Matahari tepat berada di atas kepala. Jalan-jalan berdebu, pohon-pohon menari tertiup angin dan semua orang lalu lalang dengan memakai pelepah pisang agar panas itu tidak menyengat kulit mereka. Lain halnya dengan Dodar, ia masih berkeling di sekitar desa. Mencari bandar togel, mukanya selalu mengkerut mengingat mimpinya tadi malam atau kejadian aneh yang ia lihat kemarin. Ia masih berjalan, bertanya pada siapapun yang berpapasan dengannya. Wajahnya masih mengkerut mengingat mimpinya kemarin malam juga hitungan-hitungannya pada buku mimpi. Ia mencari di warung tempatnya biasa berkumpul dengan penjudi lain. Tapi tak ada seorag bandar togelpun di sana. Maklum, bandar togel biasa berkeliling untuk mencari tempat. Karena profesinya sangat berbahaya. Untuk membayar seorang aparat ia harus membayar dengan seluruh modalnya, makanya bandar togel itu seorang yang nomaden. Berpindah-pindah tempat agar ia tidak mudah ditangkap saat adanya penggrebekan secara mendadak.
Dodar masih bingung mencari bandar-bandar togel itu. Dari rumah ia hanya bermodal ingatan, angka-angka yang sudah dihitungnya dan juga segompog uang untuk memasang seluruh angka yang sudah ia pikirkan. Ia masih mencari dari tempat satu ke tempat lainnya. Akhirnya setelah pencarian panjangnya, ia menemukan seorang bandar dan banyak orang yang berkumpul di sana. Ikut berjudi atau hanya melihat orang yang menghitung angka-angka itu. Dodar ikut nimbrung, mencari celah dan waktu yang tepat untuk memasang nomor-nomor itu.
“87-78, 92-29, Katak, Ular, Mobil!” ucap Dodar dengan wajah yang sangat yakin.
Bandar itu lantas langsung mencatat semua angka dan mencari-cari apa yang disebutkan oleh Dodar. Dodar masih melihat orang-orang yang datang lalu pergi dari tempat itu.
“Pasti tembus! Mimpiku tidak pernah salah akhir-akhir ini. Dari tiga hari yang lalu aku bermimpi katak dan cicak itu selalu bercengkrama di luar pagar rumahku. Dan hitungan yang dari seminggu yang lalu juga tak akan pernah salah,” pikir Dodar.
Dodar lantas kembali ke rumahnya. Ia selalu berpikir akan menjadi orang kaya. Segompok uang yang ia bawa tadi sudah habis untuk memasang semua angka-angka itu.
Sepanjang jalan ia selalu melihat-lihat keadaan sekitar. Berharap ada kejadian aneh atau sesuatu yang jatuh dari langit. Itu bisa ia ingat dan percaya bisa membawa keberuntungan untuk judi togelnya esok hari. Sepanjang perjalanannya ke rumah, ia tak melihat apapun, entah itu sebuah kejadian di luar nalar atau hanya kejadian-kejadian biasa yang dilihatnya.
Ia sampai di rumah tepat saat matahari akan tenggelam. Ia lantas beranjak ke tempat tidur untuk mendapatkan sebuah kejadian yang akan diingatnya melalui mimpi, lalu untuk dipasangkan judi togel esok hari.
Tak sampai beberapa sepuluh menit, ia langsung tertidur pulas. Pulas sekali. Dalam mimpinya ia ditemui sekelebat bayangan putih, bayangan itu dilihat Dodar sangat jelas sekali.
“Siapa? Jangan macam-macam, saya bukan orang sakti. Pergilah!” kata Dodar ketakutan.
“Ning, meme tau cening sangat ingin sekali nomor-nomor itu. pergilah besok ke Mrajapati, bertapalah di sana saat tengah malam. Meme akan datang memberikan semua keinginanmu” Kata bayangan putih itu, lalu menghilang.
“Meme? Meme?Meme?” Dodar masih kebingungan.
Dodar langsung terbangun, nafasnya tidak beraturan saat itu, Dodar merasa linglung dan terus berpikir tentang mimpi itu.
“Siapa tadi? Setiap aku bermimpi, aku tidak pernah sekalipun melihat sosok sejelas itu meskipun hanya bayangan saja.”
Dodar masih terus berpikir. Ia masih ragu, apa ia harus ke sana atau tidak. Tapi, di satu sisi Dodar sangat mempercayai mimpi-mimpinya itu.
“Kesempatan! Jarang-jarang ada seseorang yang menawarkan aku nomor togel. Orang-orang bilang, kalau ada seseorang yang menawarkan sebuah nomor lewat mimpi nomor itu akan tembus berkali-kali lipat. Ya! Aku harus ke sana.”
Dodar lantas kembali melanjutkan tidurnya yang tertunda sembari mengingat mimpi aneh apa lagi yang akan dia dapatkan.
Esok harinya, Dodar melanjutkan aktivitas seperti biasanya. Istri dan anaknya sudah biasa melihat Dodar keluar rumah seharian hanya untuk mencari bandar togel dan baru pulang setelah matahari akan terbenam. Saat perjalanan pulang, Dodar selalu berpikir tentang mimpi yang selalu menghantui pikirannya itu. Dodar selalu percaya akan mimpinya, apalagi saat ada seseorang yang tiba-tiba saja menawarkannya sebuah nomor. Sampai ia tak sadar sudah sampai di sebuah kuburan yang ada di ujung sungai di desanya itu. Dodar lantas melaksanakan apa yang diperintahkan oleh bayangan putih yang datang pada mimpinya itu.
