SEKELOMPOK anak-anak SD duduk melingkar di kalangan Angsoka, Taman Budaya, Denpasar, Rabu (18/10/2017). Mereka asyik melipat kertas koran bekas. Dua orang dewasa dari Sanggar Davincio dengan sabar membimbing mereka membuat frame.
Frame yang mereka hasilkan beragam. Diantaranya frame foto dengan motif hati karya siswa SD Saraswati 5 Denpasar, Gek Pradnya dan Kezia. “Lumayan susah untuk menggulung (istilahnya lintingan) kertasnya,” aku Kezia di depan siswa-siswa lainnya.
Gek Pradnya dan Kezia merupakan dua dari 32 anak (wakil dari 16 SD se kota Denpasar) yang mengikuti Workshop ‘Seni Daur Ulang Kertas’ dalam rangkaian Bali Mandara Nawanatya II tahun 2017 yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan provinsi Bali.
Workshop menampilkan praktisi dari Sanggar Davincio, Antonius Lilik Ismurtono Santosa, biasa dipanggil oleh anak-anak dengan Kak Ade. Ia dibantu timnya, Ita yang juga dari Sanggar Davincio.
Menurut Ismurtono dalam workshop ini ia memberikan tiga hal saja intinya. Pertama, pemanfaatan media kertas. Kedua, pembuatan dasar. “Salah satu dasar tersebut dengan membuat lintingan. Lintingan itu dapat dibuat apa saja. Misalnyanya lipatan atau anyaman. Teknik lintingan ini sudah terbukti menjadi komoditi ekspor dan dijualbelikan sebagai cindera mata,” terang Ismurtono.
Ismurtono dan Ita mengajarkan bagaimana membuat permainan gasing dari kertas Koran bekas. Alasan Ismurtono memilih mengenalkan gasing dari kertas bekas, karena pada dasarnya gasing adalah sebuah permainan dan anak-anak suka bermain. Selain karya nya dapat dijual belikan kalau sudah mahir misalnya dia juga ada greget untuk bermain.
“Gasing itu filosofinya bagus, tentang kehidupan. Anak diingatkan tentang kehidupan dengan menggunakan alam,” tutur Ismurtono sembari menyebut bintang, bunga teratai dan tanah atau bumi.
Respon anak-anak selaku peserta workshop cukup bagus walau awalnya perlu ice breaking untuk mencairkan suasana. Ismurtono mengakui hal itu. “Itu karena anak-anak memang berbakat, karena pilihan dari masing-masing sekolah. Jadinya tidak ada kesulitan sama sekali,” ujar Ismurtono.
Menurut Ismurtono, anak-anak bahkan dapat berbagi apa yang menjadi ide mereka, sehingga dapat dicontoh sama teman-temannya yang lain. Jadi mereka tadi bertukar ide dan pengetahuan.
Ismurtono sendiri bersama sanggar Davincio sudah lebih dari sepuluh tahun bergerak di bidang pengolahan kertas bekas menjadi hal-hal yang bernilai ekonomis dengan prinsip triple R (Reduce, Reuse, Recycle).
Adapun 16 sekolah yang ikut workshop antara lain SD Saraswati 1 Denpasar, SD Saraswati 2 Denpasar, SD Saraswati 5 Denpasar, SDN 1 Sumerta, SDN 2 Sumerta dan SDN 4 Sumerta . Ada juga SD dari Kesiman, Panjer, Sesetan, Ubung, Pemecutan dan SD Muhamadiyah. (T)