25 May 2025
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis
No Result
View All Result
tatkala.co
No Result
View All Result

Apakah Kita Membenci India?

I Gusti Agung ParamitabyI Gusti Agung Paramita
July 31, 2020
inOpini
Apakah Kita Membenci India?

Lukisan I Ketut Suwidiarta

Jika membaca sedikit tentang sejarah, kita tak punya alasan kuat untuk membenci India—dan apapun yang berbau India. Jadi sebenarnya tidak relevan lagi membuat klasifikasi, sekaligus membenturkan Hindu Bali dan Hindu India—lalu mengarahkan amarah terhadap persoalan yang saat ini ada di Bali ke Hindu India. Pembentukan identitas Hindu di India melalui proses yang rumit, begitu juga Hindu di Indonesia. Sulit kita mengidentifikasi diri secara demarkatif dan tegas seperti ini. Karena—sekali lagi—saya pernah menulis juga; bahwa pembentukan identitas Hindu di Indonesia melalui proses genius sintesis. Tentu kita pasti sepakat untuk selalu menjaga genius sintesis ini.

Saya ingin kembali membahas hubungan antara India dan Bali—yang lebih puitis—untuk menurunkan tensi panas kita. Karena menurut saya, India dan Bali justru pernah memiliki nasib yang sama; pernah berada di bawah tekanan dan tuduhan agama-agama abrahamik. Jika di India sana, tekanan agama abrahamik ini menghasilkan sebuah gerakan-gerakan neo-Hindu, di Bali khususnya dan Indonesia pada umumnya, tekanan tersebut menghasilkan komfromi melalui proses genius sintesis. Ini menarik kita bahas.

Gencarnya Kristenisasi dan merebaknya gaya hidup barat di India sejak masa penjajahan Inggris, memicu sikap reaktif Raja Ram Mohun Roy untuk mendirikan sebuah Brahma-Sabha (Komunitas Satu Tuhan)—sejenis komunitas agama baru yang berusaha membuktikan bahwa agama Kristen tidak menawarkan sesuatu yang baru—yang tidak hadir dalam tradisi India. Ia menegaskan, meskipun takayul, penyembahan berhala memang perlu disikapi, namun tidak menjadi keharusan orang India memeluk agama Kristen. Orang India bisa menemukan agama yang murni dalam diri mereka sendiri.

Berangkat dari semangat inilah ia mendirikan Brahmo Samaj—sekaligus membuktikan kepada para teolog dan misionaris Kristen bahwa agama yang mereka anut sudah terkandung dalam teks-teks Upanisad. Ajaran-ajaran mereka sudah terkandung dalam kitab ini. Gerakan keagamaan ini juga mempengaruhi seorang Devendranath Tagore untuk ikut memimpin Brahmo Samaj. Devendranath Tagore ini adalah ayah dari penyair, sastrawan, dan filsuf terkenal Rabindranath Tagore.

Tidak hanya Brahmo Samaj—konstelasi politik keagamaan di India juga menghasilkan gerakan yang dikenal dengan Arya Samaj. Gerakan ini diciptakan oleh Swami Dayananda Saraswati pada tahun 1875 yang mendasarkan diri pada Veda. Menurut Bhattacharyya dalam Indian Religious Historiography, awalnya memang Dayananda memasukkan Upanisads, tetapi ketika ditunjukkan bahwa Upanisad sendiri menolak autoritas dari Veda sebagai wahyu tertinggi dan satu-satunya, Dayananda mengubah pandangannya dan hanya mengandalkan Rg Veda.

Yang menarik dari Dayananda adalah ketika ia menyadari lemahnya gerakan Hindu di India dan tergerak oleh semangat militan Kristen Evangelis dan proposisi dakwah Islam untuk menciptakan dan menumbuhkan militansi yang sama dalam agama Hindu itu sendiri.

Tak hanya itu, muncul juga nama Swami Vivekananda (1863-1902)—yang oleh Martin Ramtedt—disebut sebagai yang ketiga dari reformasi besar Hindu—untuk kebangkitan Hindu. Ia dianggap berhasil menyebarkan ke dunia keutamaan dan visi Hinduisme modern yang monoteistik dan inklusif di Parlemen Agama Dunia di Chicago. Ia kemudian mendirikan Ramakrisna Mission. Di sini bisa dikatakan, pengaruh agama-agama abrahamik terhadap gerakan neo-Hindu bisa terlihat jelas.

Lalu apa ada hubungan dengan Indonesia atau Bali? Ada. Karena cara pandang gerakan neo-Hindu inilah yang turut mewarnai dinamika Hindu di Indonesia. Meskipun harus diakui juga, telah lahir persahabatan antara India dan Bali.