“Me, tiang sudah di sini. Tiang akan melaksanakan apa yang diperintahkan, Meme,” kata Dodar sambil pelan-pelan memejamkan matanya.
Setengah jam berselang, Dodar tidak melihat apapun. Ia hanya melihat kegelapan dan merasakan angin malam yang begitu dingin. Dodar merasa ia sedang dibohongi, ia selalu menggerutu di dalam hatinya. Tapi, Dodar selalu memejamkan matanya dan tidak melakukan apapun sambil bertapa. Setelah lebih dari dua jam, Dodar mendengar suara air sungai mengalir, suara jangkrik dan pohon beringin di belakangnya mulai bergerak karena angin. Beberapa menit kemudian ia merasakan hewan melata yang sangat besar mulai bergerak ke arahnya, namun Dodar tidak berkutik sama sekali bahkan matanyapun tidak sedikitpun terbuka. Ia mulai merasakan tubuhnya sudah akan dililit oleh hewan itu. Tanah di sekitarnya mulai bergetar hebat sampai retak sedikit demi sedikit dan terbelah, ia melihat seluruh kejadian saat itu walaupuan matanya masih tertutup dengan rapat, Dodar juga tidak berkutik sama sekali saat itu.
Dari dalam tanah yang terbelah itu, muncul beberapa sosok yang menyeramkan dan mulai menari mengelilingi Dodar. Ia masih merasakan getaran hebat itu, sampai ia melihat sebuah pelinggih di depannya mulai sedikit terbelah dan muncul sekelebat bayangan putih. Ya, bayangan yang ia lihat saat mimpi malam itu.
“Meme! Tiang sudah di sini. Tiang sudah menepati janji untuk datang ke sini. Segala seuatu sudah tiang lihat, Me. Sekarang, tiang meminta janji Meme saat di mimpi kemarin.” Dodar masih memejamkan matanya.
“Ning, dengarkan Meme dulu. Meme tidak punya nomor-nomor yang meme janjikan kemarin. Tapi, meme sudah melihat Cening melewati ujian-ujian yang meme berikan. Meme hanya punya ini, sedikit air,” kata Meme sambil menunjukkan air yang ada di tangannya.
“Tapi Meme sudah janji akan memberikan nomor-nomor itu! kalau saja tiang tau meme akan meberikan saya air itu, untuk apa juga saya ke sini” Saut Dodar dengan muka yang marah.
“Dengarkan Meme dulu. Ini adalah tamba untuk mengobati orang-orang yang mebutuhkan pengobatan.”
“Lantas setelah saya mendapatkan ini apa yang saya dapatkan, Me?”
“Kamu bisa mengabdi di desamu, Ning, untuk keluargamu dan semuanya.”
“Baiklah, Me. Jika itu sudah menjadi jalan tiang, tiang akan laksanakan perintah meme”
“Cening, kamu harus bawa air ini dengan kedua telapak tanganmu. Ingat, jangan sampai sekali-kali air di tanganmu ini bergetar. Taruhlah di dalam gentong tanah liat berekuran besar, jika air ini habis meme akan datang untuk mengisinya” Sembari maruh air itu di telapak tangan Dodar.
“Sekarang cening boleh pergi. Ingat pesan-pesan meme, jikalau cening tidak mengikuti apa yang meme katakan air itu akan habis dengan sendirinya.”
Bayangan putih itu tiba-tiba menghilang. Dodar lantas membuka matanya, apa yang ia lihat saat memejamkan matanya itu benar-benar ia lihat setelah membuka mata. Air yang ada di telapak tangannya, tanah yang terbelah dan satu pelinggih yang sedikit terbelah. Lantas ia pulang dengan membawa air itu di telapak tangannya tanpa ada getaran dan satu tetespun air itu tidak jatuh sampai di rumahnya. Dodar lantas menaruh air itu di sebuah gentong, air itu lantas memenuhi gentong itu dengan sendirinya. Dodar masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat sampai beberapa harinya orang-orang mulai berdatangan ke rumah Dodar meminta pengobatan untuk segala macam penyakit. Selama bertahun-tahun lamanya, Dodar masih setia mengobati warga-warga desa yang mengalami berbagai macam penyakit non-medis, sampai orang-orang dari desa lain mencarinya untuk mengobati penyakit-penyakit yang mereka derita. Air itupun selalu terisi penuh dan tak pernah habis.
Suatu ketika, Dodar merasa hidupnya begitu-begitu saja. Ia masih suka memasang togel walaupun sudah menjadi balian sakti. Hidupnya sama seperti dulu, hanya saja ia selama bisa mengobati bisa mencukupi ekonomi keluarganya. Lalu, ia memiliki rencana untuk menaikkan tarif pengobatannya yang sebelumnya ia hanya dibayar dengan iklas. Setelah menaikkan tarif pengobatannya, beberapa bulan kemudian orang-orang yang berbobat ke rumahnya kian menyepi, tetapi Dodar masih tetap menerima orang-orang yang berbobat namun dengan tarif yang mahal. Setelah beberapa tahun, air itu kian sedikit sampai akhirnya gentong yang sebelumnya terisi oleh air untuk pengobatan mengering total. Dodar mulai meninggalkan pekerjaannya untuk mengobati orang dan memulai tidur dan mengingat mimpinya lalu mencari badar togel.
Keterangan:
Meme dalam bahasa Indonesia berarti Ibu
Cening dalam bahasa Indonesia berarti Anak
Merajapati adalah pura yang terletak di sebuah kuburan di Bali
Tiang dalam bahasa Indonesia berarti Saya