendampingan aliran kas dan keuangan, seminar dan pendampingan budidaya tanaman dan sayur serta pemasarannya, dan pembuatan instalasi bio urine.
Greenhouse diberikan untuk kelompok tani tanaman hias sebanyak 13 unit di tahun pertama, alat-alat produksi berupa 10 arco, 40 sabit, 5 sekrop, 5 cangkul untuk petani tanaman hias, KWT dan simantri, 1 perangkat computer dan program perkoprasian untuk KSP Guna sari, 1 buah instalasi bio urine untuk Simantri Sekar Pasti Wangi.
Sementara itu pelatihan pemasaran dan budidaya diberikan kepada kelompok tani tanaman hiasa dan ibu-ibu KWT yang difasilitasi oleh dinas ketahanan pangan Kabupaten Tabanan.
“Masyarakat sangan antusiaa mengikuti semua kegiatan dan menyambut positif semua kegiatan yang dilakukan. Pendapatan petani juga meningkat hampir 15-20% per bulannnya dari penjualan tanaman hias,” kata Eka Mahendra.
Selaku ketua Tim PIPK, Eka Mahendra mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat desa Petiga yang telah mendukung kegiatan PIPK ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Kepala Desa Petiga I Wayan Sugita yang telah memfasilitasi tempat pelaksanaan kegiatan seminar dan pelatihan.
Di sisi lain Kepala Desa Petiga juga menyampaikan terima kasih kepada IPB Internasional yang telah melaksanakan kegiatan PIPK di Desa Petiga dan berharap kegiatan ini dilanjutkan untuk tahun berikutnya.
Rektor IPB Internasional, Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M. mengucapkan terima kasih kepada Direktur Akademik Pendidikan Tinggi Vokasi, Direktorat Jendral Pendidikan Vokasi, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi yang telah mendanai kegiatan PIPK di Desa Petiga yang dimenangkan oleh dosen IPB Internasional.
Rektor juga berterima kasih kepada Kepala Desa Petiga dan seluruh masyarakat Desa Petiga atas kerjasamanya sehingga kegiatan PIPK ini dapat dilaksanakan dengan baik.
“IPB Internasional sangat konsen masalah kegiatan ayang ada kaitannya dengan darma pengabdian dan penelitian tidak hanya pengajaran, ini dibuktikan dari dana pendamping yang diberikan dalam kegaitan PIPK ini,” kata Rektor I Made Sudjana. [T][Mao/*]