Menyaksikan Wimbakara (Lomba) Debat Mabasa Bali dalam ajang Bulan Bahasa Bali IV di Gedung Ksirarnawa, Taman Budaya Art Center Denpasar, Selasa (15/2/2022) pasti tak merasa khawatir akan punahnya bahasa Bali. Sebab, peserta debat yang merupakan generasi muda setingkat SMA/SMK tampak lihai dalam berbahasa Bali.
Wimbakara Debat Mabasa Bali kali ini diikuti oleh 7 peserta (tim) merupakan perwakilan dari kabupaten/kota di Bali. Sementara Kabupaten Tabanan dan Bangli absen dan tidak mengirim perwakilannya.
Duta Kabupaten Badung kali ini berhasil menjadi “ jayanti “ atau juara 1, disusul duta kabupaten Jembrana di urutan kedua dan Klungkung menjadi Juara ketiga.
Argumentasi atau pendapat disampaikan dengan lugas, baik dari peserta yang berperan Tim Pro (mendukung topik) dan Tim Kontra (menolak topik) masing-masing memiliki keunggulan. Mereka menyampaikan dengan bahasa Bali alus dengan cepat dan tepat, serta dibarengi dengan berpendapat.
Satu tim terdiri dari 3 orang pembicara. Setelah melakukan pengundian untuk menentukan Tim Pro dan Tim Kontra, selanjutnya melakukan pengundian untuk menentukan topik yang akan diperdebatkan. Setelah mendapatkan undian topik, Tim Pro dan Tim Kontra langsung berdiskusi selama tiga menit untuk menyusun bahan dan strategi yang akan disampaikan dalam debat tersebut.
Tim 1 sebagai tim pro dan Tim 2 sebagai tim kontra yang mendapatkan topik Pergub Bali No. 24 tahun 2020 tentang perlindungan mata air, danau, sungai dan laut berdebat dengan sengit. Tim pro menyampaikan berbagai argument dibarengi dengan contoh keberhasilan dari pada Perghub Bali No 24 tahun 2020 untuk menjaga sumber-sumber air. Sementara Tim Kontra juga menyampaikan berbagai alasan kalau Prgub itu belum sanmpai ketingkat akar rumput. Bahkan mengatakan kelemahan belum adanya sangsi bagi yang melangar dari Pergub tersebut.
Demikian pula dengan tim tim lainnya, dengan topik yang berbeda mereka berdebat yang diperkuat dengan data, pengalaman dan kenyataan di lapangan. Masing-masing peserta tampil secara maksimal. “Kami melakukan persiapan secara matang sebelum mengikuti lomba kali ini. Setelah mendapatkan gambaran topik saat teknik kalmeeting, kami sudah melakukan penggalian data melalui membaca buku, membuka google dan dari pembina. Kami juga latiahn berdeta dengan adik-adik kelas, sehingga pasih bernbahasa Bali dan semakinj membuka wawasan,” kata Ni Kadek Pridayanti siswa SMA Negeri 2 Semarapura sebagai wakil Kabupaten Klungkung.
Hal itu juga dilakukan Kadek Wulan Indra Mahiswari merupakan siswa SMA Negeri 1 Kuta Utara (Sakura). Ia bersama teman-temannya melakukan persiapan secara matang dengan menggali bahan-bahan dari media sosial. latihan juga dilakukan di sekolah dengan melibatkan Pembina yang memberikan bahan-bahan dari buku atau pengalaman. “Kami menggali bahan selanjutnya membuat bahan sendiri. Kami mengambil bahan dari pengetahuan umum, lalu membawakan dengan Bahasa Bali dengan penekanan tata Bahasa,” ungkapnya.
I Gusti Lanang Subamia selaku tim juri mengaspresiasi kemampuan para yowana berdebat dalam bahasa Bali “Kami bangga kemampuan mereka cukup bagus, debat menggunakan bahasa Bali sangat sulit, tapi kita melihat masing -masing peserta mampu mencerna topik yang diangkat kemudian dibahas dengan baik, walaupun dari segi penyampaian ada kurang atau lebih, begitu pula emosinya terkadang tidak terkontrol, secara umum penampil baik yang pro maupun kontra di atas panggung luar biasa,” kata praktisi bahasa Bali itu.
Meski semua tim tampil lugas, namun dewan juri tetap memilih yang terbaik dari tim yang tampil. Setelah melakukan penilaian dengan mempertimbangkan dari isi yaitu argumen yang dibangun, bobot, gaya atau penggunaan bahasa Bali dan cara menyampaikan argument serta strategi atau metode dalam penyampaian argument, maka tim juri menetapkan perwakilan dari Kabupaten Badung sebagai juara I, Kabupaten Jembrana juara II dan Kabupaten Klungkung juara III. [T]