Hari Raya Galungan dan Kuningan adalah hari dimana saatnya untuk pulang kampung. Pulang ke kampung halaman untuk sembahyang, ya hanya itu. Kadang bertemu keluarga atau teman yang sangat ingin dijumpai. Seperti biasa, be celeng, lawar dan jaja leburan adalah hal yang sangat ingin dinikmati pertama kali setelah menapakkan kaki di halaman.
Hari Raya Galungan dan Kuningan, saat itu masyarakat Hindu Bali sedang sibuk-sibuknya. Bahkan beberapa hari sebelum hari raya, orang-orang sudah sangat sibuk. Sibuk membuat banten, sibuk mencari daging, sibuk mencari buah-buahan dan sibuk memikirkan akan ke mana berlibur di kampung halaman.
Semua sibuk. Semua orang. Para pemuda desa sedang sibuk mempersiapkan penjor yang unik untuk dipasang di depan rumah mereka masing-masing. Ada juga pemuda yang malas untuk membuat penjor tetapi terpaksa. Di sana sebenarnya penjor yang sesuai kata hati berdiri kokoh. Ya, walaupun kadang tidak sekokoh kisah cinta mereka.
Beberapa hari sudah persiapan. Persiapan-persiapan berpikir, tenaga dan kesejukan hati sudah selesai semuanya. Kini saatnya untuk sembahyang.
Dari pagi, dupa-dupa sudah mengepulkan asap harum. Terscium sampai sudut desa dan kota. Semuanya sedang merayakan. Ada yang dari pagi sudah berkeliling ke pura Desa, Puseh dan Dalem. Ada juga yang sudah berkeliling bersama keluarganya untuk mengunjungi pura-pura di luar desanya dan ada juga yang hanya sembahyang di sanggah rumah masing-masing. Tidak masalah, itu adalah salah satu perjalanan spiritual sembari berlibur.
Setelah sembahyang, barulah orang-orang akan bersiap-siap untuk berlibur. Berlibur ke mana saja. Ada yang berlibur bersama keluarga, sahabat atau pacar mereka. Ya, tidak mungkin mereka berlibur dengan kekasih gelap. Karena ini adalah hari raya, siapapun bisa ada di mana saja. Takutnya nanti akan ketahuan dan hari raya berubah menjadi hari sial. Jangan sampai.
Tetapi, di sela-sela hari raya ini ada orang yang hanya ingin menghibur dirinya sendiri. Menghibur diri sendiri dengan beberapa orang teman.
Ya, mereka bisanya akan berkeliling dari rumah teman satu ke rumah teman lainnya. Mereka mencari tempat yang pas untuk bermain sembari menghibur diri. Permainan ini bukan sekedar permainan kawan-kawan. Permainan orang dewasa, mereka yang paling kuatlah yang bertahan. Kuat fisik, pantat dan finansial.
5+4 = ? Jangan kawan-kawan menjawab 9 sangat salah kawan! Jawabannya adalah Q. Ya, Q. K, Q, J dan AS. Permainan ini adalah permainan yang menguras pikiran dan dompet. Tetap untuk yang hanya menghibur diri mereka, tidak akan menguras dompetnya sama sekali. Ya namanya juga menghibur, mereka bukanlah penjudi profesional seperti Dewa Judi di film Cina. Mereka hanya penjudi musiman kala Galungan dan Kungingan.
Tetapi, di hari sial mereka akan ada penjudi yang memang benar penjudi ikut nimbrung dalam lingkaran itu. Itu adalah neraka. Memang awalnya seribu atau duaribu. Tetapi saat mereka kalah banyak, keluarlah semua hasil kebun mereka. Semakin lama akan semakin memanas.
Untungnya, menghibur diri sendiri ini hanya beberapa saat. Ya, karena mereka hanya penjudi musiman. Lain halnya dengan judi yang benar-benar judi. Semua mereka pertaruhkan demi kemenangan yang belum tentu pasti itu.
Sebenarnya, mereka bermain hanya untuk bisa tertawa, bercengkrama dengan teman lama atau hanya sekedar singgah. Karena sangat jarang dan mungkin hari raya selanjutnya mereka tidak akan bisa pulang atau berlama-lama di kampung halaman.
Mereka, sebagian besar, sesungguhnya tak mau larut berlama-lama di kampung untuk berjudi. Karena mereka ingat pesan baku tentang penjudi. “Harapan sugih ade, lacur be pasti”- Harapan untuk kaya ada, tetapi miskin sudah pasti. [T]