 Pada tahun 1948 India mengadakan konferensi Negara-negara Asia untuk memprotes kembalinya penjajahan Belanda ke Indonesia dan Bali khususnya. Di samping itu, Nehru adalah kepala negara asing pertama yang mengunjungi Indonesia merdeka pada tahun 1950.

India dan Indonesia juga terikat pada perjanjian budaya.  Indian Council and Cultural Relations saat itu mulai memberikan beasiswa bagi siswa Indonesia yang belajar ke India. Beberapa orang Bali memanfaatkan kesempatan ini  dan terdaftar di Shantiniketan Vishva Bharaty, Universitas Hindu Banares, dan Akademi Kebudayaan India Internasional. Saya tidak sebut para pendahulu kita yang pernah belajar ke India. Tapi buku-buku mereka pernah kita baca juga.

Tak hanya itu, seorang misionaris Arya Samaj, Narendra Dev Pandit Shastri juga datang ke Bali. Ia bahkan memiliki istri di Bali dan tinggal seumur hidup. Ia juga menerbitkan Intisari Hindu Dharma. Terbitan ini—oleh Ramstedt—berfungsi sebagai cetak biru reformulasi teologi dan ritual Bali di sepanjang garis neo-Hindu. Pandit Shastri juga menulis Dasa Sila Agama Bali dan Sejarah Bali Dwipa. Sampai pada tahun 1961, Hindu Dharma akhirnya menjadi salah satu dari lima agama yang dianut oleh orang Indonesia.

Seperti kita ketahui, ketika orang Bali dianggap menjalankan praktik animisme, dan tidak diakui sebagai agama—sampai Departemen Agama yang didominasi Muslim gagal juga mengakui agama Bali sebagai agama, akhirnya terjadi reformasi agama dan budaya. Mereka tentu saja melakukan konfirmasi nilai ke India, mencari rumusan yang sesuai permintaan pemerintah saat itu.

Di sini sebenarnya ada titik temu antara kebutuhan penyesuaian rumusan agama versi Negara dan munculnya gerakan neo Hindu yang sudah melakukan penyesuaian melalui reformasi besar di India. Termasuk masuknya aliran-aliran keagamaan seperti Sai Baba dan Hare Krisna, diuntungkan oleh kondisi politik di Indonesia.

Di sisi lain ada fakta berbeda: di luar Bali banyak juga umat Hindu—baik itu yang berasal dari Jawa, Sulawesi, Sumatra atau orang Bali yang merantau karena tugas Negara merasakan tekanan agama mayoritas ketika menjalankan praktik keagamaan yang ritualistik. Para perantau dan kaum urban inilah yang akhirnya banyak memilih mengikuti gerakan-gerakan keagamaan semacam itu—karena selain praktis, juga dianggap lebih aman dijalankan daripada praktik agama seperti yang dilakukan di tempat asal mereka.

Dan di sini, pemerintah sering belum mampu melindungi agama minoritas yang tertekan. Sekali lagi: ini persoalan lain—yang mesti direspon serius oleh tokoh-tokoh agama kita.

Ada lagi: kita belum serius menggarap Hindu Nusantara, karena sering kali juga ada keluhan tentang Balinisasi dan Indianisasi di luar sana. Padahal, umat Hindu luar Bali yang memilih memeluk Hindu pasca 1965, sedang melaksanakan “proyek diri” yakni mencari identitas kehinduan yang pas untuk mereka. Tentu kita perlu mendukung proses tersebut, jika benar-benar pro Hindu Nusantara.

“Kecelakaan” selanjutnya adalah kaum urban kota yang lama hidup di luar Bali dan mengikuti gerakan keagamaan (berbau neo-Hindu) ketika datang ke Bali melakukan tuduhan seolah-olah aktivitas keagamaan di Bali rumit, biaya mahal, dan kurang efisien.

Tuduhan ini, meski tak langsung, turut berpengaruh pada konversi internal di Bali dan akhirnya ikut dalam aliran-aliran keagaman semacam itu. Padahal, tuduhan mereka hanya karena mereka gagal memahami praktik agama di Bali—sama seperti gagalnya misionaris Kristen memahami Bali. Aksi sistematis sampai menyentuh buku-buku agama dari tingkat sekolah dasar yang membawa misi khusus juga mempekeruh suasana.

Belum lagi, muncul seorang pejabat publik yang oportunis lalu mengeksploitasi isu-isu ini demi kepentingan politik. Bahkan saat ini ia malah mengolok diri dengan menyebut dirinya: Hindu Bali, setelah videonya beredar ke publik.

