17 June 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Pulang Adalah Kepastian, Rumah Hanya Persinggahan

Teddy Chrisprimanata PutrabyTeddy Chrisprimanata Putra
January 27, 2021
inUlasan
Pulang Adalah Kepastian, Rumah Hanya Persinggahan

Tak selamanya essai ditulis dengan gaya yang kaku dan akademis. Tak jarang essai yang saya temukan memiliki gaya yang begitu santai namun tidak lepas dari substansi pembahasan. Dan, cara penulisan santai tanpa melupakan substansi pembahasan yang sekarang coba saya dalami. Tentu angka-angka, matriks, grafik yang merupakan bagian dari kesatuan yang disebut sebagai data sangat penting dalam penulisan essai—sebagai dasar penulis dalam menyusun argumentasi pula. Tapi hasil pengamatan atau observasi dari penulis pun juga tak kalah penting dilakukan, bisa juga dijadikan dasar dalam menyusun argumentasi. Memang milenials sekali sih saya, karena saya lebih menyukai essai yang penulisannya santai, berdasarkan observasi—tentu karena menurut saya lebih mudah dipahami. Inilah yang saya temui dari buku anyar dari salah satu Sastrawan Bali Gde Aryantha Soethama yang berjudul “Orang Bali Pulang”.

Berkenalan dengan “Orang Bali Pulang”

Buku ini lahir di pertengahan tahun 2020 lewat asuhan Prasasti—penerbit yang notabene diasuh langsung oleh Gde Aryantha Soethama. Buku yang berisikan 70 essai ini terbagi menjadi delapan bagian. Memuat berbagai persoalan tentang Bali, salah satunya soal konsep pulang di konsep Hindu Bali sebagai tema utama. Buku setebal x + 264 halaman ini juga berhasil menyadarkan saya bahwa Bali sebagai daerah wisata menyimpan berbagai kekayaan, juga bersamaan dengan itu menyimpan potensi permasalahan yang begitu kompleks.

Tak hanya soal pulang, di dalamnya juga menghadirkan berbagai essai singkat soal kuliner, filosofi hidup, tata laku, budaya, serta laku spiritual masyarakat Bali. Tentu seperti saya katakan di awal, Gde Aryantha Soethama menunjukkan tajinya dalam menyampaikan hasil observasinya. Ia juga menghadirkan berbagai bentuk cara penulisan untuk menyampaikan substansi pembahasan. Salah satunya hadir pada essai dengan judul “Tahu Bali Lena-Leni” (hal. 54). Dibuka dengan aktivitas kemah budaya, disana diceritakan terjadi pertemuan dua perempuan yang memiliki banyak kemiripan—salah satunya nama. Dilanjutkan dengan dialog imajiner dua tokoh tersebut yang diakhiri dengan dialog solutif. Biar saya kutipkan narasinya:

“Menjelang balik ke Manado, Lina menyodorkan gagasan kepada Leni. “Bagaimana kalau kita kemas tahu bali, dan kita jual ke swalayan?”

Dari kalimat sederhana di atas, secara tidak langsung saya bisa menangkap kalau ada gagasan yang ditawarkan kepada pembaca. Ya, gagasannya adalah mengkemas produk-produk mentah hasil masyarakat sehingga memiliki nilai lebih untuk Kembali dipasarkan. Tentu hal ini menjadi refleksi penulis bahwa sesungguhnya banyak produk yang sebenarnya bisa dipasarkan dengan nilai tinggi, tetapi cara pengemasan yang kurang menarik membuat produk asli Bali seperti tahu sukawati tersebut tak memiliki nilai lebih di mata pasar.

Andai masyarakat mau untuk mengolah lebih lanjut ditambah dengan pengemasan yang ciamik tentu harga akan bisa didongkrak, dan pendapatan masyarakat juga meningkat. Kan lumayan buat beli janur dan kawan-kawan untuk menyambut hari raya.

Menyelami Konsep Pulang

Pulang buat banyak orang menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Apalagi saya pekerja kantoran, tentu sangat menanti waktu pulang. Ya, setelah pulang saya bisa melepas penat dari lelahnya bekerja seharian. Tapi nyatanya, pulang memiliki makna lebih dalam dari definisi sederhana yang saya sampaikan di awal tadi.

Pulang identik dengan rumah, ya biasanya orang pulang pasti ke rumah atau sebutan lainnya. Khusus bagi masyarakat Bali sejak dulu hingga kini nampaknya masih meyakini bahwa pulang tak hanya diperuntukkan untuk rumah di dunia saja, melainkan juga di alam lain (niskala). Sehingga buat masyarakat Bali sendiri, pulang adalah sebuah kepastian—entah pulang ke rumah secara sekala atau pulang secara niskala yang hanya bisa diakses lewat kematian. Sedangkan rumah hanya tempat untuk singgah saja, karena rumah sifatnya sementara bagi masyarakat Bali yang meyakini bahwa pulang merupakan bagian dari satu lingkaran reinkarnasi.

