Tentu menyebalkan ketika orang yang pernah sayang kepada kita (misal saja mantan pacar atau mantan lainnya) pada akhirnya seolah tidak kenal lagi setelah dia tidak sayang. Minimal ini valid bagi saya, mungkin bagi temen-temen juga. Permasalahannya, apakah ketika seseorang tak sayang maka akan sepatutnya seolah tidak kenal? Pertanyaan ini membuat saya untuk mengingat kembali pepatah tak kenal maka tak sayang. Sebagai mahasiswa matematika, ya saya coba membawa pertanyaan tadi dan pepatah yang ada ke dalam konsep logika matematika.
Pertama, mari kita sepakati bahwa pepatah tak kenal maka tak sayang memang logis dan sesuai di kehidupan sehari-hari. Selanjutnya akan diarahkan kepada beberapa asumsi/premis untuk mencari kesimpulan/akibat yang sesuai logika.
Misalkan
p : tak kenal
q : tak sayang
~ p : kenal
~ q : sayang
Kondisi 1
Tak kenal maka tak sayang. (pepatah yang sudah disepakati)
Tak kenal.(asumsi kondisi yang terjadi)
Simpulan yang tepat adalah ….(akibat dari asumsi yang ada)
Pembahasan:
Premis 1: p => q
Premis 2: p
Kesimpulan: q
Kondisi ini dijamin kebenaranannya sesuai logika matematika dan ini dikenal sebagai metode Modus Ponen.
Jadi,
Premis 1: tak kenal maka tak sayang
Premis 2: tak kenal
Kesimpulan: tak sayang
Artinya,
Berdasarlan kondisi di atas, jika tak saling mengenal maka tentu tidak ada sayang. Ya, ini menjadi hal yang cukup jelas dan sederhana untuk dipahami. Tentu semua akan sepakat bahwa tak akan ada sayang yang muncul saat kita tak saling mengenal.
Kondisi 2
Tak kenal maka tak sayang. (pepatah yang sudah disepakati)
Sayang. (asumsi kondisi yang terjadi)
Simpulan yang tepat adalah ….(akibat dari asumsi yang ada)
Pembahasan:
Premis 1: p => q
Premis 2: ~ q
Kesimpulan: ~ p
Kondisi ini dijamin kebenaranannya sesuai logika matematika dan ini dikenal sebagai metode Modus Tollens.
Jadi,
Premis 1: tak kenal maka tak sayang
Premis 2: sayang
Kesimpulan: kenal
Artinya,
Berdasarkan kondisi di atas, akibat dari adanya rasa sayang tentu adalah kondisi saling mengenal atau kenal. Ketika kita sayang dengan seseorang, tentu kita sudah mengenalnya bukan? Saya rasa hal ini masih cukup mudah untuk diterima. Jadi terima saja.
Kondisi 3
Tak kenal maka tak sayang. (pepatah yang sudah disepakati)
Kenal.(asumsi kondisi yang terjadi)
Simpulan yang tepat adalah ….(akibat dari asumsi yang ada)
Pembahasan:
Premis 1: p => q
Premis 2: ~ p
Kesimpulan: tidak dapat disimpulkan
Pada kondisi ini, telah disepakati bahwa tidak ada hal yang dapat disimpulkan.
Jadi,
Premis 1: tak kenal maka tak sayang
Premis 2: kenal
Kesimpulan: tidak dapat disimpulkan
Artinya,
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, sayang sudah pasti kenal. Tapi ini tidak langsung berlaku untuk sebaliknya. Kenal belum tentu sayang. Masih ada kemungkinan saat kita kenal dengan seseorang maka kita bisa sayang atau juga tidak. Ya kadang hanya sekadar kenal saja. Jadi memang tidak ada hal yang bisa disimpulkan dan dapat dibenartkan sepenuhnya sebagai akibat dari asumsi yang diiberikan.
Kondisi 4
Tak kenal maka tak sayang. (pepatah yang sudah disepakati)
Tak sayang.(asumsi kondisi yang terjadi)
Simpulan yang tepat adalah …. (akibat dari asumsi yang ada)
Pembahasan:
Premis 1: p => q
Premis 2: q
Kesimpulan: tidak dapat disimpulkan
Pada kondisi ini, telah disepakati bahwa tidak ada hal yang dapat disimpulkan.
Jadi,
Premis 1: tak kenal maka tak sayang
Premis 2: tak sayang
Kesimpulan: tidak dapat disimpulkan
Artinya,
Pada kondisi ini, memang tidak ada hal yang bisa disimpulkan dan dapat dibenartkan sepenuhnya sebagai akibat dari asumsi yang diiberikan. Tak sayang bisa karena memang tak saling mengenal sebelumnya. Juga seringkali ketika sudah tak sayang, akhirnya seolah tak saling mengenal. Padahal memang sudah saling mengenal sebelumnya. (seperti cerita di awal)
Dia tak sayang karena memang tidak kenal.
Dia tak sayang setelah adanya perpisahan. Padahal udah kenal sebelumnya.
Jadi tak sayang memang belum bisa dipastikan apakah karena tak kenal atau sebetulnya sudah ada perkenalan sebelumnya.
Ini juga menjawab pertanyaan di awal bahwa ketika sudah tak sayang bukan berarti tak kenal. Ini berlaku kalo kita masih sepakat dengan pepatah tak kenal maka tak sayang. Kalo pepatah yang diyakini berbeda, tentu akan berbeda kesimpulan dari setiap asumsi kondisinya.
Berdasarkan empat kondisi di atas, pepatah tak kenal makak tak sayang menjadi pepatah yang logis untuk kehidupan sehari-hari. Setidaknya logis bagi saya. Jadi saya rasa pepatah ini dibuat sudah sesuai logika dengan beberapa pertimbangan dan akhirnya disepakati. Apa mungkin yang membuat pepatah ini adalah senior saya di matematika?
Namanya juga mahasiswa matematika yang masih belajar, bisa jadi dalam pembahasan di atas ada kekeliruan. Jadi bisa dikoreksi juga, hehehe. [T]