Saya hanya mencoba melihat sisi lain dari kisruh ini. Selain memang menyarankan para tokoh dan pejabat publik di Bali untuk rekonsiliasi—bukan malah memprovokasi memanaskan suasana dengan mengaku Hindu Bali, padahal di sana mengaku seorang bhakta. Saya berharap para tokoh menyelesaikan persoalan ini dengan cara-cara yang intelek, prosedural, dan mengedepankan musyawarah mufakat.

Kita pernah punya pengalaman pahit soal politik; aksi puputan, pembunuhan massal pada tahun 1965 yang penyebabnya masih misterius, kerusuhan politik pasca reformasi, dan saat ini ada problem besar; ambyarnya ekonomi akibat ambruknya pariwisata Bali karena covid-19. Banyak yang diputus kerja, dirumahkan, dan dalam keadaan yang sulit. Jangan sampai kisruh ini seperti api dalam sekam; karena dalam keadaan krisis ekonomi, akan muncul krisis-krisis lain yang lebih berbahaya.

Tabik

I Gusti Agung Paramita

Lukisan: I Ketut IKetut Suwidiarta

Tags: balihinduindia
Previous Post

Berhenti Membicarakan Pandemi

Next Post

Memahami Penularan Penyakit Infeksi

I Gusti Agung Paramita

I Gusti Agung Paramita

Pengajar di FIAK Unhi Denpasar

Next Post
Hal-hal Lucu Saat Wabah Covid-19

Memahami Penularan Penyakit Infeksi

Please login to join discussion

ADVERTISEMENT

POPULER

  • Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

    Apakah Menulis Masih Relevan di Era Kecerdasan Buatan?

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Tulak Tunggul Kembali ke Jantung Imajinasi

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • “Muruk” dan “Nutur”, Belajar dan Diskusi ala Anak Muda Desa Munduk-Buleleng

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Hari Lahir dan Pantangan Makanannya dalam Lontar Pawetuan Jadma Ala Ayu

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Galungan di Desa Tembok: Ketika Taksi Parkir di Rumah-rumah Warga

    0 shares
    Share 0 Tweet 0

KRITIK & OPINI

  • All
  • Kritik & Opini
  • Esai
  • Opini
  • Ulas Buku
  • Ulas Film
  • Ulas Rupa
  • Ulas Pentas
  • Kritik Sastra
  • Kritik Seni
  • Bahasa
  • Ulas Musik

Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

by Hartanto
May 25, 2025
0
Abstrak Ekspresionisme dan Psikologi Seni

"Seniman adalah wadah untuk emosi yang datang dari seluruh tempat: dari langit, dari bumi, dari secarik kertas, dari bentuk yang...

Read more

AI dan Seni, Karya Dialogis yang Sarat Ancaman?

by Petrus Imam Prawoto Jati
May 25, 2025
0
Refleksi Semangat Juang Bung Tomo dan Kepemimpinan Masa Kini

“Seni bukanlah cermin bagi kenyataan, tapi palu untuk membentuknya.” -- Bertolt Brecht PARA pembaca yang budiman, kemarin anak saya, yang...

Read more

Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

by Gede Maha Putra
May 24, 2025
0
Catatan Ringkas dari Seminar Lontar Asta Kosala Kosali Koleksi Museum Bali

MUSEUM Bali menyimpan lebih dari 200 lontar yang merupakan bagian dari koleksinya. Tanggal 22 Mei 2025, diadakan seminar membahas konten,...

Read more
Selengkapnya

BERITA

  • All
  • Berita
  • Ekonomi
  • Pariwisata
  • Pemerintahan
  • Budaya
  • Hiburan
  • Politik
  • Hukum
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Pendidikan
  • Pertanian
  • Lingkungan
  • Liputan Khusus
911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

911—Nomor Cantik, Semoga Nomor Keberuntungan Buleleng di Porprov Bali 2025

May 21, 2025
Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

Inilah Daftar Panjang Kusala Sastra Khatulistiwa 2025

May 17, 2025
Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

Meningkat, Antusiasme Warga Muslim Bali Membuka Tabungan Haji di BSI Kantor Cabang Buleleng

May 16, 2025
Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

Anniversary Puri Gangga Resort ke-11, Pertahankan Konsep Tri Hita Karana

May 13, 2025
“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

“Bali Stroke Care”: Golden Period, Membangun Sistem di Tengah Detik yang Maut

May 8, 2025
Selengkapnya

FEATURE

  • All
  • Feature
  • Khas
  • Tualang
  • Persona
  • Historia
  • Milenial
  • Kuliner
  • Pop
  • Gaya
  • Pameran
  • Panggung
Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran
Khas

Kala Bukit Kini Berbuku, Inisiatif Literasi di Jimbaran

JIMBARAN, Bali, 23 Mei 2025,  sejak pagi dilanda mendung dan angin. Kadang dinding air turun sebentar-sebentar, menjelma gerimis dan kabut...