Essai berjudul “Orang Bali Pulang” (hal. 38) menjadi salah satu dari beberapa essai panjang dalam buku ini. Essai ini menggambarkan bagaiman tata laku masyarakat Bali dalam menyambut kepulangannya atau kerabat mereka. Penulis juga mengaitkannya dengan fenomena “dipaksanya” pekerja migran untuk pulang karena Covid-19. Kepulangan yang biasanya disambut riuh dan penuh suka cita kini penuh balutan kesunyian. Hanya tenaga medis yang menyambut memastikan pekerja migran kembali dalam kondisi sehat untuk selanjutnya diantarkan ke tempat karantina. Ada hal menarik yang patut digarisbawahi oleh saya, mungkin juga kalian. Pulang bukan menjadi tanda seseorang menyerah, tetapi pulang menjadi titik awal seseorang merefleksikan apa yang terjadi sebelumnya untuk memulai semuanya dari awal.

Bali Unik Lewat Istilahnya

Tentu buat saya yang memang sejak kecil lahir dari komunitas masyarakat Bali yang kental mengetahui berbagai istilah yang digunakan oleh masyarakat untuk mengungkapkan sebuah maksud. Ungkapan tersebut kalau bahasa Balinya mekulit atau masih harus dimaknai kembali. Tapi, kalau berbagai ungkapan digunakan saat bercengkrama dengan sesama masyarakat Bali yang fasih, tentu tidak akan jadi masalah.

Istilah mekulit yang masyarakat Bali gunakan kini pun sesungguhnya berangkat dari berbagai fenomena. Jadi singkatnya, istilah-istilah tersebut untuk mengungkapkan suatu sikap atau tindakan yang dilakukan. Jadi istilah itu tercipta untuk memperkaya khazanah bahasa dalam pergaulan masyarakat. Menariknya dalam buku ini, penulis menulis keasalmulaan dari beberapa istilah yang kerap kali digunakan dalam pergaulan. Apa saja itu? Tentu saya akan cantumkan beberapa. Karena gak asik kalau semua saya cantumkan.

Pertama ada istilah Ngelawar Capung. Sebagai orang Bali, saya pun baru mengetahui keberadaan istilah ini—istilah yang akrab saya dengar, begitu juga saya gunakan dalam percakapan bertemakan tentang capung ya hanya “Mandi Capung”. Essai ini bisa dibaca pada halaman 13—ringkasnya bahwa Ngelawar Capung memiliki arti sekelompok orang yang melakukan kegiatan tidak efisien, kelihatannya saja wah tapi hasilnya sedikit nyaris nihil.

Istilah menarik lainnya ada “Kopi Ngaben”. Istilah satu ini berhasil membuat saya menyerngitkan dahi, sebab saya harus dibuat berpikir apa sih keistimewaan dari kopi ngaben? Setelah membaca essai Kopi Ngaben (hal. 58) ini secara penuh, maksud dari istilah ini adalah takaran kopi yang didapat. Kalau dipikir-pikir, istilah ini lahir dari tata laku yang sudah mandarah daging di masyarakat adat kita. Setia pada pelaksanaan upacara adat—seperti ngaben misalnya, si empunya acara pasti menyiapkan minuman berupa teh atau kopi untuk para tamu yang hadir menyampaikan bela sungkawa. Ini hanya kemungkinan yang saya munculkan ya, kenapa istilah ini muncul, jadi saat melayani tamu saat menyuguhkan minuman, si empunya acara terburu-buru. Terburu-buru yang dimaksud adalah agar taka da tamu yang menunggu minuman terlalu lama. Jadilah takaran kopi setengah gelas yang oleh penulis diistilahkan sebagai kopi ngaben. Tentu jika saya atau kalian disuguhkan kopi takaran setengah gelas, bisa menyebutnya sebagai kopi ngaben. Hehehe.

Gagah atau Digagahi

Kumpulan essai yang dihimpun dengan baik dalam sebuah buku berjudul “Orang Bali Pulang” buat saya sendiri bisa menjadi bahan evaluasi. Tak hanya buat saya, tapi buat masyarakat Bali secara umum. Pariwisata saat ini sudah menjadi “Panglima Perang” ekonomi di Bali. Setiap jengkal tanah Bali “dipaksa” melayani berbagai aktivitas wisata dan bersamaan dengan itu pula, masyarakat Bali sibuk dengan berbagai upacaranya.

Kini Bali sedang terpuruk di jurang terdalam sejak kali terakhir merasakannya pasca Bom Bali I tahun 2002. Covid-19 berhasil merubah tata laku masyarakat—juga memaksa Bali menepi sejenak dari riuhnya hingar bingar ekspose manca negara. Konsekuensinya ya ekonomi masyarakat lumpuh, sesegera mungkin mencari alternatifnya. Dulu Bali terlihat gagah dengan pariwisata yang moncer, tiap tahun berhasil menyumbang devisa kepada negara triliunan, selalu saja menemukan destinasi wisata baru untuk wisatawan.

Kini? Semua berbalik begitu cepat. Begitu banyak kepemilikan aset wisata berada di tangan asing, masyarakat Bali sebagian besar hanya sebagai penonton—bangga menjadi tim hore dalam gemerlapnya wisata Bali. Merasa tak cukup, anak muda Bali berbondong-bondong mencari peruntungan di Kapal Pesiar dengan harapan ketika pulang sudah membawa jutaan dollar dari kerjanya. Namun yang harus diresapi bersama, sampai kapan saya, anda, kita semua mengandalkan sektor ini? Sektor yang paling rentan karena harus menghadirkan keamanan, kenyamanan, dan pelayanan di waktu bersamaan. Mari kita renungi bersama.[T]


BACA ULASAN BUKU LAIN DARI TEDDY

Previous Post

Bermain Ski ala Pandemi di Awal 2021 | Kabar dari Jepang

Next Post

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

Teddy Chrisprimanata Putra

Teddy Chrisprimanata Putra

Lulusan Teknik Mesin Unud, tapi lebih memiliki minat ke dunia literasi juga organisasi. “Sublimasi Rasa” adalah karya pertama untuk melanjutkan karya-karya selanjutnya.

Next Post
Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

Berbagai Kekeliruan Tentang Vaksin

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    Kabut Membawa Kenikmatan | Cerpen Ni Made Royani

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Sang Hyang Eta-Eto: Memahami Kalender Hindu Bali & Baik-Buruk Hari dengan Rumusan ‘Lanus’

    23 shares
    Share 23 Tweet 0
  • Sederhana, Haru dan Bahagia di SMPN 2 Sawan: Pelepasan Siswa, Guru Purnabakti dan Pindah Tugas

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Lonte!

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

by Lintang Pramudia Swara
June 16, 2025
0
Han Kang dan Kolase Enigmatik Novel Vegetarian

BEGITU enigmatik dan diabolis, saya rasa Han Kang memberi tawaran segar di kancah sastra dunia. Sejak diumumkan sebagai pemenang Nobel...

Read more

Niskala Pancasila dan Tugas Besar Pendidikan: Menyemai Indonesia Raya dari Dalam Diri

by Dewa Rhadea
June 16, 2025
0
Tawuran SD dan Gagalnya Pendidikan Holistik: Cermin Retak Indonesia Emas 2045

PERINGATAN Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni bukan sekadar momen seremonial. Ia adalah ajakan reflektif—untuk menengok ke dalam, menyatukan kembali...

Read more

Drama Gong

by I Wayan Dibia
June 16, 2025
0
Drama Gong

SEJAK pertengahan tahun 1960 kreativitas para seniman Bali telah melahirkan dua jenis seni drama. Salah satu seni drama yang dilahirkan...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan 

Piagam Gumi Delod Ceking untuk Pariwisata Berkelanjutan

June 16, 2025
Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

Pesta Perilisan Buku “(Se-)Putar Musik” dari Beatriff: Ruang Produksi Pengetahuan yang Lebih Inklusif

June 15, 2025
Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

Gede Anta Wakili Indonesia dalam “International Visitor Leadership Program” di AS

June 5, 2025
Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

Perpres 61 Tahun 2025 Keluar, STAHN Mpu Kuturan Sah Naik Status jadi Institut

May 29, 2025
 Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

Haul Buya Syafii Maarif : Kelas Reading Buya Syafii Gelar Malam Puisi dan Diskusi Publik

May 27, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025
Khas

Tidak Ada Petruk dalam Drama Gong Lawas Banyuning Singaraja di Pesta Kesenian Bali 2025

TIDAK ada Petruk dalam Drama Gong Banyuning, Singaraja, yang bakal pentas di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025. Tentu saja. Yang...

by Komang Puja Savitri
June 16, 2025
Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja
Persona

Yan Mintaraga, Seniman Pinggir Taman Kota Singaraja

SETIAP Minggu pagi, Taman Kota Singaraja menjelma menjadi panggung kecil bagi berbagai aktivitas. Ada anak-anak berlarian, ibu-ibu berbincang sambil menemani...

by Arix Wahyudhi Jana Putra
June 16, 2025
Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja
Panggung

Rizki Pratama dan “Perubahan Diri” pada Acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” di Singaraja

DI acara “Suar Suara: Road Tour AKALPATI” itu, Rizki Pratama tampaknya energik ketika tampil sebagai opening di Café Halaman Belakang...

by Sonhaji Abdullah
June 10, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

Teman Sepanjang Perjalanan | Cerpen Putu Gede Pradipta

June 15, 2025
Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

Sajak-Sajak Angga Wijaya | Radio Tidak Kumatikan

June 15, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [19]: Mandi Kembang Malam Selasa Kliwon

June 12, 2025
Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

Gunung Laut dan Rindu yang Mengalir | Cerpen Lanang Taji

June 7, 2025
Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

Puisi-puisi Emi Suy | Merdeka Sunyi

June 7, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co