by Hamzah
May 24, 2025
“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja
Panggung

“ASMARALOKA”, Album Launch Showcase Arkana di Berutz Bar and Resto, Singaraja

SIANG, Jumat, 23 Mei 2025, di Berutz Bar and Resto, Singaraja. Ada suara drum sedang dicoba untuk pentas pada malam...

by Sonhaji Abdullah
May 23, 2025
Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno
Panggung

Pesta Kesenian Bali 2025 Memberi Tempat Bagi Seni Budaya Desa-desa Kuno

JIKA saja dicermati secara detail, Pesta Kesenian Bali (PKB) bukan hanya festival seni yang sama setiap tahunnya. Pesta seni ini...

by Nyoman Budarsana
May 22, 2025
Selengkapnya

FIKSI

  • All
  • Fiksi
  • Cerpen
  • Puisi
  • Dongeng
Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

Menunggu Istri | Cerpen IBW Widiasa Keniten

May 25, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [16]: Genderuwo di Pohon Besar Kampus

May 22, 2025
Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

Puisi-puisi Sonhaji Abdullah | Adiós

May 17, 2025
Kampusku Sarang Hantu [1]: Ruang Kuliah 13 yang Mencekam

Kampusku Sarang Hantu [15]: Memeluk Mayat di Kamar Jenazah

May 15, 2025
Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

Puisi-puisi Hidayatul Ulum | Selasar Sebelum Selasa

May 11, 2025
Selengkapnya

LIPUTAN KHUSUS

  • All
  • Liputan Khusus
Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan
Liputan Khusus

Kontak Sosial Singaraja-Lombok: Dari Perdagangan, Perkawinan hingga Pendidikan

SEBAGAIMANA Banyuwangi di Pulau Jawa, secara geografis, letak Pulau Lombok juga cukup dekat dengan Pulau Bali, sehingga memungkinkan penduduk kedua...

by Jaswanto
February 28, 2025
Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan
Liputan Khusus

Kisah Pilu Sekaa Gong Wanita Baturiti-Kerambitan: Jawara Tabanan Tapi Jatah PKB Digugurkan

SUNGGUH kasihan. Sekelompok remaja putri dari Desa Baturiti, Kecamatan Kerambitan, Tabanan—yang tergabung dalam  Sekaa Gong Kebyar Wanita Tri Yowana Sandhi—harus...

by Made Adnyana Ole
February 13, 2025
Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti
Liputan Khusus

Relasi Buleleng-Banyuwangi: Tak Putus-putus, Dulu, Kini, dan Nanti

BULELENG-BANYUWANGI, sebagaimana umum diketahui, memiliki hubungan yang dekat-erat meski sepertinya lebih banyak terjadi secara alami, begitu saja, dinamis, tak tertulis,...

by Jaswanto
February 10, 2025
Selengkapnya

ENGLISH COLUMN

  • All
  • Essay
  • Fiction
  • Poetry
  • Features
Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

Poems by Dian Purnama Dewi | On The Day When I Was Born

March 8, 2025
Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

Poem by Kadek Sonia Piscayanti | A Cursed Poet

November 30, 2024
The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

The Singaraja Literary Festival wakes Bali up with a roar

September 10, 2024
The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

The Strength of Women – Inspiring Encounters in Indonesia

July 21, 2024
Bali, the Island of the Gods

Bali, the Island of the Gods

May 19, 2024

TATKALA.CO adalah media umum yang dengan segala upaya memberi perhatian lebih besar kepada seni, budaya, dan kreativitas manusia dalam mengelola kehidupan di tengah-tengah alam yang begitu raya

  • Penulis
  • Tentang & Redaksi
  • Kirim Naskah
  • Pedoman Media Siber
  • Kebijakan Privasi
  • Desclaimer

Copyright © 2016-2024, tatkala.co

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Beranda
  • Feature
    • Khas
    • Tualang
    • Persona
    • Historia
    • Milenial
    • Kuliner
    • Pop
    • Gaya
    • Pameran
    • Panggung
  • Berita
    • Ekonomi
    • Pariwisata
    • Pemerintahan
    • Budaya
    • Hiburan
    • Politik
    • Hukum
    • Kesehatan
    • Olahraga
    • Pendidikan
    • Pertanian
    • Lingkungan
    • Liputan Khusus
  • Kritik & Opini
    • Esai
    • Opini
    • Ulas Buku
    • Ulas Film
    • Ulas Rupa
    • Ulas Pentas
    • Kritik Sastra
    • Kritik Seni
    • Bahasa
    • Ulas Musik
  • Fiksi
    • Cerpen
    • Puisi
    • Dongeng
  • English Column
    • Essay
    • Fiction
    • Poetry
    • Features
  • Penulis

Copyright © 2016-2024, tatkala.co